Follow Us

Heboh Obat Cacing untuk Covid-19, Ternyata Corona Hilang Cuma dengan Terapi Sederhana Ini

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 24 Juni 2021 | 19:05
"Pantang Pulang Sebelum Corona Tumbang" kalimat penyemangat yang dipekikkan penuh semangat oleh para tenaga kesehatan yang bertugas sebelum memulai shift pergantian jaga untuk merawat pasien positif COVID-19 tanpa mengenal lelah di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta.
Instagram M Risyal Hidayat

"Pantang Pulang Sebelum Corona Tumbang" kalimat penyemangat yang dipekikkan penuh semangat oleh para tenaga kesehatan yang bertugas sebelum memulai shift pergantian jaga untuk merawat pasien positif COVID-19 tanpa mengenal lelah di Rumah Sakit Darurat COVID-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta.

Fotokita.net - Obat ivermectin menjadi perbincangan hangat usai Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan penggunaan obat cacing ini sebagai terapi Covid-19. Padahal, virus corona dalam tubuh hilang cuma dengan terapi sederhana ini.

Sejak diumumkan sebagai obat Covid-19, penggunaan ivermectin menuai sorotan. Agar tak menjadi simpang siur, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito angkat bicara.

Penny segera merespons penggunaan ivermectin yang disebut sudah berizin untuk obat terapi COVID-19. Dalam kesempatan ini, Penny menegaskan bahwa hingga kini izin edar dari BPOM untuk ivermectin adalah sebagai obat cacing.

"Izin edar sebagai obat cacing, dan ini obatnya adalah obat berbahan kimia ya, tapi bahan kimia yang ada efek sampingnya," tegas Penny dalam siaran live Selasa (22/6/2021).

Baca Juga: Warga Satu Indonesia Dijamin Baru Tahu, Tikus di Rumah Lari Terbirit-birit Cuma dengan Cabai, Ini Caranya

Sekalipun penggunaan ivermectin untuk COVID-19 sudah marak di beberapa negara, Penny menegaskan tetap membutuhkan dukungan ilmiah lebih lanjut untuk akhirnya ikut digunakan sebagai terapi COVID-19 di Indonesia, dalam hal ini uji klinis. Apalagi ivermectin diketahui mengandung bahan kimia keras yang dapat menimbulkan beragam efek samping.

Dalam kesempatan itu, Penny menjelaskan, "Memang ditemukan adanya indikasi ini membantu penyembuhan. Namun belum bisa dikategorikan sebagai obat COVID-19 tentunya."

Baca Juga: Selama Pandemi Covid-19, Jokowi Utang Rp 25 Triliun ke Bank Dunia, Rupanya Ekonomi RI Turun Kelas

"Kalau kita mengatakan suatu produk obat COVID-19 harus melalui uji klinis dulu, namun obat ini tentunya dengan resep dokter bisa saja digunakan sebagai salah satu terapi dalam protokol dari pengobatan COVID-19," terang Penny.

Penny juga menekankan bahawa obat ivermectin bisa saja digunakan untuk pengobatan COVID-19 tetapi dalam pengawasan dokter. Hal ini pun bukan bagian dari pengawasan BPOM, tetapi pemerintah seperti Kemenkes RI.

"Namun itu tentunya bukan di BPOM terkait hal itu, nanti pemerintah mungkin yang akan berproses dan setiap protokol untuk pengobatan COVID-19 harus dikeluarkan oleh asosiasi profesi yang terkait dan juga dengan Kemenkes RI," kata dia.

Lagi-lagi Penny menegaskan pengobatan COVID-19 termasuk ivermectin harus berdasarkan rekomendasi asosiasi profesi terkait, untuk memastikan keamanan, khasiat, dan mutu dari produk tersebut dalam penggunaannya.

Baca Juga: 6 Potret Pilu Kematian Akibat Covid-19, Menkes Budi Gunadi: Biarkan Virusnya Menular...

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Farmasi UGM, Prof. Dr. Zullies Ikawati, Apt mengingatkan agar masyarakat tidak jangan mengonsumsi obat yang diklaim oleh pihak tertentu dapat menyembuhkan Covid-19.

Melalui rilis yang diterima, Rabu (23/6/2021), Prof Zullies mengatakan bahwa obat ivermectin adalah obat anti-parasit yang baru-baru ini disebut berpotensi menjadi obat Covid-19. Prof Zullies memperingatkan bahwa obat ini belum disetujui penggunaannya sebagai terapi Covid-19.

Baca Juga: Terbukti Manjur, 5 Tanaman Ini Ampuh Basmi Tikus di Rumah Tanpa Racun

Petugas kesehatan dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap untuk menerima pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan tanpa gejala (OTG) yang akan menjalani isolasi di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (21/6/2021).
M Risyal Hidayat/Antara Foto

Petugas kesehatan dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) bersiap untuk menerima pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 dengan tanpa gejala (OTG) yang akan menjalani isolasi di Rumah Susun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, Senin (21/6/2021).

Selain itu, obat ivermectin belum memiliki panduan penggunaan, seperti dosis dan aturan konsumsi jika obat ini harus diberikan untuk pasien Covid-19.

"Yang beredar di WA (Whatsapp) banyak, tapi benar atau tidak, kan, kita tidak tahu itu dari mana, siapa yang akan memantau kalau dipakai sendiri," kata Prof Zullies.

Lebih lanjut Prof Zullies mengatakan bahwa salah satu tim peneliti di Australia pernah merilis hasil penelitian secara in vitro terhadap obat ivermectin ini.

Hasil studi itu menunjukkan obat ini dapat memiliki efek antiviral pada SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19. Kendati demikian, kata Prof Zullies, untuk dapat digunakan sebagai obat Covid-19, maka obat ivermectin memerlukan tahapan pengujian untuk memastikan efektivitas, serta keamanan obat pada penggunaannya terhadap manusia.

Baca Juga: Dijamin Manjur, Ini Racikan Bahan Dapur yang Bikin Cicak Mati Bergelimpangan di Rumah

"Obat untuk Covid, untuk bisa dipastikan harus ada pengujiannya. Tidak bisa hanya in vitro lalu langsung dipakai, dasarnya kurang kuat," papar Prof Zullies.

Obat ivermectin ini sendiri, kata Prof Zullies, tidak banyak ditemukan di Indonesia. Sebab, penyakit cacing atau parasit yang diobati dengan obat ini sudah jarang ditemukan. Prof Zullies mengungkapkan bahwa obat ivermectin yang beredar saat ini, kebanyakan merupakan obat yang diperuntukkan bagi hewan.

Baca Juga: Fadli Zon Dikabarkan Meninggal Dunia Karena Corona, Ini Faktanya

Obat ivermectin menjadi perbincangan hangat usai Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan penggunaan obat cacing ini sebagai terapi Covid-19.
Istimewa

Obat ivermectin menjadi perbincangan hangat usai Menteri BUMN Erick Thohir mengumumkan penggunaan obat cacing ini sebagai terapi Covid-19.

Uji klinik terhadap penggunaan obat ini untuk terapi Covid-19 telah dilakukan di sejumlah negara, dengan data yang bervariasi pada dosis maupun durasi penggunaannya.

Adapun data-data dari pengujian inilah yang dibutuhkan untuk mendapat izin dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), sebagai lembaga yang melaksanakan tugas pengawasan obat.

"Badan POM membutuhkan data uji klinis yang bisa berasal dari negara lain, asalkan metodologi dan jumlah subjeknya memadai, dosisnya sesuai, dan parameter penilaian luaran klinisnya sesuai," papar Prof Zullies.

Baca Juga: Dijamin Kapok Datang Lagi, Ini Cara Mengusir Kecoa dari Rumah Hanya dengan 3 Bahan Alami

Lebih lanjut Prof Zullies mengingatkan agar masyarakat jangan terlalu cepat percaya pada pengakuan penyintas Covid-19 yang sembuh berkat mengonsumsi obat ivermectin ini. Hal ini, terang dia, perlu dibuktikan lebih lanjut dengan penelitian dan data-data pembanding.

"Bisa saja itu kebetulan. Karena itu harus ada riset yang benar untuk memastikan apa benar itu karena ivermectin atau bukan," jelas Prof Zullies.

Prof Zullies menambahkan bahwa obat-obatan yang dianggap aman dikonsumsi pada pengobatan Covid-19 telah termuat dalam pedoman tatalaksana Covid-19.

