Menjadi pengacara yang sempat menangani kasusnya, Maria Eleanor yang ketika itu masih berusia belasan tahun bersyukur dipertemukan dengan Hotman Paris. Pengacara kondang itu yang membuatnya menjadi terlihat tegar ketika bertemu banyak orang.
"Abang (Hotman) sih kayak tentara tahu enggak. 'Lu jangan gini, jangan nangis,' galak, abang galak," tutur Maria Eleanor.
Jika dulu tidak ada Hotman, Maria Eleanor mengaku, mungkin dirinya akan menjadi orang yang mudah menangis. Oleh karenanya, bagi Maria dukungan Hotman Paris sangat besar saat itu.
Di balik gejolak pikirannya saat itu, sebagai anak remaja yang masih berusia belasan tahun, Lidya Pratiwi tak pernah menampakkan wajah sedih, khawatir, apalagi menangis di depan banyak orang.
Bukan semata-mata karena dilarang Hotman Paris, tapi karena dia sadar di sisi lain ada orang yang lebih sedih darinya. "Waktu itu gimana ya, yang disorot aku. Aku tahu ada yang lebih terluka dari aku, ya aku enggak sampai hati kalau aku keras bilang ini, itu," ucap Maria Eleanor.
"Aku juga ngerti lukanya mereka besar, aku mau ngomong apa pun untuk ngebela diri aku juga, ya sudahlah aku terima, aku menghormati luka mereka," lanjutnya.
Maria Eleanor, mengaku sempat mengalami trauma untuk melihat atau bahkan mendengar penginapan Putri Duyung Cottage. Trauma itu dirasakannya sejak terseret kasus pembunuhan model Naek Gonggom pada 2006 yang terjadi di kamar tongkol 59 Putri Duyung, Ancol, Jakarta Utara.
"Dulu enggak mau dengar, enggak mau lihat," kata Maria Eleanor. Baginya, dulu sebelum peristiwa itu terjadi, Putri Duyung adalah tempat yang menyenangkan yang biasa digunakan keluarga besarnya berkumpul.