Foto-foto Sendu yang Bercerita Tentang Tahanan Politik di Pulau Buru. Gara-gara Peristiwa G30S/PKI, Mereka Dibuang Tanpa Proses Pengadilan

Senin, 30 September 2019 | 06:57
ANTARA FOTO

Foto dirilis Kamis (16/5/2019), menunjukkan foto hasil reproduksi empat tahanan politik saat melakukan panen padi di Pulau Buru, Maluku. Pulau Buru menjadi lokasi tempat pemanfaatan (Tefaat) yang kemudian berubah menjadi Inrehab (Instalasi Rehabilitas) para tahanan politik yang ditangkap pasca-G30S/

Fotokita.net - Bergetar tangan Diro Utomo saat menceritakan tersiksanya ia dan ribuan tahanan politik (tapol) lainnya pada awal masa pembuangan mereka di Pulau Buru untuk dipaksa bekerja membuka hutan dan membuat sawah hanya dengan sebuah cangkul.
Diro Utomo, pria berusia 83 tahun itu dibawa ke Pulau Buru pada tahun 1971 dan langsung ditempatkan Unit XVIII meski tanpa ada alasan yang jelas mengapa ia ditangkap dan ditahan.
Para mantan tahanan politik yang berada di Pulau Buru kini sudah hidup dengan tenang, ada yang menghabiskan sisa hidupnya dengan bertani hingga membuka warung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Baca Juga: Cerita Muram Pelindung BJ Habibie Sewaktu Sekolah Di Jerman yang Harus Angkat Kaki dari Ibu Pertiwi Lantaran Peristiwa G30S/PKI. Ia Tak Mau Kembali Karena Alasan Ini
Mereka pun telah berbaur dengan para transmigran yang didatangkan dari Pulau Jawa meski sesekali ada saja yang menyebut mereka “dasar PKI” bila ada seseorang yang jengkel dengan mereka.
ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK A

Foto dirilis Kamis (16/5/2019), menunjukkan mantan tahanan politik Diro Utomo (kiri) memeluk kawan senasibnya Slamet (kanan) di Pulau Buru, Maluku. Pulau Buru menjadi lokasi tempat pemanfaatan (Tefaat) yang kemudian berubah menjadi Inrehab (Instalasi Rehabilitas) para tahanan politik yang ditangkap

Pulau Buru yang berada di Maluku menjadi lokasi tempat pemanfaatan (Tefaat) yang kemudian berubah menjadi Inrehab (Instalasi Rehabilitas) para tahanan politik yang ditangkap pasca-G30S/PKI untuk dimanfaatkan membangun kawasan persawahan.
Namun dari sekitar 12 ribu tahanan politik yang dibawa ke Pulau Buru tak semuanya terkait dengan organisasi terlarang PKI.
Banyak dari mereka yang difitnah sebagai anggota PKI karena ada yang tak suka pada mereka.
Baca Juga: Cerita Unik, Raja Yogyakarta Ini Ramalkan Peristiwa G30S/PKI Setelah Berbincang dengan Ratu Laut Kidul
“Pada saat itu telunjuk lebih mematikan dari pada senjata, seseorang yang tidak suka sama kita dengan mudahnya menunjuk kita sebagai PKI sehingga kita ditangkap dan dijadikan tahanan politik tanpa melalui proses pengadilan”, ujar Diro.
Seperti Solikhin, pria berusia 84 tahun itu ditangkap bersama istrinya pada pertengahan 1966 di Tasikmalaya karena di halaman rumahnya ditemukan peta rencana penyerangan kantor polisi yang sama sekali ia tak pernah melihat peta tersebut sehingga ia harus dibuang ke Pulau Buru pada tahun 1970 dan menghuni unit IV/Savana Jaya.
Baca Juga: Selalu Hadir di Sidang Umum PBB, Benny Wenda Jadi Buronan Polisi Indonesia Karena Lakukan Kejahatan Ini. Benarkah Dia Pencetus Gerakan Papua Merdeka?
Selama menjalani kerja paksa, para tahanan politik pun kerap mendapatkan kekerasan dari tentara yang mengawasi mereka selama bekerja di unit masing-masing.
“Boleh dibilang Pulau Buru ini dibangun dengan keringat dan air mata tahanan politik sehingga Buru kini telah menjadi lumbung padi di kawasan Indonesia Timur”, tutur Solikhin yang memilih hidup di Savana Jaya.
Mulai tahun 1972, banyak istri dan anak para tapol didatangkan dari Pulau Jawa sehingga setelah masa pembebasan pada tahun 1979 banyak para mantan tahanan politik lebih memilih menetap di Pulau Buru tempat dimana mereka menghabiskan waktunya dalam bekerja paksa.
Baca Juga: Tak Lagi Diizinkan Masuk Ruang Sidang Umum PBB, Siapakah Benny Wenda yang Begitu Ngotot Jadi Peserta Pertemuan?
Kehadiran anak-anak tapol yang masih gadis pun menimbulkan benih-benih cinta dari para tahanan politik yang masih bujangan. Banyak dari mereka yang menikah dan memilih menetap di Buru.
Seperti Sugito, pria kelahiran 1942 itu jatuh hati dengan seorang anak tahanan politik bernama Sugiharti yang akhirnya menikah pada masa tahanan politik 1978 meski di akte pernikahannya tertulis pekerjaan seorang tahanan politik. Sumber: Antara Foto (Hafidz Mubarak A)
Baca Juga: Gara-gara Kasusnya dengan Atta Halilintar Jadi Trending, Foto Laki-laki Kesayangan Bebby Fey Terungkap. Siapakah Laki-laki Itu?

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya