Follow Us

Bukan Cuma Sekali, Aktivis Greenpeace Biasa Lakukan Hal Nekat Buat Suarakan Masalah Ini. Salah Satunya, Bikin Geram Menko Maritim Luhut Pandjaitan!

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Kamis, 24 Oktober 2019 | 10:05
Aktivis Greenpeace memasang spanduk di patung Bundaran HI
kompas.com

Aktivis Greenpeace memasang spanduk di patung Bundaran HI

Fotokita.net - Aksi kelompok aktivis Greenpeace memanjat patung Pancoran di Jakarta Selatan dan Patung Selamat Datang di Bundaran Hotel Indonesia di Jakarta Pusat pada Rabu (23/10/2019) sebetulnya bukanlah hal baru.

Seperti diberitakan ada lima pemanjat yang melakukan aksi nekat itu untuk menyuarakan pesan. Begitu tiba di puncak patung, mereka membentangkan spanduk bertulis Lawan perusak hutan, #Reformasidikorupsi".

Rangga, salah satu aktivis yang memanjat patung Pancoran, mengatakan aksi mereka untuk mengekspresikan kekecewaan terhadap pemerintah. Mereka kecewa lantaran permasalahan kebakaran hutan tak kunjung selesai.

Baca Juga: Di Ujung Masa Jabatan, Menteri Luhut Panjaitan Malah Kena Skak Gubernur Bali. Ada Masalah Apa?

"Kami hanya untuk memperjuangkan agar lingkungan lebih baik dan udara sehat. Di Indonesia, pembakaran hutan belum selesai-selesai, enggak ada ujungnyalah sampai sekarang," kata Rangga.

Aktivis dari Greenpeace memanjat Monumen Selamat Datang atau patung Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019).
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Aktivis dari Greenpeace memanjat Monumen Selamat Datang atau patung Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2019).

Saat Joko Widodo dilantik sebagai Presiden RI periode 2019-2024, kata Rangga, masalah kebakaran hutan sama sekali tak disinggung dalam pidato kenegaraannya.

Ia mengatakan, mereka akan terus melancarkan aksi dalam berbagai bentuk sampai Presiden menanggapi serius permintaan mereka soal kebakaran hutan dan lahan. Rangga dan keempat temannya punya alasan khusus memilih patung Pancoran. Mereka menilai patung itu lokasinya strategis dan menjadi pusat perhatian masyarakat.

Baca Juga: Berjibaku Di Antara Bara dan Api, Kisah Perempuan yang Berjuang Padamkan Kebakaran Hutan Sungguh Mengharukan: Kami Adalah Penjaga Hutan!

Mereka yakin, spanduk bertulis "Lawan perusak hutan, #Reformasidikorupsi" yang mereka pasang akan menarik perhatian banyak orang jika dipasang di lokasi itu.

"Kalau alasan kami naik ke patung itu karena itu tempat yang sentral, yang bisa dilihat banyak orang yang lalu lalang di bawah. Agar warga atau pejabat yang lewat situ bisa melihat dan pesan kami bisa sampai," kata Rangga.

Patung Pancoran berada di Jalan Gatot Subroto.

Setelah berada di puncak patung Pancoran selama berjam jam, mereka akhirnya disuruh turun oleh pihak kepolisian dan pemadam kebakaran.

Mereka turun pukul 11.00 WIB dan langsung dibawa ke kantor Polsek Tebet, Jakarta Selatan. Ketika diperiksa polisi, mereka tidak ada yang mau berbicara dengan polisi.

Rangga mengatakan, mereka tidak perlu berbicara kepada polisi. "Ya karena memang enggak perlu (menjawab), salah kami apa?" kata Rangga.

Baca Juga: Tak Ingin Berpangku Tangan, Gubernur Anies Baswedan Kirimkan Satgas untuk Bantu Kebakaran Hutan di Riau

Menurut dia, mereka hanya membentang spanduk. Itu merupakan ekspresi kekecewaan terhadap pemerintah karena lamban menangani kebakaran hutan.

"Kami cuma memberi pesan. Jadi enggak terlalu perlu menjawab apa yang mereka (polisi) tanyakan," kata dia. Wakapolsek Tebet AKP Rusdi Dalby membenarkan bahwa para aktivis itu tidak mau menjawab saat diperiksa polisi.

Coretan yang dilakukan kelompok aktivis lingkungan Greenpeace pada peninggalan kuno milik Nazca.
Elisabeth Novina

Coretan yang dilakukan kelompok aktivis lingkungan Greenpeace pada peninggalan kuno milik Nazca.

"Mereka kami tanya memang diam saja, enggak mau kasih statement," kata Dalby.. "Mereka sengaja (diam). Kami belum tahu (motif) karena indentitas mereka tidak diperlihatkan," ujar Dalby.

Sebetulnya aksi seperti itu bukan cuma sekali dilakukan Greenpeace. Perlawanan macam begitu menjadi hal yang jamak bagi organisasi non pemerintah itu.

