Jenderal TNI Tak Akur Sudah Biasa, Mantan Panglima Era Soeharto Pecat Sahabat Sendiri Gegara Candanya Dikutip Media, Foto M Jusuf Dikagumi

Minggu, 11 September 2022 | 15:11
Kolase

M Jusuf mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto pecat sahabat sendiri gegara candanya dikutip media. Jenderal TNI tak akur sudah biasa.

Fotokita.net - Isu konflik antara Panglima TNIJenderal Andika Perkasa danKSAD Jenderal Dudung Abdurachman diungkap oleh anggota Komisi I DPR Fraksi PDIP Effendi Simbolon. Publik akhirnya dibuat geger lantaran politikus PDIP blak-blakan mengungkapnya di tengah rapat kerja dengan Andika Perkasa.

Rumor hubungan tak harmonis di antara petinggi militer Indonesia langsung dibantah. Jenderal Andika memberikan pernyataan tegas kepada wartawan usai rapat kerja DPR itu. Begitu pula Jenderal Dudung. Dia menelepon pimpinan Komisi I untuk menjelaskan ketidakhadirannya dalam rapat kerja.

Namun, kabar jenderal TNI tidak akur sudah biasa. Ada sejumlah contoh ketidakakuran di antara pemimpin TNI yang ceritanya muncul belakangan. Salah satu contohnya, mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto, Jenderal M Jusuf, yang memecat sahabat sendiri gegara candaan sang teman lamanya dikutip media massa. Foto Jenderal M Yusuf banyak dikagumi.

Pengamatmiliter dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi menilai rumor konflik antara Andika dan Dudung memang beredar selama ini. "Rumor semacam yang disampaikan oleh Effendi Simbolon memang banyak beredar selama ini," sebut Khairul kepada awak media pada Jumat (9/9/2022).

Kata Khairul, ketidakakuranantarpejabat adalah hal yang sudah biasa dan bisa terjadi di instansi manapun. Dia menilai hal itu bukan merupakan persoalan besar selama tidak mengganggu kinerja masing-masing.

"Tapi ketidakcocokan personal antarpejabat selalu berpeluang terjadi di manapun. Bukan cuma itu, friksi antarmatra maupun antarfaksi juga berpeluang hadir dan itu dapat dipahami karena para prajurit memang dicetak untuk memiliki mental petarung, siap berkompetisi dan menjadi juara.

Nah sepanjang tidak mengganggu kinerja maupun pelaksanaan peran dan fungsi masing-masing, hal itu bukan masalah besar," terang Khairul panjang lebar.

Baca Juga: Isu Konflik Jenderal Dudung Dibantah, Ucapan Panglima TNI Ini Bisa Bahayakan KSAD, Foto Petinggi Militer Dibahas

Istimewa

M Jusuf mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto pecat sahabat sendiri gegara candanya dikutip media. Jenderal TNI tak akur sudah biasa.

Namun menurut Khairul hubungan tidak akur itu harus memiliki batasan dan tidak berkembang ke aspek lain dan tidak merusak loyalitas kepada negara, sapta marga, dan sumpah prajurit.

"Tentu saja ketidakcocokan itu ada batasannya agar tidak berkembang menjadi friksi yang menajam dan kontraproduktif. Apa itu?

Pertama, loyalitas pada negara dan konstitusi, pada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, pada panglima tertinggi sepanjang itu layak, serta pada ketentuan hukum dan perundang-undangan.

Kedua, batasan hierarki dan peran kewenangan. Artinya, sepanjang tidak menabrak salah satu atau kedua batasan itu, ketidakselarasan hubungan tidak akan sampai mengganggu kinerja dan misi lembaga," papar Khairul.

Khairul mengatakan adanya ketidakakuran antarpejabat bukan baru kali saja terjadi. Tapi sudah berlangsung lama. Bahkan menurutnya sejak era Jenderal Sudirman.

"Disinggung oleh Efendi Simbolon bahwa isu tidak harmonis itu bukan hanya baru sekarang, tapi sudah berlangsung lama. Dia menyebut sejak masa Moeldoko. Nah saya kurang sependapat.

Kecenderungan untuk tidak harmonis itu bahkan ada terutama sejak organisasi gabungan matra ini dibangun. Bahkan ketika Jenderal Sudirman menjadi Panglima Besar, potensi disharmoni bukannya tidak ada," beber Khairul memberikan contoh.

"Friksi berpotensi menajam jika personal interest hadir dan terjadi politisasi. Tapi mereka lazimnya akan tetap menunjukkan soliditas dan loyalitas tanpa reserve jika itu menyangkut kepentingan lembaga atau hal-hal yang lebih besar seperti keamanan negara dan stabilitas nasional," tambah Khairul.

Baca Juga: Jadi Kebanggaan Jenderal Dudung, Anak KSAD Dicoret Panglima TNI dari Seleksi Akmil Karena Syarat Ini, Foto Sosoknya Sampai Ditelusuri

Istimewa

M Jusuf mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto pecat sahabat sendiri gegara candanya dikutip media. Jenderal TNI tak akur sudah biasa.

Terlepas dari jenderal TNI tak akur sudah biasa, mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto, Jenderal M Jusuf memecat sahabat sendiri gegara canda sang teman lama dikutip media massa. Foto Jenderal M Jusuf banyak dikagumi.

Kisah Panglima TNI kesayangan prajurit yang memecat sahabat sendiri itu muncul dalam buku otobiografi Panda Nababan,'Lahir Sebagai Petarung'. Wartawan yang kini dikenal sebagai politikus senior ini mengisahkan bagaimana ketegasan M Jusuf mendepak teman lama, yang sama-sama berjuang menumpas pemberontakan RMS di Maluku Selatan.

Suatu sore di bulan April 1980, Menhankam/ Pangab Jenderal M Jusuf melihat KSAD Jenderal R. Widodo tengah mengawasi para tukang yang tengah merenovasi sebuah rumah di Jalan Teuku Umar. Keesokan harinya dia langsung memanggil Widodo dan mempersoalkannya karena rumah itu tak masuk laporan kekayaan. Jusuf menilai Widodo tak jujur.

"Mulai sekarang jij tidak KSAD lagi, nanti saya lapor Pak Harto," kata M Jusuf seperti tertuang dalam cerita Panda Nababan dalam otobiografinya.

Panda lantas melanjutkan kisahnya, di lain kesempatan Jusuf mengaku persoalan sebenarnya dari pemecatan itu bukan semata karena rumah. Dia merasa dilangkahi karena Widodo membentuk Forum Studi dan Komunikasi TNI AD tanpa memberi tahu kepadanya. M. Jusuf merasa dilangkahi dan tak senang sejak awal pembentukannya. Setelah R. Widodo dipecat dan digantikan Jendera M. Poniman, Forum pun dibubarkan.

Selain KSAD Jenderal R Widodo, semasa menjabat Menhankam/Pangab, Jenderal M Jusuf juga memecat empat jenderal lainnya. Selain karena dinilai tidak disiplin, ketahuan tertidur saat rapat dan seorang di antaranya dipecat gara-gara rokok. Rupanya Jusuf tidak suka melihat tamunya merokok, tak peduli itu adalah sahabat sendiri.

Alkisah, pada suatu hari di tahun 1981, Pangkowilhan III Sulawesi-Kalimantan, Letjen TNI Leo Lopulisa melakukan kunjungan kehormatan ke Dephankam. Antara Leo dan Jusuf telah lama berteman karena pernah sama-sama terlibat dalam operasi penumpasan RMS di Maluku Selatan.

Leo dikenal sebagai perokok berat. Tapi Jusuf menegur dan melarang merokok saat saat berada di ruangannya. "Saya tidak suka jij merokok, itu tidak sehat," ujarnya seperti ditulis Panda Nababan.

Merasa teman lama, Leo mencoba menawar atasannya itu. Apalagi di meja terlihat ada asbak. Jusuf berkeras dan menyebut asbak yang mungkin peninggalan Menhankam sebelumnya itu sebagai hiasan belaka.

Baca Juga: Anak Jenderal Dudung Disebut Jadi Pemicu, Panglima TNI Ungkap Hubungan Kerjanya dengan KSAD, Foto Mantan Pangkostrad Dibahas

Istimewa

M Jusuf mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto pecat sahabat sendiri gegara candanya dikutip media. Jenderal TNI tak akur sudah biasa.

"Saudara Leo, merokok itu tidak baik, tidak sehat. Napas jadi pendek."

Leo merespons nasihat kawannya itu sambil bergurau, "Betul Jenderal, napas pendek tapi umur justru panjang."

Saat bertemu dengan Panda yang kala itu sebagai wartawan Sinar Harapan dan Agust Parengkuan dari Kompas, Leo menuturkan kembali percakapannya soal rokok dengan Jusuf. Cerita itu keesokan harinya terbit di Kompas.

Tahu Jusuf tersinggung berat dengan cerita di Kompas itu, Panda tak ikut-ikutan menulis. Tak sampai sepekan kemudian, Leo dicopot dan ditugaskan sebagai Dubes di Filipina.

Lain lagi dengan nasib Pangdam Jaya Norman Sasono, Pangdam Sriwijaya Mayjen Obrin, dan Pangdam Tanjung Pura Subhan. Norman yang pernah bertugas di Paspampres dicopot karena kerap ke Cendana tanpa meminta izin. Obrin dicopot karena saat Jusuf sidak ke Palembang, dia tengah cuti di Jakarta.

Sedangkan Subhan yang juga ketua umum Inkai sedang mengikuti konferensi karate di Singapura.

"Ya sudah, dia tidak usah kembali ke tempat tugasnya di Pontianak. Jadi panglima karate saja," ujar Jusuf.

Letjen TNI (Purn) Rais Abin yang pernah menjadi Asisten Perencanaan Umum mengaku pernah berupaya menengahi pemecatan Obrin."Dia kan cuti, Cup. Dia berhak cuti 12 hari setahun," kata Rais seperti tertuang dalam memoarnya, 'Mission Accomplished'.

Jenderal M Jusuf menukas, "Aku tidak pernah cuti. Salah dia mengapa tidak ada waktu aku datang."

Baca Juga: Dilepas Polisi Usai Diviralkan Culik Anak SMP, Pengemudi Mobil Pelat Mabes TNI Malah Pulang Jalan Kaki, Foto Wajahnya Dirahasiakan

Istimewa

M Jusuf mantan Panglima ABRI era Presiden Soeharto pecat sahabat sendiri gegara candanya dikutip media. Jenderal TNI tak akur sudah biasa.

(*)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya