Punya Kebiasaan Unik Ini, Kaum Perempuan Suku Kayan Jadi Sorotan Wisatawan Dunia. Foto-foto Penampilan Mereka Jadi Legenda

Senin, 04 November 2019 | 12:06
Newsflare/Daily Mirror

Mereka bekerja sebagi penenun sehari-hari.

Fotokita.net - Bagi perempuan suku ini tradisi memanjangkan leher sudah mereka lakukan sejak masa leluhur mereka dulu. Tradisi unik itu justru membuat perempuan suku ini jadi populer di mata dunia.

Tentu, bukan perkara biasa melihat perempuan menggunakan cincin berwarna kuning di bagian lehernya untuk memanjangkan bagian tubuh. Buat orang asing yang melihatnya, hal itu menimbulkan pertanyaan di kepala: untuk apa mereka melakukannya?

Suku Kayan di Myanmar mungkin adalah salah satu suku yang unik dan mendapat perhatian dunia karena penampilannya.

Baca Juga: Mirip dengan Film Wonder Woman, Cara Suku yang Benci Laki-laki Ini Dapatkan Keturunan Bikin Kita Bergidik

Hal itu tak lain karena penampilan mereka yang memanjangkan lehernya dengan cicin kuning.

Mengutip Daily Mirror pada Jumat (11/10/19), perampilan mereka membuat para turis terpesona dan hampir seluruh dunia menjadikan kelompok ini sangat terkenal.

Sejumlah wisatawan dari seluruh dunia banyak yang mengunjungi desa Kayan, di Loikaw setiap tahunnya untuk mengambil foto dengan mereka.

Meski menarik, tak sedikit orang yang mengetahui alasan suku Kayan mengenakan cincin kuningan di leher mereka.

Seperti diketahui cincin itu digunakan untuk memanjangkan leher mereka, namun alasan mengapa mereka memanjangkannya memang sedikit diketahui.

Daily Mirror/News Flare
Daily Mirror/News Flare

Suku kayang dengan aksesoris memanjangkan lehernya.

Pertama mereka mengenakannya karena itu merupakan tradisi kuno suku Kayan.

Kedua sebuah teori mengatakan cincin itu sebagai perlindungan dari serangan harimau dan lainnya.

Namun, baru-baru ini terungkap alasan sebenarnya mereka menggunakan cincin leher untuk memanjangkan leher itu.

Baca Juga: Demi Lestarikan Tradisi Leluhur, Perempuan Surma Rela Lakukan Hal Ini. Duh, Foto-foto Aksi Mereka yang Bikin Kita Ngilu

Penulis Pandung Pascal Khoo Thwee mengatakan pada Chanel News Asia, "Ibu mereka adalah seekor naga, beberapa orang mengatakan bahwa untuk mengingat sang ibu naga, mereka memutuskan memiliki leher yang sama."

Pascal penulis bukuFrom the Land of Green Ghost: A Burmese Odyssey mengatakan dia tumbuh dewasa melihat neneknya mengenakan set cincin setinggi 14 inchi.

Sedangkan lainnya, mengatakan bahwa cincin itu adalah kecantikan dan kekayaan di mana benda itu dipandang sebagai barang mode yang biasanya disediakan.

Diply.com
Diply.com

Suku Kayan

Mu Lone, 88, mengatakan banyak wanita muda tidak mengenakan cincin "karena budaya modern."

Dia menambahkan, "Di zaman saya, wanita tidak cantik tanpa cincin leher. Tapi sekarang, mereka pikir mereka terlihat cantik tanpa mereka. "

Mu mengakui bahwa cincin itu, yang beratnya sekitar 10kg, tidak nyaman ketika dipasang ketika dia berusia sembilan tahun dan mereka butuh beberapa jam untuk mengenakannya.

Baca Juga: Hidup di Negara Mayoritas Katolik, Keluarga Suku Maya Ini Mantap Memeluk Islam: Rumah Kami Selalu Terbuka Bagi Siapa Saja...

Dia menambahkan, "Cincin itu mencekik saya dan terasa terlalu kencang pada awalnya. Makanan akan macet ketika saya mencoba menelan. Saya harus meregangkan leher untuk makan. Tapi saya sudah terbiasa. "

Baginya tidak ada cara lain, karena dia menambahkan, "Aku akan memakainya sampai aku mati dan membuat mereka dikubur bersamaku."

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya