Fotokita.net – Keputusan pemindahan ibu kota Indonesia ke wilayah baru telah diumumkan secara resmi. Lokasinya pun sudah resmi disampaikan kepada publik.
"Lokasi ibu kota baru yang paling ideal adalah di sebagian Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur," kata Presiden Jokowi.
Dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, pada Senin (26/8/2019), Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengumumkan bahwa Kabupaten Penajam Paser Utara dan sebagian di Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur resmi menjadi ibu kota baru Indonesia.

:quality(100)/photo/2019/08/06/1357639871.jpg)
Foto udara dari kawasan Teluk Balikpapan, Kaltim yang tercemar tumpahan minyak
Saat pengumuman, Presiden Jokowi juga menyampaikan beberapa alasan mengapa dua lokasi ini dipilih.
"Kenapa di Kalimantan Timur?” ujar Presiden Jokowi.
“Pertama, risiko bencana minimal, baik bencana banjir, gempa bumi, tsunami, kebakaran hutan, maupun tanah longsor.”
Kedua, lokasi tersebut dinilai strategis. Jika ditarik koordinat, lokasinya berada di tengah-tengah wilayah Indonesia.
Sebuah ketinting tambat di pinggir Sungai Mahakam di Kecamatan Kota Bangun, Kutai Kartanegara, Kalti
Ketiga, lokasi itu berada dekat perkotaan yang sudah terlebih dahulu berkembang, yakni Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.
"Keempat, telah memiliki infrastruktur yang relatif lengkap," ujar Jokowi.
Pemandangan Kota Balikpapan kala senja tenggelam. Sebuah kota tepian pantai yang tumbuh pesat sejak
Bagaimana kondisi kebencanaan di wilayah Kalimantan Timur?
Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sejak 2015 ada 331 kejadian bencana di Kalimantan Timur. Bencana itu meliputi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 152 kejadian, gelombang pasang/abrasi sebanyak 3 kejadian, banjir sebanyak 93 kejadian, tanah longsor sebanyak 59 kejadian, dan puting beliung sebanyak 24 kejadian.
sisa-sisa dampak dari insiden tumpahan minyak di Teluk Balikpapan
Bencana di Kalimantan Timur paling banyak terjadi pada 2016, yaitu sebanyak 189 bencana terjadi dengan kebakaran hutan dan lahan mendominasi sebanyak 129 kejadian. Sementara itu, sepanjang 2019 telah terjadi 11 kejadian bencanayang terdiri atassembilan kebakaran lahan dan hutan, satukejadian gelombang pasang/abrasi, dansatu kejadian banjir. Berdasarkan wilayahnya, di Kabupaten Paser tercatatdua kejadian bencana, Kabupaten Kutai Baratsatu kejadian, Kabupaten Penajam Paser Utara dua kejadian, dan Kota Bontang sebanyakenam kejadian.
Lalu, apakah Pulau Kalimantan sangat aman dari ancaman gempa bumi, dan juga tsunami?
Dilansir dari Tribuntravel.com mengutip lamangeomagz.geologi.esdm.go.id, sejatinya Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari potensi terjadinya gempa bumi.
Ini terbukti dari kejadian gempa bumi magnitudo 6 yang terjadi pada 5 Juni 2015 di wilayah Ranau dan gempa bumi magnitudo 5,7 yang berpusat di 413 km timur laut Kota Tarakan, Provinsi Kalimantan Utara pada 25 Februari 2015.
Hingga kini, data penelitian kegempaan di Kalimantan memang masih minim.
Secara garis besar, gempa bumi di Indonesia disebabkan oleh zona tumbukan antara Lempeng Eurasia dengan Lempeng Indo-Australia.
Prediksi bencana di Indonesia oleh BNPB pada 2019.
Menurut Minster dan Jordan (1978 dalam Yeats, 1997), Lempeng Eurasia yang bergerak ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm per tahun bertumbukan dengan Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm per tahun.
Zona tumbukan ini berada di sebelah barat Pulau Sumatra, selatan Pulau Jawa, hingga selatan Bali dan Nusa Tenggara, dan membentuk palung laut yang dikenal sebagai zona subduksi.
Sementara, letak Pulau Kalimantan yang jauh dari zona subduksi membuatnya lebih stabil secara tektonik.
Namun, benarkah Pulau Kalimantan lebih aman dari kejadian gempa bumi?
Ternyata jawabannya tidak.
Pulau Kalimantan masih memiliki risiko diguncang gempa.
Risiko guncangan gempa diperkuat dengan adanya endapan batuan yang lunak di morfologi dataran Pulau Kalimantan.
Sementara itu, perlu diingat Pulau Kalimantan memiliki struktur geologi yang didominasi oleh sesar dan lipatan, dua faktor yang bisa memicu terjadinya gempa bumi.
Secara umum sesar-sesar di Pulau Kalimantan mempunyai tiga arah, yaitu utara – selatan, barat laut – tenggara, dan barat daya – timur laut.
Lipatan yang terdapat pada bagian timur Kalimantan pada umumnya berarah barat daya – timur laut.
Pola struktur geologi tersebut terbentuk akibat aktivitas tektonik yang terjadi sebelumnya.
Berdasarkan kompilasi data dari beberapa peneliti (Hamilton, 1979; Moss; Simons dkk., 2007; Hutchison, 2007), diperoleh beberapa nama sesar di Pulau Kalimantan.
Yakni, Sesar Tinjia di Serawak, Sesar Adang di Kalimantan Barat, Sesar Sangkulirang di Kalimantan Timur, Sesar Paternoster di Selat Makassar.
Di samping itu, juga terdapat penunjaman Borneo di barat laut Sabah, penunjaman Sulu di timur laut Sabah, dan penunjaman Sulawesi Utara di timur Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur.
Inilah yang menyebabkan Pulau Kalimantan tidak sepenuhnya lepas dari risiko gempa bumi. (TribunTravel.com/Rizki A. Tiara dan KataBoks)