Follow Us

Di Desa Ini Langit Jadi Merah Pada Siang Hari Terjadi Karena Hamburan Cahaya, Ahli Bilang Bukan Disebabkan Pengaruh Api Karhutla

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Minggu, 22 September 2019 | 06:15
Foto udara kebakaran hutan di samping perkebunan kelapa sawit di kabupaten Kumpeh Ulu di Muaro Jambi, provinsi Jambi.
Antara Foto/Reuters/VOA Indonesia

Foto udara kebakaran hutan di samping perkebunan kelapa sawit di kabupaten Kumpeh Ulu di Muaro Jambi, provinsi Jambi.

Fotokita.net - Kejadian ini bermula dari unggahan video yang viral di media sosial. Setelah viral, video itu menyebar melalui percakapan jejaring sosial. Akhirnya, banyak orang yang membicarakannya.

Pada Sabtu (21/9/2019) siang warga Desa Pulau Mentaro, Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muaro Jambi terkejut dengan perubahan warna langit. Langit yang seharusnya berwarna biru, tetapi justru berkelir merah seperti menjelang senja. Padahal, saat itu kondisi masih tengah hari bolong.

Baca Juga: Tanpa Bekal Bahasa Indonesia, Bule Prancis Ini Nekat Tinggal di Kalimantan Buat Selamatkan Lingkungan. Kini Dia Jadi Salah Satu Korban Kabut Asap Karhutla

Warga setempat, Mardiana mengatakan perubahan warna langit merah tersebut terjadi sekitar pukul 10.42 WIB hingga 14.00 WIB pada Sabtu (21/9/2019).

"Saya dapat kiriman video dari sepupu saya, Ummu Ria, jam 10.42 WIB udah mulai merah langitnya, kak. Azan dzuhur udah mulai gelap," katanya saat dihubungi, Sabtu (21/9/2019) malam.

Kondisi Muaro Jambi berwarna merah pada siang hari.
Facebook: Qha Caslley

Kondisi Muaro Jambi berwarna merah pada siang hari.

Lantas, apa sebenarnya yang menjadi penyebab perubahan warna langit ini?

Plt Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB) Agus Wibowo Soetarno mengungkapkan bahwa warna merah terjadi karena pergerakan kabut asap dari titik api atau hotspot.

"Warna merah tersebut merupakan kabut asap yang bergerak dari hotspot yang ada di provinsi bagian selatan Provinsi Riau," ujar Agus saat dihubungi, Sabtu (21/9/2019) malam.

Menurutnya, titik api ini sudah ada sejak pertengahan Agustus 2019.

Baca Juga: Bisa Tinggal Enak di Negaranya yang Maju, Bule Prancis Ini Malah Pilih Matian-matian Selamatkan Satwa Liar Kalimantan. Dia Juga Sudah Berkali-kali Jadi Korban Kabut Asap Karhutla. Mengapa Enggak Kapok?

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest