"Oleh karena itu ini menjadi persoalan kita, apalagi kita tahu di utara Bali kurang lebih 60 mil, vertical mile, ini bukan hal yang mudah.
Ada palung di situ, kedalaman yang di atas 600-700. Ini menjadi persoalan sendiri, apalagi kita tahu Nanggala 402 ini lebih dari 40 tahun bergabung dengan TNI AL. Jadi dalam usia yang relatif cukup tua menurut saya," bebernya.
Selain itu, Nono juga mengungkapkan ada temuan serpihan badan kapal dan beberapa bagian dalam kapal yang membuktikan bahwa ada kebocoran di badan kapal.
Besar kemungkinan tekanan bawah laut membuat kebocoran kapal hingga akhirnya kapal terus tenggelam.
Sementara itu, Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono menyatakan kondisi kapal KRI Nanggala-402 terbelah menjadi 3 bagian (25/4/2021).
Mantan Kepala Kamar Mesin KRI Nanggala-402, Laksamana Muda (Purnawirawan) Frans Wuwung menyebutkan kapal tenggelam dan terbelah akibat sudah melewati batas maksimum kedalaman.
Tekanan hidrostatis air meningkat sebanyak 1 atm setiap kedalaman 10 meter. Artinya, jika tekanan di udara adalah 1 atm, tekanan di kedalaman 850 meter adalah 85 atm dan manusia hanya bisa bertahan pada tekanan sekitar 3-4 atm.
Berenang di laut pada kedalaman 850 adalah hal yang tidak mungkin bagi manusia, rasanya mungkin akan sama seperti dinjak 100 ekor gajah di kepala.