Tentu saja boleh, sebab wartawan ini sedang pikir-pikir bagaimana dari foto ini yang mau dibuang supaya proporsinya baik dan supaya garis-garisnya jelas.
“Kalau begini nanti garis-garisnya tidak jelas, sebab akan merapat kalau diperkecil,” kata oom Frans. “Yang mau ditonjolkan yang mana? Bagian yang tidak mau ditonjolkan digunting saja, buang. Bagaian yang mau ditonjolkan sambung lagi.”
Sesudah jadi wartawan-wartawan itu pikir-pikir, Betul juga! Sekarang ia masih ingat nasihat tersebut.
Wartawan ini juga ingat nasihat oom Frans tentang caption foto. “Bikinlah caption sesedikit mungkin, karena foto itu sendiri sudah harus bercerita. Foto yang baik ialah yang begitu dilihat segera bisa dimengerti. Nilainya sama dengan 1000 kata,” katanya.
“Lain halnja dengan foto feature (seperti yang sering dimuat KOMPAS di halaman 1 pojok kiri). Begitu melihat foto feature mestinya orang ingin mengetahui kelanjutannya dan ini didapati di bawahnya dalam bentuk cerita."
Ketika sudah lebih sering tinggal dikantor saja, Frans Mendur kadang-kadang juga merangsang wartawan-wartawan muda dengan umpamanya, “Di Anu ada hidrant air. Sering kali kelihatan disedot oleh tanki-tanki air untuk dijual di tempat lain.
Apakah ini menurut peraturan dibenarkan ? Mungkin penyedotan ini dimaksudkan untuk menyempatkan orang-orang yang tinggal di tempat yang tidak punja air Iedeng untuk menikmati air Iedeng.
Tapi bagaimana orang-orang yang tinggal disekeliling hidrant itu, yang membayar rekening air tapi tidak dapat air karena habis disedot?
Baca Juga: Ibu Kota Pindah, Benarkah Pusat Pemerintahan Pakai Konsep Kota demi Lestarikan Hutan Kalimantan?
Saya sudah ambil gambarnya coba saja selidiki kesana, mungkin sumber pemberitaan yang baik".