Pada tahun 2018 Greenpeace ikut menekan perusahaan minyak kelapa sawit Wilmar untuk merealisasikan aplikasi perkebunan sawit hijau.

Baca Juga: Setelah Serah Terima Jabatan, Alasan Jokowi Pilih Wishnutama Jadi Menteri Pariwisata Akhirnya Terbongkar. Bagaimana Penjelasannya?

Dilansir dari laman Greenpeace.org, Kepala Kampanye Hutan Global Greenpeace Indonesia, Kiki Taufik menyampaikan bahwa pihak Greenpeace akan mengawasi dengan saksama untuk memastikan Wilmar benar-benar akan melaksanakan janjinya.

Adapun langkah ini bertujuan untuk mengakhiri deforestasi yang disebabkan perkebunan kelapa sawit di seluruh pasokan perusahaan merek-merek terbesar rumah tangga dan pembeli minya sawit di dunia.

Kapal Arctic Sunrise milik Greenpeace yang berbendera Belanda. Kapal ini ditahan oleh Pengadilan Rus
Bayu Dwi Mardana

Kapal Arctic Sunrise milik Greenpeace yang berbendera Belanda. Kapal ini ditahan oleh Pengadilan Rus

Saat dikonfirmasi, Juru Kampanye Hutan Greenpeace Indonesia, Annisa Rahmawati menyampaikan, ada beberapa aksi damai yang dilakukan di Indonesia maupun ranah global untuk menekan Wilmar.

"Pada 25 September 2018, aksi di Bitung, Sulawesi Utara kami menduduki kilang timbun minyak sawit Wilmar bersama grup musik Boomerang," ujar Annisa saat dihubungi Kompas.com pada Senin (17/12/2018).

"Selain itu, pada 17 November 2018, aksi enam aktivis menaiki kapal tanker Stolt Tenacity yang memuat minyak sawit dari Wilmar yang menuju Eropa. Pada 24 November 2018, aksi aktivis mooring/menambatkan diri di kapal yang sama menuju Rotterdam," kata Annisa.

Baca Juga: Asap Kebakaran Hutan dari Indonesia Makin Parah, Malaysia Liburkan Ratusan Sekolah. Bagaimana Nasib Hubungan Indonesia - Malaysia?

Masih di tahun 2018, enam aktivis Greenpeace International dari Indonesia, Jerman, Inggris, Prancis, Kanada, dan Amerika Serikat menaiki kapal tanker Stolt Tenacity di Cadiz, Spanyol.

Kapal itu membawa muatan produk minyak kelapa sawit Wilmar International dari kilang di Dumai, Indonesia ke Eropa. Greenpeace menuding produk Wilmar International berasal dari perusakan lahan hutan atau disebut 'minyak sawit kotor'.

Aksi Greenpeace ke KPK menyerukan perlindungan kekayaan alam negeri. yang ditampilkan lewat Raung da
Editor

Aksi Greenpeace ke KPK menyerukan perlindungan kekayaan alam negeri. yang ditampilkan lewat Raung da

Mereka lantas menaiki kapal tersebut secara damai untuk melakukan aksi protes. Namun, para aktivis Greenpeace tersebut ditahan di salah satu kabin saat berada di atas kapal.

Atas aksi itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Kabinet Kerja 2014 - 2019, Luhut Binsar Pandjaitan menyesalkan aksi enam aktivis Greenpeace yang menaiki kapal tanker pengangkut minyak sawit Indonesia di Teluk Cadiz, Spanyol.

Dia tak setuju dengan cara protes aktivis Greenpeace atas dampak sawit terhadap perusakan hutan hujan di Indonesia. Menurut Luhut, protes Greenpeace tidak beradab dan dapat merugikan industri sawit dalam negeri.

Baca Juga: Sempat Tersiar Kabar Soal Putranya, Wajar Saja Jenderal Polisi Ini Jadi Pilihan Tunggal Jokowi Sebagai Kapolri. Apa Alasannya?

Apalagi 41 persen produsen sawit Indonesia berasal dari petani. Sekitar 17,5 juta orang terlibat dalam industri ini.

Luhut Binsar Pandjaitan
Kompas

Luhut Binsar Pandjaitan

“Yang susah orang Indonesia. Kalau dia orang Indonesia, harus menghormati negaranya sendiri,” kata Luhut di kantornya, Jakarta, seperti dikutip dari katadata.co.id Senin (19/11/2018).

Apalagi, Luhut mengklaim Indonesia sudah melakukan moratorium izin lahan kelapa sawit sebagaimana tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 8 Tahun 2018. Dengan demikian, tidak ada izin baru yang dikeluarkan pemerintah untuk pembukaan lahan baru kelapa sawit.

Hal ini dilakukan sejak Joko Widodo menjabat presiden pada 2014. (Kompas.com/Katadata.co.id)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest