Fotokita.net - Pantas saja dijadikan wakil keluarga dalam pernikahan Atta dan Aurel, Ketua MPR bongkar sosok menteri yang nangis-nangis agar masuk kabinet Jokowi.
Ketua MPR Bambang Soesatyo dikenal sebagai sosok dengan pergaulan luas. Kenyang dalam berpolitik, mantan wartawan ini juga punya relasi yang baik dengan sejumlah artis Tanah Air.
Itu sebabnya, dalam pernikahan Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah, Bamsoet, sapaan akrab Bambang Soesatyo didapuk sebagai wakil keluarga.
Adapun pernikahan yang digelar di Hotel Raffles, kawasan Setiabudi, Jakarta tersebut ditayangkan secara live di stasiun TV RCTI, Sabtu (3/4/2021).
Sementara itu, presenter Raffi Ahmad dan Ayu Dewi didapuk menjadi pemandu acara.
Mereka pun melukiskan jalannya pernikahan Atta dan Aurel yang digadang-gadang menjadi pernikahan termegah tahun ini.
Raffi kemudian melihat seorang tamu kehormatan dan langsung menghampirinya.
Ternyata orang tersebut adalah Bambang Soesatyo atau yang biasa disapa Bamsoet.
"Tamu-tamu sudah hadir, dan saya melihat ada tamu kehormatan Pak Bamsoet, beliau sudah menjadi seperti ayah angkatnya Atta," kata Raffi.
Ia kemudian mempersilakan Bamsoet untuk tampil dan menanyai mengenai acara tersebut.
"Atta ini dekat banget sama Pak Bamsoet," cetus Raffi.
"Waktu pertama kali Atta mau nikah, bilang apa sih sama Pak Bamsoet waktu itu?," tanyanya.
Setengah bercanda, Bamsoet menyebut bahwa sang YouTuber mengutarakan langsung padanya niatan untuk menikah dengan Aurel.
Kemudian, Bamsoet menyatakan rasa syukurnya lantaran Atta bisa melangsungkan pernikahan pada hari itu.
"Atta menyampaikan ke saya bahwa dia ingin segera memiliki BPKB dan STNK sama Aurel," kelakar Bamsoet.
Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah mengundang Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo yang akan menjadi saksi dalam pernikahan sakral mereka.
"Saya bersyukur bahwa pada akhirnya ikatan hati ananda Atta dan Aurel hari ini akan diikat oleh sebuah janji suci."
"Dan dikukuhkan dalam lembaran negara dan sah secara agama."
Raffi lalu menanyakan kepada Bamsoet mengenai sosok Atta yang selama ini dikenal dekat olehnya.
Menurut Bamsoet, Atta bukanlah lelaki pada umumnya.
Apalagi, mengingat pernikahan hari itu digelar dengan sangat mewah.
Bahkan, sampai dihadiri oleh Jokowi dan sang istri Iriana Jokowi, Prabowo beserta jajaran artis ternama lainnya.
Bamsoet pun kemudian memberikan pesan-pesan pada Atta beserta Aurel yang akan segera menjadi keluarga.
"Kalau Pak Bamsoet sendiri melihat sosok Atta sosok laki-laki seperti apa sih?," tanya Raffi.
Pasangan pengantin Atta Halilintar dan Aurel Hermansyah berfoto bersama Presiden Jokowi dan Ibu Iriana Joko Widodo, Sabtu (3/4/2021)
"Bukan lelaki biasa," sebut Bamsoet.
"Saya berpesan pada Atta bahwa sebuah perkawinan itu adalah sebuah perjalanan perjuangan panjang."
"Jadi nanti jangan heran dalam membangun mahligai itu pasti akan menemui banyak masalah, cobaan, namanya juga hidup."
Baru-baru ini, mantan wartawan senior Kompas, Joseph Osdar menuliskan pengalaman Bamsoet dalam dunia politik Indonesia melalui sebuah kolom khusus di Kompas.com. Link tulisan lengkapnya dalam di baca di sini.
Berikut ini petikannya:
SABTU sore, 27 Maret 2021, saya menemui Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Bambang Soesatyo (Bamsoet) di Jalan Proklamasi Nomor 80 Jakarta Pusat.
Rentetan buku-buku tebal di rak buku menjadi bagian design interior ruang tempat kami bertemu.
“Saya mau menulis tentang Mas Bamsoet, yang saya baca di buku-buku Anda,” kata saya padanya saat itu. “Silakan,” jawab Bamsoet.
“Termasuk buku Republik Komedi 1/2 Presiden terbitan tahun 2015?” tanya saya lagi. “Tidak ada masalah," jawab Ketua DPR 208-2019 ini.
Dalam percakapan selama dua jam dengannya, kami antara lain juga membahas pemerintahan Presiden Joko Widodo.
Dalam bahasan kami, Bamsoet antara lain mengatakan, “Pak Jokowi pernah mengatakan kritik saya kepada beliau itu pedas, tapi beliau juga bilang hal itu tidak mengapa dan justru baik.”
Kata-kata Jokowi itu juga telah saya baca dalam buku tentang Bamsoet terbitan Gramedia September 2018, tidak lama setelah menjadi ketua DPR.
Judulnya Bambang Soesatyo - dari Wartawan ke Senayan. Saya juga ikut menyumbang tulisan untuk buku itu.
Sejumlah tokoh memberi komentar di belakang buku itu. Ada Presiden Joko Widodo, Wakil Presiden 2014-2019 Jusuf Kalla, Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Jenderal Polisi (Purn) Budi Gunawan (BG), Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dan Kepala Kepolisian Negara RI (2016 - 2019) Jenderal Polisi Tito Karnavian.
Jokowi antara lain mengatakan, “Kesan pertama saya tentang Bamsoet, kalau mengritik pedas sekali.”
“Tapi saya tahu Bamsoet konsisten dan apa adanya. Perjalanan keras dan berliku sebagai wartawan dan jiwa kewirausahaan yang kuat sebagai pengusaha mematangkan nurani dan pikirannya dalam berpolitik,” lanjut Jokowi dalam komentarnya tentang Bamsoet.
Sementara itu Jusuf Kalla mengatakan, “Bamsoet memerankan dengan baik tugas beratnya sebagai Ketua DPR-RI.”
“Dia netral dan jadi penyejuk suhu parlemen. Berbekal potensinya sebagai wartawan tangguh, dia selalu penuh respek, cerdas dan cekatan dalam berkomunikasi,” lanjut JK.
Budi Gunawan berkomentar, sebagai wartawan dan Ketua DPR kini, Bamsoet konsisten mengungkap berbagai fakta dan pemikiran konstruktif.
“Piawai, dia mampu menyatukan 560 politisi dari 10 Parpol di parlemen. DPR- RI pun kini lebih terbuka dan kondusif,” ujar BG lagi.
Hadi Tjahjanto juga mengemukakan jiwa wartawan Bamsoet membuatnya lain dengan politisi lainnya.
Sedangkan Tito menyebut Bamsoet sebagai sosok yang bisa diterima semua kalangan.
Mungkin Bamsoet adalah ketua DPR atau Ketua MPR saat ini yang banyak menulis buku dan sosoknya banyak ditulis oleh para penulis.
Sejak 1990 hingga kini paling sedikit Bamsoet sudah menulis sekitar 18 buku. Setahu saya buku terakhirnya terbit tahun lalu (2020) berjudul Tetap Waras, Jangan Ngeres - Politik Bernegara di Masa Pandemi.
Dua buku Bamsoet yang banyak mengkritisi pemerintahan Jokowi adalah Ngeri-ngeri Sedap (2017) dan Republik Komedi 1/2 Presiden (2015).
Coba kita lihat sentilan dan kepedasan serta pengungkapan fakta-fakta yang ditulis dalam buku-bukunya.
Kita ambil saja dulu salah satu bukunya, Republik Komedi 1/2 Presiden. Coba saya pilihkan yang ada di halaman 151 sampai 161 dalam buku cetakan tahun 2015.
Bagian ini Bamsoet mengungkap di balik tirai kenapa Jokowi menunda mengumumkan daftar anggota Kabinet pada Oktober 2014, tidak sesuai dengan jadwal yang diumumkan sebelumnya.
Pada Bab IV di bawah subjudul, Digosok, Diotak-atik, Kabinet Tetap Tambun, Bamsoet antara lain membuat kalimat seperti ini, ”Sebenarnya apa sih yang terjadi di balik pembatalan (pengumuman kabinet), berkali-kali itu?”
Seorang sumber di kalangan istana mengatakan, begitu tulis Bamsoet waktu itu, pembatalan itu berkaitan dengan kedatangan tiga pimpinan KPK hari itu.
Pada Rabu, 22 Oktober 2014, sekitar pukul 17.00 sore, Ketua KPK Abraham Samad dan dua Wakil Ketua KPK, Bambang Widjojanto dan Zulkarnaen, datang ke istana.
“Pers menyebut-nyebut pertemuan itu membahas soal delapan nama calon menteri yang diberi tanda merah dan kuning oleh KPK, yang diduga terkait tindak korupsi,” tulis Bamsoet.
Di sini Bamsoet mengulas tentang pembatalan pengumuman susunan kabinet sesuai jadwal yang diumumkan sebelumnya. Tentu, hanya dia, bukan yang lain, yang mampu membuat Jokowi membatalkan pengumuman itu, tulis Bamsoet tujuh tahun lalu.
Dalam ulasannya, Bamsoet menganalisa ada kemungkinan mantan menteri kabinet 2001-2004 tersebut tidak masuk dalam daftar Kabinet Kerja.
Konon, setelah itu mantan menteri ini sampai menangis minta agar dirinya diupayakan masuk kabinet.
Mantan menteri itu disebut-sebuh mengiba dan menyebut perannya selama ini, baik sebelum Pilpres, pada saat Pilpres maupun peran lainnya.
Akhirnya mantan menteri dalam kabinet awal tahun 2000-an itu kembali lagi jadi menteri tahun 2014-2019. Masuknya mantan menteri jadi menteri lagi ini, menuai hujatan, termasuk dari Bamsoet.
Ini menunjukkan, kata Bamsoet pedas, kabinet yang disebut-sebut mengutamakan Trisakti tampaknya hanya sekedar merek dagang. Airmata mantan menteri ini nampaknya punya kekuatan tersendiri.
Tapi ingat ada pepatah kuno Latin yang mengatakan, lacrima nihil citius arescit, tidak ada yang lebih cepat mengering daripada airmata.
Apakah kini mantan menteri ini menangis dan mengiba lagi supaya masuk kabinet lagi ?
Siapa yang berani bertanya padanya? Wartawan dari media yang banyak mendapat iklan berkat jasanya mungkinkah berani tanya padanya?
Relawan pemburu posisi komisaris mungkin berani.
(*)