Baca Juga: Nyesal Baru Tahu Sekarang, Pengobatan Autoimun Ternyata Gampang, Stop Konsumsi 2 Makanan Ini

Ia juga mengatakan bahwa demi keamanan pasien, obat yang dikonsumsi sebaiknya adalah obat-obat yang diresepkan oleh dokter yang diberikan sesuai dengan kondisi yang dialami masing-masing pasien.

"Kalau diresepkan dokter tidak masalah, tetapi jangan pakai sendiri," kata Prof Zullies.

Dalam kesempatan yang berbeda, dokter Zaidul Akbar menyarankan terapi sederhana ini apabila sedang terpapar COVID-19.

Lantas, bagaimana cara meningkatkan imunitas agar cepat terbebas dari COVID-19?

Baca Juga: Malas Bersihkan 7 Barang Dapur Ini Setiap Hari, Nyawa Seisi Rumah Jadi Taruhannya

"Salah satu yang saya sarankan dalam peningkatan imunitas COVID-19 seperti ini adalah prebiotik. Sekarang udah banyak kok yang menjualnya, itu yang pertama," ujarnya dalam video yang diunggah di Instagram @yukbelajarjsr, dikutip VIVA, Senin 21 Juni 2021.

Kemudian yang kedua, jika timbul gejala sakit kepala saat terinfeksi COVID-19, dokter Zaidul turut mengungkapkan beberapa penyebab serta solusinya.

"Yang kedua, pusing itu sebabnya banyak, bisa juga karena kurang air, bisa juga karena kurang gula. Maka solusinya apa? Kita tambahkan air ke badan kita," tandas dia.

Baca Juga: Banyak yang Tak Sadar, 6 Faktor Ini Jadi Penyebab Warna Ikan Cupang Memudar

"Cuma memang kadang-kadang banyak orang yang lagi kondisi-kondisi sakit seperti ini gak bisa minum air banyak. Maka solusi saya adalah, Anda coba sering minum air madu yang dikasih garam sedikit. Gak usah banyak-banyak, sekali minum 200 ml, 150 cc juga boleh. Itu sering-sering diminum. Kalau sehari minum 6x udah cukup banyak yang diminum, sehingga nanti pusingnya bisa hilang," sambung dia.

Namun, Zaidul mengingatkan bahwa herbal-herbal tersebut tidak akan banyak berpengaruh jika nutrisi dan antibodi kita tidak kuat. Lantas, apa yang harus dilakukan?

"Maka, saran saya coba ditingkatkan asupan makannya. Makan apa aja yang bisa dimakan, makan sehat pastinya. Atau dicoba dengan biasanya makanan yang mengundang nafsu makan itu makanan berempah yang ada di Padang (nasi Padang). Tapi saran saya jangan santan," ungkap dia.

Baca Juga: Fotonya Gampang Dicari, Tanaman Ini Ternyata Bisa Usir Jin dari Rumah, Zaidul Akbar Ungkap Faktanya

Ketimbang makanan bersantan, penggagas buku Jurus Sehat Rasulullah itu menyarankan untuk membuat sup yang kaya akan rempah. Misalnya, kita bisa menambahkan cengkeh, kayu manis, atau rempah lainnya. Kemudian konsumsi sup beserta kuahnya.

"Atau makanan-makanan yang lunak yang sangat baik untuk menjaga kesehatan lambung. Seperti alpukat, pisang, kurma. Atau mungkin kalau mau coba, labu dikukus, dibuang kulitnya, lalu diblender sama kurma. Itu juga sangat baik untuk menguatkan nutrisi lambung," kata dokter Zaidul Akbar.

Jika setelah mencoba cara-cara tersebut namun COVID-19 yang kita derita belum juga sembuh, ini yang dokter Zaidul Akbar sarankan.

"Kalau memang belum sembuh ya bersabar. Insya Allah, pasti Allah kasih kesembuhan. Dan jangan panik. Itu saja pesan saya. Karena bahwa keseimbangan bakteri dalam tubuh kita itu bisa tidak seimbang lagi kalau seandainya orang itu cemas atau stres. Jadi, jangan stres," pungkas dokter Zaidul Akbar.

Baca Juga: Se-Indonesia Nyesal Baru Tahu, Teh Bisa Digunakan untuk Membersihkan 5 Perabotan Rumah Ini

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest