Jakarta Siapkan Peta Jalan Urusan Sampah, Surabaya Punya Contoh Aksi Nyata. Pantaskah Kita Bandingkan Data Kelola Sampah Dua Kota Besar Ini?

Rabu, 31 Juli 2019 | 19:14
ANTARA FOTO

Burung bangau beterbangan di tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur

Fotokita.net - Urusan sampah kembali dapat perhatian. Gara-gara nilai anggaran pengelolaan sampah di antara dua kota besar di Jawa (Jakarta dan Surabaya), warganet memberikan membincangkan persoalan sampah.

Sampah seringkali dilupakan dan dianggapkan menjijikan. Padahal, setiap individu pasti menghasilkan sampah. Itu sebabnya, kita harus bertanggung jawab terhadap sisa yang kita hasilkan.

Kisah sampah Jakarta dan Surabaya berawal dari anggota Badan Pembentukan Peraturan Daerah (Bapemperda) DPRD DKI Jakarta, Bestari Barus yang melakukan kunjungan kerja ke Surabaya.

Baca Juga: Sampah Plastik Bikin Kita Jijik Pada Pemandangan di Kali Bekasi Ini

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU

Kondisi sumur gas vertikal yang berada di tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur

Saat rapat bersama Wali Kota Surabaya Tri Rismaharani, Bestari menyampaikan bahwa anggaran pengelolaan sampah di Jakarta menghabiskan dana hingga Rp 3,7 triliun. Risma kaget dan menyampaikan bahwa anggaran pengelolaan sampah di Surabaya hanya Rp 30 miliar. Video reaksi Risma pun viral di media sosial.

Tentu perkara dana kelola sampah Jakarta hinggap di telinga Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Menurut Anies, Pemprov DKI saat ini sedang menyiapkan peta jalan atau roadmap untuk mengatasi persoalan sampah Jakarta. Dia nantinya akan mengumumkan roadmap itu secara lengkap.

"Sebagai gubernur yang bertugas, saya akan melakukan perubahan dan roadmap-nya sedang disiapkan. Begitu roadmap-nya selesai, dijalankan," ucap Anies.

Baca Juga: Ayo Peduli Lingkungan Sejak Sekarang! Bumi Darurat Sampah Plastik, Foto-foto Ini Jadi Buktinya!

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU

Pekerja memeriksa pipa yang menyalurkan gas metana yang dihasilkan tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur.

Anies Baswedan mengatakan, persoalan sampah di Jakarta akan diurus oleh Pemprov DKI Jakarta dan DPRD DKI. Anies menyampaikan itu untuk menanggapi pernyataan anggota DPRD DKI Jakarta Bestari Barus. Bestari sebelumnya menyebut ingin memboyong Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini untuk menyelesaikan persoalan sampah Jakarta.

"Kita apresiasi pada perhatian dan lain-lain. Kemudian, biarlah Jakarta diurus oleh DPRD Jakarta, oleh Pemprov Jakarta. Jadi, Pak Bestari itu mungkin lagi siap-siap mau pensiun," ujar Anies di Taman Suropati, Jakarta Pusat, Rabu (31/7/2019).

Baca Juga: Sampah Bisa Bikin Gunung Baru, Pemerintah Kota Ini Buat Program Beli Makanan dengan Sampah Plastik

Elisabetta Zavoli
Elisabetta Zavoli

Ibu Rusmini alias Mak Muji (55) berdiri di depan tenda reyot di atas tumpukan tempat pembuangan sampah Bantargebang, ia menggunakan senter yang menempel di kepalanya untuk mencari sampah di malam hari. Bantargebang adalah tempat pembuangan sampah terbesar di Indonesia seluas 110 hektar, dibuka pada

Anies juga menyinggung pernyataan Bestari soal pengelolaan sampah di Jakarta. Menurut Anies, pernyataan Bestari itu menceritakan soal pengelolaan sampah sebelum dia menjabat sebagai gubernur.

"Sebetulnya Pak Bestari itu menceritakan pengolahan sampah selama ini. Saya sedang mengubah. Sebelum saya bertugas, tidak ada pengelolaan ITF (intermediate treatment facility). Sekarang kita mulai ada ITF, lagi diproses," kata Anies.

"Pak Bestari itu membicarakan Jakarta yang dia ikut tanggung jawab kemarin. Jadi, beliau suka lupa, maunya nyerang gubernur yang sekarang, lupa ini nyerang gubernur yang sebelum-sebelumnya tuh," tambah dia.

Baca Juga: Berhasil Usir Kapal Asing, Mampukah Menteri Susi Pudjiastuti Keluarkan Indonesia dari Daftar Penyumbang Sampah ke Laut Nomor Dua Dunia?

Sylvana Toemon
Sylvana Toemon

Tempat pembuangan sampah akhir di Bantargebang.

Lantas, bagaimana perbandingan pengolahan sampah di DKI dengan Surabaya? Fotokita.net melansir Kompas.com yang merangkumnya dari berbagai sumber.

1. Perbandingan dana

Dikonfirmasi Kompas.com, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta menjelaskan, dana sebesar 3,7 triliun yang disebutkan Bestari merupakan dana keseluruhan Dinas Lingkungan Hidup Jakarta, bukan sekadar dana pengolahan sampah.

"Maksud Rp 3,7 Triliun yang disebutkan itu keseluruhan dana operasional Dinas Lingkungan Hidup. Angkanya membengkak karena ada pengadaan lahan untuk ITF kedepannya," ujar Kepala DLH DKI Jakarta, Andono Warih, Selasa (30/7/2019).

