Fotokita.net - Dianggap terlupakan karena kurang perhatian, 3 faktor ini jadi penyebab banjir di Kalimantan Selatan: lebih parah dari tahun 2020.
Sejumlah daerah di Kalimantan Selatan (Kalsel) terendam banjir pada beberapa hari terakhir.
Setidaknya 1.500 rumah warga di Kecamatan Pengaron, Kabupaten Banjar, Kalsel kebanjiran. Ketinggian air mencapai 2-3 meter.
Hujan deras yang merata selama beberapa hari terakhir diduga menjadi penyebab.
"Memang ada beberapa daerah yang dikepung banjir, tapi ada dua daerah yang terparah yang menjadi fokus kita," ujar Kepala Basarnas Banjarmasin Sunarto, dilansir dari pemberitaan Kompas.com, Selasa (12/1/2021).
Sebelumnya diberitakan, tingginya intensitas hujan selama beberapa hari terakhir di wilayah Kalsel mengakibatkan banjir di sejumlah daerah. Banjir terparah terjadi di Kabupaten Banjar dan Kabupaten Tanah Laut.
Sampai saat ini, petugas SAR gabungan masih mengevakuasi warga yang terjebak di dalam rumah mereka.
Banjir besar yang melanda wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dilaporkan masih terjadi hingga Sabtu (16/1/2021). Bahkan dikabarkan sudah menelan korban jiwa.
Nyaris seluruh wilayah di Kalsel tersapu banjir besar.
Banjir terparah terjadi di Kabupaten Banjar dan Tanah Laut juga Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST).
Banjir juga terjadi Kabupaten Tapin, Kota Banjarbaru, Balangan.
Banjir ini nampaknya belum surut.
Pada Jumat malam, tagar #KalselJugaIndonesia trending di Twitter.
Di media sosial, warganet meminta tolong agar banjir segera ditangani.
Warganet mengeluhkan sepinya pemberitaan tentang banjir di Kalsel.
Mereka juga mengeluhkan belum adanya bantuan yang datang.
Pantuan Tribunnews.com, warganet mengunggah foto dan video yang memperlihatkan banjir di Kalsel.
"Tolong bantu kami dengan meng up berita ini. Agar kami bisa mendapatkan lebih banyak bantuan berupa dana, sembako dll. Kami satu KALSEL sudah dikepung air, terimakasih," tulis akun @chibunkijo.
"#KalselJugaIndonesia kota kami sedang dilanda banjir besar tapi belum ada satupun bantuan yg masuk kekampung² kecil yang hampir tenggelam karena dekat dengan sungai,warga biasa jauh lebih peduli ketimbang yg berwewenang Astagfirullahhh Apa nunggu kami rata dengan air dulu?," tulis @inikacangq.
Baca Juga: Gugup Suntik Jokowi Karena Alasan Ini, Ternyata Dokter Abdul Muthalib Bukan Sosok Sembarangan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) diprotes netizen karena tidak menyebut bencana banjir Kalimantan Selatan (Kalsel) dalam cuitan di Twitter-nya.
Di mana Jokowi hanya menyinggung bencana alam pada dua wilayah saja, longsor di Sumedang, Jawa Barat dan gempa bumi di Sulawesi Barat.
Sementara dalam cuitannya tersebut, Jokowi tidak menyinggung banjir di Kalimantan Selatan yang kini telah menimpa banyak korban.
Dalam cuitan pertama, Jokowi mengatakan:
Dua bencana alam dalam selang waktu beberapa hari terjadi di negara kita. Gempa bumi mengguncang Sulawesi Barat dinihari tadi, dan longsor di Sumedang, Jawa Barat, 9 Januari lalu.
Turut berdukacita atas korban meninggal dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.
Lalu pada cuitan kedua Jokowi menyebut:
Saya telah menghubungi Gubernur Sulawesi Barat melalui telepon, pagi tadi.
Saya juga memerintahkan Kepala BNPB, Menteri Sosial, Kepala Basarnas, Panglima TNI dan Kapolri, untuk segera melakukan langkah tanggap darurat, mencari dan menemukan korban, serta merawat yang luka-luka.
Kemudian cuitan selanjutnya:
Untuk penanganan longsor di Kabupaten Sumedang, saya telah memerintahkan Kepala BNPB, Menteri Sosial, dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk segera melakukan relokasi warga terdampak bencana.
Cuitan itu dilakukan Jokowi di akun Twitter-nya @jokowi pada Jumat, 15 Januari 2021.
Karena tidak menyebut bencana banjir di Kalimantan Selatan sedikit pun, netizen langsung melakukan aksi protes di kolom komentarnya.
@and***51
Kalsel juga indonesia pak..jangan gak dianggap.
@Darman***tyas
Jangan lupa banjir bandang di Kalimantan Selatan kemarin pak
@shf***ila
kalsel banjir satu provinsi ga ada yang tau diam semuaa,pa di sini banyak yang memerlukan bantuan juga,ga di jawa sama Sulawesi doang
@haz***lle
Sedih sih, sekelas presiden aja ga tau kalau juga ada bencana alam di Kal-Sel. Padahal kami disini udah hampir seminggu ngerasain kebanjiran, banjirnya makin naik udah sampai atap pak. Titik banjir tertinggi ada di bagian titik kalsel tertinggi
@Happ***Yon
Pak di KALSEL juga ada banjir, sampai 13 Kabupaten sdh pak tergenang. Untuk daerah Hulu Sungai Tengah disertai Longsor jga
Namun, akhirnya Jokowi mengunggah kembali cuitannya.
Meskipun sebelumnya telah mengunggah dua cuitannya bukan terkait bencana alam.
Saya telah mendapatkan laporan dari Gubernur Kalsel mengenai banjir di Kalimantan Selatan.
Dan saya pun telah memerintahkan Kepala BNPB, Panglima TNI dan Kapolri untuk secepat-cepatnya mengirim bantuan seperti perahu karet yang sangat dibutuhkan di sana.
Saya terus memantau penanganan bencana di Tanah Air, baik yang terjadi di Sulbar, Jabar, maupun di Kalsel.
Pemerintah pusat dan daerah akan selalu hadir di lokasi bencana dalam situasi seperti ini.
Saat dikonfirmasi,Manager Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Kalsel, M. Jefri Raharja menegaskan banjir tahun ini lebih parah daripada tahun-tahun sebelumnya.
"Iya, lebih parah dari 2020 kemarin. Hari ini (Kamis) terutama," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (14/1/2021).
Lantas, benarkah banjir di Kalsel hanya dikarenakan karena hujan deras yang merata selama beberapa hari terakhir?
Jefri mengatakan, curah hujan yang tinggi selama beberapa hari terakhir jelas berdampak dan menjadi penyebab banjir secara langsung.
Kendati demikian, masifnya pembukaan lahan yang terjadi secara terus menerus juga turut andil dari bencana ekologi yang terjadi di Kalimantan selama ini.
"Bencana semacam ini terjadi akibat akumulasi dari bukaan lahan tersebut. Fakta ini dapat dilihat dari beban izin konsesi hingga 50 persen dikuasai tambang dan sawit," katanya lagi.
Meluasnya lahan sawit
Data yang dimilikinya, pembukaan lahan terutama untuk perkebunan sawit terjadi secara terus menerus.
Dari tahun ke tahun luas perkebunan mengalami peningkatan dan mengubah kondisi sekitar.
"Antara 2009 sampai 2011 terjadi peningkatan luas perkebunan sebesar 14 persen dan terus meningkat di tahun berikutnya sebesar 72 persen dalam 5 tahun," paparnya.
Baca Juga: Puluhan Kali Terjadi Gempa Susulan, Ini Tindakan Mensos Risma Buat Rakyat Majene
Direktorat Jenderal Perkebunan (2020) mencatat, luas lahan perkebunan sawit di Kalimantan Selatan mencapai 64.632 hektar.
Untuk jumlah perusahaan sawit, pada Pekan Rawa Nasional I bertema Rawa Lumbung Pangan Menghadapi Perubahan Iklim 2011, tercatat 19 perusahaan akan menggarap perkebunan sawit di lahan rawa Kalsel dengan luasan lahan mencapai 201.813 hektar.
Mongabaymelaporkan, 8 perusahaan sawit di Kabupaten Tapin mengembangkan lahan seluas 83.126 hektar, 4 perusahaan di Kabupaten Barito Kuala mengembangkan sawit di lahan rawa seluas 37.733 hektar, 3 perusahaan sawit di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan luasan 44.271 hektar, 2 perusahaan di Kabupaten Banjar dengan lahan sawit seluas 20.684 hektar, kemudian, di Kabupaten Hulu Sungai Utara ada satu perusahaan dengan luas 10.000 hektar dan di Kabupaten Tanah Laut mencapai 5.999 hektar.
Maraknya pertambangan
Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) mencatat terdapat 4.290 Izin Usaha Pertambangan (IUP) atau sekitar 49,2 persen dari seluruh Indonesia.
Jefri pun menjelaskan mengenai jumlah perluasan lahan pertambangan.
“Sedangkan untuk tambang, bukaan lahan meningkat sebesar 13 persen hanya 2 tahun. Luas bukaan tambang pada 2013 ialah 54.238 hektar,” tambah Jefri.
Tidak hanya di Kalsel, wilayah Kalimanatan lain juga digerus oleh area pertambangan.
Pada 27 September 2020, Walhi Kalsel bersama Jatam, Jatam Kaltim, dan Trend Asia, membentuk koalisi #BersihkanIndonesia.
Mereka mendesak pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membuka dokumen Kontrak Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara.
Baca Juga: Blak-blakan Akui Sebagai Anak PKI, Anggota DPR Ini Tolak Divaksin Covid-19, Berikut Sepak Terjangnya
Mereka mengevaluasi mengenai kasus pencemaran lingkungan, perampasan lahan, kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang berkaitan dengan lingkungan hidup.
Jefri menyayangkan kondisi hutan di Kalimantan yang kini beralih menjadi lahan perkebunan.
“Pembukaan lahan atau perubahan tutupan lahan juga mendorong laju perubahan iklim global.
Baca Juga: Terungkap, Otoritas Amerika Sebut Bahaya Ini Bila Boeing 737 Disimpan Lama
Kalimantan yang dulu bangga dengan hutannya, kini hutan itu telah berubah menjadi perkebunan monokultur sawit dan tambang batu bara,” katanya lagi.
Resapan air hujan
Perluasan lahan secara masif dan terus menerus, menurut Jefri memperparah bencana terutama di kondisi cuaca ekstrem.
“Akhirnya juga mempengaruhi dan memperparah kondisi ekstrem cuaca, baik itu di musim kemarau dan musim penghujan,” katanya.
Lebih lanjut, Jefri menjelaskan mengenai kondisi permukaan bumi yang kurang dapat meresap air hujan.
Akar-akar pohon dari hutan heterogen dapat membantu tanah mengikat dan menyimpan air hujan.
“Karena berkurangnya secara drastis pohon-pohon yang akarnya mengikat dan menyimpan air pada musim penghujan,” imbuhnya.
(*)