Berdiri Sejak 2014, Mengapa Anggota Organisasi Jamaah Ansharut Daulah atau JAD Kerap Menebar Teror di Negara Kita?

Jumat, 11 Oktober 2019 | 06:53
Kompas/Kristian Erdianto

Menko Polhukam Wiranto

Fotokita.net - Dalam kasus penusukan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto yang dilakukan oleh dua orang tidak dikenal, Kamis (10/10/2019) siang, pihak polisi menuding keduanya terhubung dengan kelompokterorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan mengungkapkan bahwa penusuk Menteri Koordinator Bidang Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, merupakan anggota kelompok terorisme Jamaah Ansharut Daulah (JAD) Bekasi.

Baca Juga: Bukan Hanya Wiranto yang Ditusuk Orang Tak Dikenal, Ketua Umum PKB Juga Pernah Dibacok Gara-gara Masalah Ini

Tribun Medan
Tribun Medan

Keseharian Abu Rara menurut warga Medan, Abu Rara adalah penusuk Menko Wiranto di Banten, Kamis (10/10/2019).

"Dari dua pelaku ini kami sudah bisa mengindentifikasi bahwa pelaku adalah dari kelompok JAD Bekasi," ujar Budi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (10/10/2019).

Ia menambahkan, pelaku yakni Abu Rara, dulunya anggota JAD dari Kediri, Jawa Timur. Ia kemudian pindah ke Bogor.

Setelah cerai dengan istrinya, Abu Rara pindah ke Menes, Pandeglang, Banten. "Karena cerai dengan istri pertama pindah ke Menes. Dan difasilitasi oleh salah satu Abu Syamsudin, dari Menes, untuk tinggal di sana (Menes)," ucap dia.

Baca Juga: Berafliasi dengan ISIS, Benarkah Penyerang Menkopolhukam Wiranto Adalah Anggota Kelompok JAD yang Terbentuk di Penjara Nusakambangan?

Istimewa/Whatsapp via Tribunnews
Istimewa/Whatsapp via Tribunnews

Tetangga Abu Rara, pelaku penusukan Wiranto mengungkapkan sifat aslinya, pendiam dan tak neko-neko.

"Beberapa kegiatan yang bersangkutan memang sudah dideteksikan bahwa saat ini sedang dalam pengembangan untuk menangkapnya," kata dia.

Lantas, seperti apakah organisasi JamaahAnsharut Daulah (JAD) yang sejumlah anggotanya dinilai telah melakukan tindakan terkait terorisme di berbagai wilayah di Indonesia?

1. Diinisiasi Aman Abdurrahman

Terpidana mati kasus terorisme Aman Abdurrahman pada 2014 memanggil sejumlah pengikutnya untuk melakukan pertemuan di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan, Cilacap.

Aman memanggil Abu Musa, Zainal, M Fachri, dan Khaerul Anwar. Dalam pertemuan itu, Aman disebut menyampaikan beberapa hal terkait telah berdirinya Khilafah Islamiyah di Suriah, serta kewajiban umat Muslim mendukung baiat kepada Abu Bakar Al Bagdadi.

Baca Juga: Berjenggot dengan Baju Hitam, Penyerang Menkopolhukam Wiranto Ini Berhasil Dihalangi Kapolsek Menes. Lihat Foto Pelaku yang Tergolek Lemah

Dok Polres Pandeglang
Dok Polres Pandeglang

Pelaku Penusukan Menkopolhukam Wiranto

Dalam pertemuan itu, Aman juga menyampaikan perlunya membentuk wadah jemaah yang ada di Indonesia sebagai pendukung Khilafah Islamiyah.

Tujuannya, mewadahi orang-orang yang bersimpati dengan daulah Islamiyah yang ingin bergabung untuk menyamakan manhaz atau pemahaman dengan manhaz daulah Islamiyah.

Aman menunjuk Abu Musa menjadi pemimpin atau dikenal dengan amir jemaah pusat guna membentuk wadah tersebut. Sedangkan Zainal ditunjuk sebagai amir jemaah Jawa Timur. Abu Musa dan Zainal ditunjuk karena dinilai keduanya memiliki jemaah yang cukup banyak.

2. JAD terbentuk

Usai pertemuan tersebut, Abu Musa mulai memikirkan wadah untuk mengakomodir permintaan Aman. Tak berselang lama, sebuah wadah bernama JAD terbentuk.

Tujuan JAD untuk mendukung daulah Islamiyah yang ada di Suriah dengan melakukan kegiatan penyebaran dakwah khilafah, melaksanakan hijrah, dan berjihad.

Pada November 2014, Zainal mulai membentuk struktur JAD Jawa Timur yang memiliki kepengurusan ketua, sekretaris, bendahara, hingga kehumasan.

Baca Juga: Menpolhukam Wiranto Ditusuk Orang, Pelakunya Juga Lukai Perwira Polisi Ini. Benarkah Pelaku Berhubungan dengan ISIS?

Bayu Dwi Mardana

Anak-anak warga kota Irak utara yang terusir oleh datangnya pasukan Daulah Islamiyah.

Zainal juga membentuk pimpinan JAD di sejumlah wilayah di Jawa Timur. Setelah membentuk struktur kepengurusan, Zainal membuat program kerja serta bidang yang membawahinya, di antaranya bidang askary untuk mengadakan idad/tadrib askari, dauroh internal (amaliyah), bidang i'lam untuk pembuatan website dan tablight akbar, serta bidang maliyah guna penggalangan dana.

3. Melantik pemimpin JAD berbagai wilayah

Pada September 2015, Abu Musa mengundang sejumalah pendukung daulah/khilafah Islamiyah Indonesia ke Cilacap. Dalam pertemuan itu, Abu Musa menyampaikan akan menggelar dauroh dai nasional yang akan digelar pada November 2015.

Abu Musa meminta kesediaan Zainal untuk menjadi pimpinan JAD menggantikan dia yang akan berangkat ke Suriah bergabung dengan kelompok teroris ISIS. Zainal kemudian membentuk panitia pelaksana. Kegiatan tersebut digelar selama 3 hari bertempat di vila yang berada di kawasan Batu, Malang.

Baca Juga: Dua Kali Terpilih Jadi Anggota DPR, Begini Penampakan Unik Rumah Mewah Artis yang Pernah Punya Hubungan Dekat dengan Menteri Orde Baru Ini

Sejumlah kegiatan yang dilakukan pada acara tersebut yaitu mengadakan taklim atau kajian mengenai tauhid, khilafah, dan jihad. Digelar juga teleconfrence dengan Aman dari Nusakambangan, dengan menggunakan ponsel milik Zainal yang didengarkan oleh seluruh anggota JAD yang hadir.

Adapun saat acara yang sama, di lantai II vila, Zainal membentuk kepengurusan dan menunjuk sejumlah pemimpin JAD di berbagai wilayah di Indonesia.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya