Terlebih bagi bangsa Jepang, banyak dari wisatawan Jepang juga berziarah ke tempat-tempat bekas pertempuran semasa Perang Dunia II yang tersebar di pulau-pulau di Pasifik Selatan.
Baca Juga: Mahasiswa Papua di Surabaya di Jemput Paksa Polisi. Apakah Masalahnya? Berikut Foto-Fotonya
Diplomat Kementerian Luar Negeri Ida Bagus Bimantara yang pernah bertugas di KBRI Canberra mengingatkan betapa eratnya identitas kultural Austronesia dan Melanesia di Kepulauan Pasifik dengan Bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia di sebelah barat berasal dari rumpun Austronesia sama dengan masyarakat Madagaskar, Guam, dan beberapa wilayah Pasifik seperti di Republik Mikronesia dan lain-lain.
Sedangkan masyarakat Melanesia seperti di NTT, Maluku, dan Papua memiliki kesamaan dengan warga di Papua Nugini, Kepulauan Solomon, Kaledonia Baru, Vanuatu, dan Fiji.
Peneliti Lembaga Eijkman Herawati Sudoyo mengingatkan, garis darah Melanesia dalam tubuh manusia Indonesia secara umum memiliki leluhur dari berbagai asal-usul. Sehingga sangat tidak relevan perilaku diskriminasi terhadap masyarakat Papua, mengingat kita semua memiliki warisan genetika Melanesia.
Kedekatan hubungan budaya Austronesia dan Mikronesia ini pun diakui badan dunia seperti UNESCO. Badan PBB ini menetapkan Nan Madol di Republik Mikronesia sebagai situs warisan dunia, yakni bekas candi dan istana batu yang dibangun Dinasti Sadulur tahun 1200 – 1500 Masehi atau pada periode yang sama dengan masa Kerajaan Majapahit tumbuh. Secara geografis pun terdapat pulau karang bernama Ontong Jawa di kawasan Pasifik Selatan tersebut.
Bicara dalam kesetaraan dan bukan dengan pendekatan superior terhadap inferior, serta melihat Papua dari sudut pandang Papua dengan hati jernih adalah langkah awal menuju Papua damai. Papua adalah pintu persaudaraan Indonesia ke Pasifik Selatan sebagai keluarga besar Bangsa Austro–Melanesia yang membentang dari Madagaskar–Indonesia–Malaysia–Filipina hingga negeri-negeri kepulauan di Pasifik Selatan. (Penulis: Iwan Santosa/Kompas.id)