Follow Us

Peneliti Asing Bikin Skenario Jika Pohon Benar-benar Hilang dari Muka Bumi. Hasilnya, Betul-betul Buat Kita Bergidik

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Jumat, 27 September 2019 | 17:23
Sola Gratia Sihaloho (22) juga tak habis pikir dengan kebakaran hutan dan lahan yang terus menerus terjadi.
BBC Indonesia

Sola Gratia Sihaloho (22) juga tak habis pikir dengan kebakaran hutan dan lahan yang terus menerus terjadi.

Sistem pertanian juga akan berayun liar. Tanaman naungan seperti kopi akan menurun secara drastis, seperti tanaman yang mengandalkan penyerbuk penghuni pohon. Karena fluktuasi suhu dan curah hujan, tempat-tempat yang sebelumnya menghasilkan tanaman tiba-tiba akan gagal sementara yang lain yang sebelumnya tidak cocok mungkin menjadi diinginkan.

Namun, seiring waktu, tanah di mana-mana akan habis, membutuhkan pupuk dalam jumlah besar agar tanaman dapat bertahan hidup. Pemanasan lebih lanjut pada akhirnya akan membuat sebagian besar tempat tidak dapat ditanami dan tidak bisa untuk hidup.

Di atas semua perubahan yang menghancurkan ini adalah dampak kesehatan. Pohon membersihkan udara dengan menyerap polutan dan menjebak partikel di daun, cabang, dan batangnya.

Para peneliti dari Dinas Kehutanan AS telah menghitung bahwa pohon-pohon di AS saja menghilangkan 17,4 juta ton polusi udara setiap tahun, sebuah layanan bernilai $ 6,8 miliar (£ 5,6 miliar). Setidaknya 850 nyawa diselamatkan sebagai akibatnya dan setidaknya 670.000 kasus masalah pernapasan akut dihindari.

D'Odorico menambahkan bahwa kita mungkin juga melihat wabah penyakit langka atau baru yang ditransfer dari spesies yang biasanya tidak bersentuhan dengan kita.

Baca Juga: Pohon Besar Ikut Terbawa Banjir Bandang Sentani, Apakah Ada Hutan yang Gundul di Hulu?

Kondisi lereng Gunung Cycloop terpantau dari Jalan Sosial, Sentani, Papua, Kamis (21/3/2019). Kondisi kaki gunung banyak beralif fungsi dari cagar alam menjadi kebun dan perumahan. Kawasan hutan seluas 31.479,9 hektar itu merupakan pengendali pasokan air bagi warga Jayapura, Papua.  KOMPAS/HENDRA A
Kompas Nasional

Kondisi lereng Gunung Cycloop terpantau dari Jalan Sosial, Sentani, Papua, Kamis (21/3/2019). Kondisi kaki gunung banyak beralif fungsi dari cagar alam menjadi kebun dan perumahan. Kawasan hutan seluas 31.479,9 hektar itu merupakan pengendali pasokan air bagi warga Jayapura, Papua. KOMPAS/HENDRA A

Dia dan rekan-rekannya menemukan bahwa penularan Ebola ke manusia terjadi di hotspot fragmentasi hutan. Hilangnya hutan secara tiba-tiba di mana-mana dapat memicu lonjakan sementara dalam paparan infeksi zoonosis seperti Ebola, virus Nipah dan virus West Nile, katanya, serta penyakit yang ditularkan oleh nyamuk seperti malaria dan demam berdarah.

Penelitian yang berkembang juga menunjukkan fakta bahwa pohon dan alam baik untuk kesejahteraan mental kita. Departemen Konservasi Lingkungan Negara Bagian New York, misalnya, merekomendasikan berjalan di hutan untuk meningkatkan kesehatan secara keseluruhan, termasuk untuk mengurangi stres, meningkatkan tingkat energi dan meningkatkan kualitas tidur.

Pohon juga tampaknya membantu tubuh pulih: sebuah penelitian terkenal dari tahun 1984 mengungkapkan bahwa pasien yang sembuh dari operasi mengalami masa rawat yang lebih pendek di rumah sakit jika mereka memiliki pandangan pepohonan hijau daripada dinding bata.

Baca Juga: Bukan Tipuan, Begini Rahasia Pawang Bikin Trik Foto Selfie Bareng Monyet di Hutan Ubud. Hasilnya, Wisatawan Asing Punya Foto Kenangan Nan Unik!

Suasana kebakaran lahan gambut di Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat, Aceh Barat, Aceh, Senin (8/7/2019). Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menerangkan, Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Aceh mencapai 99 hektar yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Bener Meriah
ANTARA FOTO

Suasana kebakaran lahan gambut di Desa Napai, Kecamatan Woyla Barat, Aceh Barat, Aceh, Senin (8/7/2019). Data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) menerangkan, Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di Provinsi Aceh mencapai 99 hektar yang tersebar di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, Bener Meriah

Source : BBC Indonesia

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest