Fotokita.net -Dituding jadi mafia judi di Indonesia, taipan yang dekat dengan jenderal kepercayaan Soeharto malah santai lakukan hal ini.
Taipan Tomy Winata adalahpengusahaketurunanTionghoaternama dari Indonesia.
DilansirTribunnewsWiki.com, nama Tionghoa Tomy Winataadalah Oe Suat Hong.
Tomy Winata dikenal sebagai bos atau pemilikArthaGrahaNetwork.
Tomy Winata yang biasa dipanggil TW ini lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada 23 Juli 1958.
Sejak kecil,TomyWinataadalah seorang anak yatim piatu.
Ia dikenal sebagai seorang anak yang lahir di tengah keluarga serba kekurangan secara materi.
Saat ini, diketahui ia memiliki lima orang anak, dua di antaranya adalah Panji Winata dan Andi Winata.
TomyWinatabuka-bukaan kepada bosILCTV OneKarniIlyassoal tuduhanmafia.CurhatTomyWinataini disampaikan saat ia dikunjungiKarni Ilyas beberapa waktu lalu.
Video wawancaraKarniIlyasdenganTomy Winata kemudian diunggah di channel YouTubeKarniIlyasClub pada 26 September 2020.
Pada video tersebut,TomyWinataakhirnya buka suara soal tuduhan yang menyebutnya sebagaimafia.
Tak dipungkiri selama ini namaTomyWinatapunya tempat khusus di kalangan masyarakat.
Nama Tomy Winataselalu dikaitkan dengan urusan negatif sampai ia disebut sebagai mafia.
Padahal, melaluiArthaGrahaPeduli,TomyWinatasangat rutin menyumbang dan membantu masyarakat.
Gatot Nurmantyo dan Tomy Winata
Mulai dari bencana alam hingga gelaran pasar murah jelang hari-hari raya.
"Bencana alam, lebaran pun ada pasar murah sembako murah yang merangsang Pak Tomy selalu berbuat begitu," kataKarniIlyaskeTomyWinatadikutip dari akun YoutubeKarniIlyasClub.
Tomy Winata menerangkan motto yang ia kedepankan ialah kepedulian.
"Mottonya adalah kepedulian. Jadi kita berbagi dan peduli. Jadi dengan satu wadah kelompokArthaGrahaGrup kita sama-sama selalu bekerjasama selalu melaksanakanCSR, dan di mana masyarakat memerlukan kami berpatner dengan pemerintah dari tingkat kecamatan kami berperan serta," ujarTomyWinata.
"Kami punya relawan AGP yang selalu full time menangani program CSR, itu sebagai bagian komponen modal kerja kita, bukan cost," terangTomyWinata.
Dengan begitu, kata tomy Winata, keterlibatannya dalam membantu masyarakat menjadi sebuah kewajiban bagi dirinya.
"Jadi, dengan begitu keterlibatan kami dalam program kerja untuk bantu masyarakat sudah menjadi bagian dari kepedulian. Menurut saya mewajibkan berperan aktif termasuk saat lebaran, puasa natal, imlek, murni hanya untuk kami aktif maju membantu masyarakat," kataTomyWinata.
Tomy Winata, pendiri Tambling Nature Wildlife Conservation (TNWC) saat berkunjung ke kawasan ini, Mi
Tomy Winata juga menerangkan banyak bantuan yang sudah dilakukan untuk masyarakat Indonesia.
Meski begitu, kataKarniIlyas, hingga kini banyak masyarakat memiliki persepsi berbeda soalTomyWinata.
Tomy Winata masih lekat dikaitkan denganmafia.
"Kalau lihat ceritaArthaGrahaPeduli dan ketika bencana terjadi dan yang saya saksikan sendiri, kok agak terbalik dengan persepsi banyak orang terhadap Pak Tomy, bahwa Pak Tomy dituduh macam macam,mafiaini lah,mafiaini, bahkanmafianarkoba, ini gimana Pak Tomy ngehadepinnya," tanyaKarniIlyaskeTomyWinata.
Tomy Winata mengaku justru menikmati tuduhan tersebut.
Tomy Winata menganggap bila diisukan berarti ia masih diingatkan.
Pun bila dijelek-jelekkan,TomyWinatamengatakan itu berarti dirinya diperhitungkan.
"Ya saya hanya apa pun yang orang tuduhkan, saya hanya menikmati kita diperhitungkan.
Saking diperhitungkannya, maka segala macam hal yang bisa ditempelin ke kita tempelin aja Pak, dan saya pikir itu semua harus saya hadapi dengan tegar karena saya selalu menikmati. Kalau masih diisukan berarti masih diingat, kalau dijelekin berarti diperhitungkan," kataTomyWinata.
"Coba bayangin, kalau TW tidak pernah dijelekin, mungkin saya hari ini gak sematang ini.
KalauTWnggak pernah digebukin mungkin juga nggak sematang ini, dan kalau orang tidak melihat cerita saya kontroversial mungkin Bang Karni pun tidak ketemu saya sekarang," kataTomyWinatakeKarniIlyas.
Riwayat Karier
Pada 1972, ketika usianya baru 15 tahun,TomyWinatadikenalkan dengan seorang pejabat militer di Singkawang.
Setelah perkenalan itu,TomyWinatakemudian mendapat proyek untuk membangun kantor Koramil di Singkawang.
Selain itu,TomyWinatajuga menjadi penyalur barang ke tangsi-tangsi tentara di Indonesia.
Tomy Winata pernah mendapat proyek dari militer di Papua, Makassar, dan Ambon.
Di Papua,TomyWinataberkenalan dengan Yorrys Raweyai.
Tomy Winata juga dikenal sebagaipengusahayang dekat dengan kalangan militer, dua di antaranya adalah Letjen TNI (Purn) Tiopan Bernard Silalahi dan Jenderal Edi Sudrajat.
Jenderal Edi Sudrajat adalah salah satu tokoh berpengaruh dalam militer Indonesia.Pada 2 Februari 1988, perwira tinggi TNI penyandang 4 bintang di pundak ini dilantik menggantikan Jenderal Try Sutrisno sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Beberapa tahun menjabat KSAD, Jenderal Edi kembali dipercaya oleh Presiden RI ke-2 Soeharto menggantikan Try Sutrisno.
Kali ini jabatannya lebih tinggi lagi, yaitu sebagai Panglima ABRI (TNI dan Polri).
Mayangsari berfoto bareng Titiek Soeharto dan Try Sutrisno di pernikahan Danny Rukmana
Jenderal Edi dilantik menjadi Panglima ABRI pada 19 Februari 1993. Padahal beliau masih memiliki masa tugas sebagai KSAD.
Akhirnya ketika itu Jenderal Edi menjabat Panglima ABRI ke-10 sekaligus KSAD.
Namun yang cukup mengejutkan, belum sebulan menjadi Panglima ABRI, Jenderal Edi diminta Presiden Soeharto untuk mengisi kursi jabatan Menteri Pertahanan dan Keamanan ke 18.
Peristiwa itu terjadi pada 17 Maret 1993. Jenderal Edi menggantikan LB Moerdani di kursi Kabinet Pembangunan VI.
Jadi saat itu Jenderal Edi menjabat 3 posisi sekaligus, yaitu KSAD, Panglima ABRI dan Menhankam. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya dan tak pernah bisa terulang kembali hingga saat itu.
Akhirnya, Jenderal Edi melepas satu persatu jabatannya di TNI.
Yang pertama pada 23 Maret 1993 beliau menyerahkan tampuk jabatan KSAD kepada Jenderal Wismoyo Arismunandar.
Lalu berikutnya pada 21 Mei 1993 beliau menyerahkan tongkat komando Panglima ABRI kepada Jenderal Feisal Tanjung.
Dan yang terakhir pada 14 Maret 1998 beliau menyerahkan kursi Menhankam kepada Jenderal Wiranto.
Tomy Winata juga akrab dengan beberapa jenderal lain.
Pada 1988,TomyWinatabersama Yayasan Kartika Eka Paksi (Angkatan Darat) menyelamatkan sebuah Bank Propelat.
Bank yang semula dimiliki Yayasan Siliwangi ini hanya memiliki aset sebesar Rp 8 miliar.
Namun setelah diambil alih dan diubah namanya menjadi BankArthaGraha, hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun bank itu sehat kembali.
Saat masa krisis 1998,TomyWinatajuga menyelamatkan Arta Pusara yang kemudian diganti namanya menjadi Artha Pratama.
Pada 1989,TomyWinatakemudian mendirikan PT Danayasa Arthatama.
Tomy kemudian ikut serta dalam proyek raksasa senilai US$ 3,25 miliar di kawasan bisnis Sudirman Central Business Distric (SCBD) yang memiliki luas 45 hektar di jantung DKI Jakarta.
Tomy Winata juga telah mengambil alih Bank Inter-Pacific pada 2003.
Pada 2005, Bank Inter-Pacific melalui Pasar Modal kemudian mengambil alih kepemilikan BankArthaGrahamelalui Pasar Modal.
Namanya kemudian menjadi BankArthaGrahaInternasional.
Tidak hanya itu,TomyWinatajuga memiliki saham di Hotel Borobudur melalui PT Jakarta Internasional Hotels and Development.
Bisnis Tomy WInata semakin menggurita.
Hal tersebut dapat dilihat dari perannya dalam membangun Bukit Golf Mediterania, Kelapa Gading Square, The City Resorts, Mangga Dua Square, Pacific Place, Discovery Mall Bali, Borobudur Hotel, The Capital Residence, Apartemen Kusuma Candra, Ancol Mansion, The Mansion at Kemang, Mall Artha Gading, dan Senayan Golf Residence.
Selain itu, sejumlah kapal pesiar yang dimiliTomyWinatadan usaha pariwisata yang dikelolanya di Pulau Perantara dan Pulau Matahari di Kepulauan Seribu turut mengokohkan dirinya sebagai konglomerat sukses.
Tidak hanya itu, lewat PT Sumber Alam Sutera, anak perusahaan GrupArthaGraha,TomyWinatapun menggarap bisnis benih padi hibrida dengan menggandeng perusahaan Tiongkok, Guo Hao Seed Industry Co Ltd. sebagai mitra dan menjalin kerja sama dengan Badan Penelitian Padi Departemen Pertanian.
Pusat Studi Padi Hibrida (Hybrid Rice Research Center) pun dibangun dengan dana investasi sebesar US$ 5 juta.
Tomy Winata juga memiliki yayasan sosial yang bernamaArthaGrahaPeduli.
Lima Kali Bangkrut
Sebelum terkenal sebagaipengusahaternama, dari mulai properti, perbankan, perkebunan, sampai infrastruktur, ternyata perjalananTomyWinatatak selamanya mulus.
Tomy Winata mengaku sempat bangkrut sebanyak lima kali.
Tomy Winata mengaku pernah bangkrut ketika meniti usaha di Kalimantan Barat, Papua, NTT, serta di Jakarta sebanyak dua kali, sehingga total lima kali ia bangkrut.
Meski berkali-kali bangkrut, namunTomyWinatatidak putus asa dan menjadikan setiap kegagalan yang ia alami sebagai pembelajaran.
Hingga saat ini, perusahaanTomyWinatadi bawahArthaGrahaNetwork sudah mempekerjakan sekitar 830.000 orang.
Kontroversi
Kesuksesan bisnisTomyWinataternyata tidak lepas dari beragam isu dan kasus.
Tomy Winata dikabarkan termasuk satu di antara sembilan anggotamafiajudi bersandi "Sembilan Naga" yang beroperasi di Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Makao.
Pada Mei 2000,TomyWinataditengarai menjalankan bisnis judi besar-besaran di Kepulauan Seribu sehingga Abdurrahman Wahid yang kala itu menjabat sebagai Presiden RI menyerukan agar Tommy Winata ditangkap.
Namun, saat inspeksi mendadak yang dilakukan oleh aparat dan Komisi B Bidang Pariwisata DPRD DKI Jakarta ke pulau itu dilaksanakan, tidak ada satupun bukti yang menunjukkan bahwa Tomy Winata menjalankan bisnis perjudian di sana.
Selain itu, berkaitan dengan Peristiwa 27 Juli 1996,TomyWinatadituding memiliki andil dalam penyerbuan kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat karena pada malam sebelumnya terjadi konsentrasi massa penentang Megawati di seputar Sudirman Central Business District.
Tomy Winata juga dituduh berada di balik penyerangan kantor Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (Humanika) di Jakarta, pertengahan tahun 2002.
Pada Maret 2003, Tomy Winatakembali dituding menjadi tokoh di balik layar pengerahan dua ratusan massa yang berunjuk rasa memprotes tuduhan terlibatnya Tomy Winatadalam peristiwa terbakarnya pasar Tanah Abang yang dimuat dalam majalah Tempo edisi 3 pada 9 Maret 2003.
Aksi unjuk rasa tersebut berbuntut pada tindak kekerasan terhadap tiga wartawan Tempo dan pemimpin redaksinya serta perusakan gedung majalah dan koran tersebut.
Kerap dihujani dengan isu miring,TomyWinatamenanggapi santai hal itu.
Menurut Tomy, tuduhan-tuduhan negatif yang diarahkan kepadanya adalah hal yang wajar, sehingga tidak perlu ditanggapi secara berlebihan.
Tomy Winata memilih untuk menikmati tuduhan-tuduhan miring tadi sekaligus menjadiakannya sebagai bahan koreksi.(*)