Saya juga mendapatkan kesaksian Profesor Hermawan Sulistyo, dosen Universitas Bhayangkara, yang sempat mewawancarai para pengunjuk rasa ini. Hermawan sering menjadi investigator di sejumlah kasus kerusuhan.
"Saya ketemu mereka di kawasan Pondok Indah (Jakarta Selatan). Saya tanyakan kepada mereka, dikasih uang berapa? Lalu mereka menjawab, ini Pak baru Rp 10.000, sisanya Rp 100 ribuan belum dibayar. Orang yang janjikan malah hilang!" cerita Hermawan.
Kapolri Jenderal Tito Karnavian sempat mengungkapkan bahwa ada pihak-pihak yang memanfaatkan para pelajar ini.
"Kelompok yang melakukan aksi-aksi ini semula murni dari adik-adik mahasiswa. Ada pihak-pihak yang memanfaatkan, mengambil momentum ini untuk agenda tersendiri, bukan agenda (menolak) RUU," ujar Tito dalam konferensi pers di Gedung Kemenko Polhukam, Jakarta, Kamis (26/9/2019).
"Ada agenda politis yang tadi disebutkan Pak Menko Polhukam, yaitu untuk menjatuhkan pemerintah yang sah secara konstitusional," lanjut dia.
Pola yang sama dengan rusuh pasca-Pilpres
Apa yang terjadi kemarin mirip dengan apa yang terjadi pada 22 Mei pasca-Pilpres lalu. "Ada indikasi orang besar di balik dua kerusuhan yang sama!" ungkap Ketua Komnas HAM Taufan Damanik.