"Saat saya keluar ruang meeting langsung saya dikejar, dibilang 'Bu Yun marah ya?, Bu Yun tersinggung ya? Jangan gitu Bu Yun, Ibu Yun pun sudah ku anggap Mama aku sendiri, Bu Yun pun yang tua juga di sini', saya hanya diam, mulai dari situlah sudah mulai ngerem-ngerem sedikit," kenang Yuniar.
Dia juga mengungkapkan BTP juga sebenarnya orang yang humoris.
Saat tiba dari Jakarta, BTP langsung ke pabrik, membuka pintu Lab, dan langsung menyapanya.
"Ngape Bu Yun diam-diam, dak beduit ye kidang (untuk) nyekolahkan anak, ukan amun (misal) dak beduit, nyebut benar-benar, nak berape Ikam, kini ku tanda tangani ye, berikan ke kasir," tiru Bu Yun, saat kenang candaan Ahok kepadanya.
Menurut Yuniar hal tersebut tak hanya dirasakan oleh dirinya, kepada karyawan lainnya pun demikian.
Di mata karyawan, BTP sangat memberi perhatian, terutama soal pendidikan di masyarakat.
Yuniar mengungkapkan BTP pernah memerintahnya mencari 33 anak asuh.
"Dulu saya disuruh mencari anak-anak asuh, dia bilang, 'Bu Yun bagaimana kalau saya dicarikan anak asuh'," kata Yuniar, menirukan kata-kata BTP waktu itu.
Menurut Yuniar setiap bulan disalurkan saat itu sekitar Rp 100 ribu peranak, selain itu setiap pertengahan tahun BTP juga memberikan sepatu, buku dan baju.
"Itu semua orang kantor yang koordinir, saya cuman carikan orangnya saja, selain itu ketika lebaran saya juga disuruh mencarikan ibu-ibu yang sudah menjanda yang ekonominya lemah, itu ide pribadi beliau," ujarnya.