Brackman berani menduga Sultan HB IX sedang melakukan komunikasi dengan Nyai Roro Kidul, karena pada wawancara yang pernah dilakukan dengan Sultan HB IX, yang juga raja Keraton Yogyakarta itu, Sultan mengaku pernah berjumpa dengan Nyai Roro Kidul secara gaib.
Melihat kedatangan Brackman, Sri Sultan Hamengku Buwono IX menoleh dan berkata.
“Saat-saat yang penuh bahaya dan kesukaran berada di depan kita,” ujar Sultan HB IX seperti terulis dalam buku bertajuk Tahta Untuk Rakyat Celah-Celah Kehidupan Sultan Hamengku Buwono IX.
Baca Juga: Deretan Foto Secercah Asa Bekas Tahan Politik di Pulau Buru
Yang dimaksud Sultan adalah tidak lama lagi akan terjadi “persekutuan” antara Soekarno dan PKI.
Persekutuan itu menurut Sultan merupakan pertanda bencana bagi Indonesia.
Sebagai salah satu tokoh yang berperan dalam penumpasan pemberontakan PKI di Madiun (1948), Sri Sultan Hamengku Buwono IX jelas-jelas menentang PKI.
Maka ketika Mayjen Soeharto sebagai Pangkostrad berinisiatif melakukan penumpasan G30S/PKI, Sri Sultan Hamengku Buwono IX termasuk yang turut memberi dukungan.
Apalagi baik Soeharto dan Sultan HB IX sudah sering bertemu di Keraton Yogyakarta dalam rangka mengkoordinir Serangan Umum 1 Maret 1949 di Yogyakarta dan kemudian berhasil secara gemilang.
Ketika Presiden Soeharto menjadi Presiden RI yang ke-2, Sultan HB IX pun dengan senang hati menjabat Wakil Presiden (1973-1978).