Baca Juga: Tak Pernah Lelah Beraksi Demi Lingkungan, Menteri Susi Pudjiastuti Pamerkan Sepatu Baru dari Daur Ulang Sampah Plastik. Lihat Fotonya!

Anggaran itu juga termasuk anggaran suku dinas, UPST, dan yang paling besar untuk pengadaan lahan pembangunan ITF (intermediate treatment facility).

Sementara itu, Surabaya menggelontorkan 30 miliar untuk mengelola sampah. Risma mengatakan, dari anggaran Rp 30 miliar, sebanyak 50 persen diantaranya digunakan untuk operasional angkutan. Sisanya untuk operasional sistem pengelolaan sampah.

2. Bank sampah

Salah satu cara yang dimiliki Surabaya dan DKI dalam mengelola sampahnya adalah dengan membentuk bank sampah.

Jakarta memiliki sebanyak 1.600 bank sampah. Angka ini memang belum ideal jika dibandingkan jumlah Rukun Warga yang ada di Jakarta, yaitu 2.700 RW.

Suku Dinas Lingkungan Hidup Jakarta Barat mengklaim program bank sampah di Jakarta Barat telah meraih omzet Rp 7,6 miliar sejak terbentuk Agustus 2017 hingga akhir Maret 2019.

Sementara itu, Surabaya memiliki sebanyak 296 unit bank sampah dan 26 unit rumah kompos untuk pengolahan sampah organik yang tersebar di wilayah Kota Surabaya.

Dari 3,07 juta jumlah penduduk Kota Surabaya, sampah yang masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo sebesar 1.600 ton.

3. Jumlah sampah

DKI Jakarta dengan jumlah penduduk sebanyak 10,4 juta jiwa orang, memproduksi sampah sebesar 7.500 ton setiap harinya. Dari data yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, sebanyak 60 persen sampah itu diambil dari permukiman, 29 persen dari kawasan komersial, dan 11 persen dari fasilitas umum.

Baca Juga: Tak Pernah Lelah Beraksi Demi Lingkungan, Menteri Susi Pudjiastuti Pamerkan Sepatu Baru dari Daur Ulang Sampah Plastik. Lihat Fotonya!

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU

Pekerja memeriksa mesin yang mengelolah air limbah sampah atau air lindi untuk dikelolah menjadi air bersih di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur

Sementara itu, Surabaya memiliki 3,07 juta penduduk dengan jumlah produksi sampah seberat 1.300 ton dalam satu hari. Padahal dengan jumlah penduduk sebesar itu, total sampah berdasarkan rasio seharusnya bisa mencapai 2.600 ton per hari.

Menurut Sekretaris Dinas Kebersihan dan Ruang Terbuka Hijau Kota Surabaya, Aditya Wasita, bank sampah dan rumah kompos di Surabaya berperan sangat penting dalam menekan jumlah sampah di kota Surabaya.

Baca Juga: Potret Sampah Plastik Di Indonesia, Dari Impor Sampah Hingga Dana Hibah

4. Penanganan sampah harian

Salah satu upaya Pemkot Surabaya melalui Dinas Kebersihan dan Pertamanan untuk mewujudkan kota bebas dari sampah adalah dengan prinsip setiap pukul 6.00 pagi, kota Surabaya sudah harus bersih dari sampah.

Dalam tingkat RT/RW, petugas setempat mereduksi sampah dengan memilah sampah dan meminta kampung-kampung mempromosikan produk daur ulang sampah sendiri.

Sementara itu, DKI menurunkan pasukan orange atau petugas penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU) setiap paginya, untuk membersihkan sampah hingga ke sudut Kota Jakarta.

Jumlah PPSU berkisar antara 40-70 petugas per kelurahan. Bermodalkan alat-alat sederhana berupa sapu, serokan, dan cangkul, pasukan oranye telah ramai menghiasi media karena jasanya yang membersihkan setiap jengkal kota Jakarta.

5. Tempat pembuangan

Setiap hari, sebanyak 7.000 ton sampah Jakarta berakhir di tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi. Namun, kini TPST itu hanya cukup menampung 10 juta ton sampah lagi dari kapasitas maksimal 49 juta ton. Sehingga diprediksi pada tahun 2021, TPST Bantargebang tidak bisa digunakan lagi.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU

Pekerja menyemprotkan IM6 pada tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur

Sementara itu, kota Surabaya mengandalkan tempat pembuangan akhir (TPA) Benowo untuk membuang sampah harian sebesar 1.000 hingga 2.000 ton per hari. TPA Benowo kini sudah dilengkapi teknologi yang mampu mengubah sampah menjadi energi listrik sebesar 2 Mega Watt.

Baca Juga: Lagi, Indonesia Pulangkan Sampah Impor. Foto-foto ini Ungkap Kisahnya

6. Produksi listrik dari sampah

Surabaya dikabarkan akan menjadi kota pertama yang mengoperasikan pembangkit listrik berbasis biomassa dari volume sampah sebesar 1.500 ton/hari dengan daya listrik hingga 10 Mega Watt (MW) per hari pada bulan November nanti.

ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/ZABUR KARURU

Pekerja mengecek mesin yang terdapat pada 'landfill gas powerplant' di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (28/9/2018). TPA Benowo dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa) yang dapat menghasilkan energi listrik dari sampah serta terhubung langsung dengan

Sementara itu, DKI Jakarta direncakan memiliki PLTSa dengan daya listrik sebesar 38 MW dan nilai investasi sebanyak 345,8 juta dollar AS. Namun, PLTSa di kota Jakarta baru direncanakan akan rampung pada tahun 2022 nanti.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya