Follow Us

Tak Banyak yang Tahu, Begini Kisah Menakjubkan Para Perempuan Muda yang Menjadi Pencicip Makanan Adolf Hitler

Bayu Dwi Mardana Kusuma - Selasa, 17 September 2019 | 15:03
Hitler dan istrinya, Eva Braun.
thelocal.de

Hitler dan istrinya, Eva Braun.

Dibandingkan pengalaman orang lain selama perang, para perempuan itu menjalani kehidupan yang lebih mudah. Tahun 1944, saat banyak orang kelaparan di Jerman, mereka makan tiga kali dalam sehari.

Tentu saja, mereka mendapat menu vegetarian karena Hitler dikenal menjauhi panganan berbahan daging. Marget Wölk menyebut menu itu, antara lain sederet sayuran, nasi, pasta, mi, dan buah-buahan eksotik yang sangat jarang ditemukan kala itu.

Namun meski seluruh panganan itu lezat, Wölk berkata, mereka tidak bisa benar-benar menikmatinya.

"Beberapa dari mereka mulai menangis saat mulai makan karena mereka sangat takut," kata Wölk dalam sebuah sesi wawancara tahun 2013.

Baca Juga: Gara-gara Kabut Asap, Kualitas Udara Palangkaraya Dinyatakan Tak Lagi Layak Buat Manusia. Lantas, Bagaimana Nasib Warganya?

Adolf Hitler berfoto bersama anggota Pemuda Hitler.
Universal History Archive/UIG/Getty Images via History.com)

Adolf Hitler berfoto bersama anggota Pemuda Hitler.

"Kami harus menghabiskan seluruhnya, lalu menunggu satu jam. Dan kami selalu takut akan jatuh sakit. Kami juga menangis layaknya anjing karena begitu bahagia dapat bertahan hidup."

Sejumlah anggota badan paramiliter Nazi, SS, yang akan menyiapkan makanan kepada Hitler biasanya menunggu sejam. Jika para perempuan muda itu terjungkal, mereka batal menyajikannya.

Tapi jika tak ada dampak yang terlihat di antara para pengecap makanan itu, mereka akan segera menyajikannya kepada Hitler.

Namun di antara jeda makanan, para perempuan muda itu tak berbuat apapun, kecuali menunggu kalau-kalau mereka mati.

Yang diselami Brooks dalam tulisannya adalah "tentang bagaimana mereka membunuh waktu, membunuh rasa bosan yang ada.

Baca Juga: Foto Bunuh Diri yang Paling Fenomenal Ini Rupanya Jadi Inspirasi Andy Warhol untuk Bikin Karya Cetak

Source : BBC Indonesia

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya

Latest