Bikin Sang Gubernur Menangis Terisak, Begini Foto Penampakan Terakhir Beirut Setelah Ledakan Besar yang Renggut Ratusan Nyawa

Kamis, 06 Agustus 2020 | 08:34
STR via AFP

Sebuah helikopter berusaha memadamkan api dalam ledakan yang terjadi di pelabuhan Beirut, ibu kota Lebanon, pada 4 Agustus 2020.

Fotokita.net - Pada Selasa (4/8/2020) ibu kota Lebanon, Beirut, diguncang ledakan yang terjadi tepat setelah pukul 18:00 (15:00 GMT).

Seorang jurnalis BBC di tempat kejadian melaporkan banyak mayat dan kerusakan parah terjadi.

Media lokal menunjukkan orang-orang yang terjebak di bawah puing-puing.

Seorang saksi mata menggambarkan bahwa suara ledakan itu memekakkan telinga, dan rekaman video dokumenter menunjukkan mobil yang rusak dan bangunan yang hancur akibat ledakan.

Baca Juga: Jadi Musuh Bebuyutan Sampai Terlibat Konflik Senjata di Perbatasan, Israel Tiba-tiba Tawarkan Banyak Bantuan Buat Lebanon Usai Ledakan Besar Beirut Renggut Ratusan Nyawa

"Semua bangunan di sekitar sini runtuh. Saya berjalan melewati kaca dan puing-puing di mana-mana, dalam kegelapan," seorang saksi mata di dekat pelabuhan mengatakan kepada kantor berita AFP.

Rumah sakit dikatakan kewalahan dan banyak bangunan hancur. Ledakan itu juga terasa 240 kilometer jauhnya di pulau Siprus di Mediterania timur, dengan orang-orang di sana mengatakan mereka mengira itu adalah gempa bumi.

Baca Juga: Guncangkan Beirut Lebanon, Amonium Nitrat Ternyata Punya Banyak Kegunaan, Salah Satunya Jadi Mainan Anak-anak Ini

Apa itu amonium nitrat?

Amonium nitrat memiliki sejumlah kegunaan yang berbeda, tetapi dua yang paling umum adalah sebagai pupuk pertanian dan sebagai bahan peledak.

Ini sangat eksplosif ketika bersentuhan dengan api, dan ketika meledak, amonium nitrat dapat melepaskan gas beracun termasuk nitrogen oksida dan gas amonia.

Zat ini sangat mudah terbakar, sehingga ada aturan ketat tentang cara menyimpan amonium nitrat dengan aman, di antara persyaratannya adalah bahwa lokasi penyimpanan harus benar-benar tahan api.

Selain itu, tidak boleh ada saluran air, pipa atau saluran lain, di mana amonium nitrat bisa terpicu untuk menciptakan bahaya ledakan lebih besar.

Baca Juga: Amonium Nitrat Disebut Jadi Penyebab Ledakan Besar di Beirut Lebanon, Warga Indonesia Berikan Kesaksiannya Atas Tragedi Mencekam Itu: Seperti Gempa

Presiden Lebanon, Michel Aoun mengumumkan bahwa pemerintah akan mengalokasikan dana darurat sebesar 66 juta dollar AS (Rp Rp 961,9 miliar) untuk bencana ledakan besar yang terjadi di Beirut, Lebanon, pada Selasa (4/8/2020).

Melansir BBC pada Rabu (5/8/2020), Lebanon berduka setelah ledakan besar terjadi di ibu kota Lebanon, Beirut yang menewaskan sedikitnya 78 orang dan melukai lebih dari 4.000 orang lainnya.

Segera setelah ledakan besar terjadi, Aoun menjadwalkan pertemuan kabinet yang mendesak untuk Rabu (5/8/2020) ditetapkan sebagai hari berkabung, dan menyatakan status darurat untuk Beirut, Lebanon selama 2 minggu ke depan.

Negara ini akan merayakan masa berkabung resmi selama tiga hari sejak Rabu.

Baca Juga: Dikira Kejatuhan Bom Atom, Begini Informasi Awal Penyebab Ledakan Besar yang Lumat Kota Beirut Lebanon

AFP/MARWAN TAHTAH

Seorang pria yang terluka dibantu saat berjalan melewati puing-puing di distrik Gemmayzeh, Beirut, Lebanon, usai terjadinya ledakan susulan, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.

Seluruh kota di Beirut terguncang oleh ledakan, yang dimulai dengan kobaran api di salah satu gedung di pelabuhan Beirut.

Kemudian disusul ledakan hebat yang membentuk awan jamur. Aoun mengatakan gedung yang diindikasi sebagai pusat ledakan merupakan gudang untuk 2.750 ton amonium nitrat yang telah disimpan secara tidak aman selama enam tahun.

Baca Juga: Bikin Merinding, Video Ledakan Besar yang Hancurkan Kota Beirut Lebanon Jadi Viral, Israel Buru-buru Lakukan Hal Ini

Berdasarkan informasi yang ada, amonium nitrat yang disimpan di gudang pelabuhan Beirut yang meledak itu, dilaporkan berasal dari kapal yang disita di pelabuhan Beirut pada 2013 silam, dan kemudian disimpan di gudang sana.

Kepala Palang Merah Lebanon, George Kettani mengatakan bahwa korban berjatuhan di mana-mana dan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan petugas penyelamat yang terus mencari korban selamat maupun tewas, di antara puing-puing bangunan.

Baca Juga: Kian Menegangkan, Amerika Pamer Bisa Pukul Mundur Pembom Strategis Rusia, Kini Jet Tempur Sukhoi Su-27 Usir 2 Pengintai AS di Perbatasan

"Apa yang kita saksikan adalah bencana besar. Ada korban dan korban di mana-mana," ujar Kettani kepada media setempat.

Para pejabat mengatakan pada Selasa bahwa penyelidikan sedang dilakukan untuk menemukan pemicu sebenarnya yang membuat terjadinya ledakan dahsyat itu.

Baca Juga: Kabar Gembira Buat Siswa dan Orangtua, Mendikbud Nadiem Makarim Bolehkan Murid dan Guru Minta Jatah Pulsa Internet ke Sekolah

Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon mengatakan mereka yang bertanggung jawab atas ledakan besar yang terjadi pada Selasa itu, akan menghadapi "hukuman maksimum" yang ada.

STR / AFP

Tubuh seorang korban terletak di tempat ledakan di pelabuhan di Beirut pada 4 Agustus 2020. Dua ledakan besar mengguncang ibukota Lebanon, Beirut, melukai puluhan orang, mengguncang gedung-gedung dan mengirimkan asap besar mengepul ke langit.

Ledakan besar di Beirut terjadi pada saat yang sensitif bagi Lebanon, di mana sedang terjadi krisis ekonomi karena dampak dari pandemi virus corona yang melanda secara global.

Ketegangan politik juga sedang tinggi di sana menjelang putusan persidangan pada Jumat esok, terkait kasus pembunuhan mantan Perdana Menteri Rafik Hariri pada 2005.

Sebuah foto memperlihatkan kondisi Beirut, ibu kota Lebanon, setelah dua ledakan yang menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.

Tim penyelamat bekerja sepanjang malam hingga Rabu pagi waktu setempat (5/8/2020), mencai korban dalam insiden yang meluluhlantakkan ibu kota.

Daya rusak karena ledakan itu disebut mirip dengan gempa bumi, di mana ribuan orang tak punya rumah, dengan ribuan lainnya dilarikan ke rumah sakit.

Baca Juga: Menolak Bicara Soal Riwayat Pendidikan Hingga Akui Bukan Seorang Dokter, Profesi Asli Hadi Pranoto Usai Klaim Temukan Obat Corona Akhirnya Terungkap

AFP PHOTO/ANWAR AMRO

Pemandangan yang menunjukkan kondisi Beirut, Lebanon, pada 5 Agustus 2020 setelah ledakan yang menghantam sehari sebelumnya (4/8/2020), menewaskan 100 orang dan melukai ribuan lainnya.

Gubernur Marwan Abboud sampai menangis ketika dia meninjau lokasi kejadian. "Beirut kini sudah menjadi kota yang hancur," isaknya.

Marwan Ramadan berada sekitar 450 meter dari ground zero. Meski begitu, dia mengaku sampai terempas karena angin yang dihasilkan oleh ledakan.

"Ini benar-benar momen yang mengerikan. Saya belum pernah melihat yang seperti ini sejak perang berkecamuk," kata Ramadan dilansir Daily Mail.

Pada Selasa malam (4/8/2020), penduduk yang berlumuran darah berkeliaran dan menangis sembari mengamati reruntuhan di sekitar mereka.

Rami Rifai, yang dua putrinya harus dirawat karena terluka mengemukakan, dia mengaku dampak ini lebih besar dari berbagai krisis yang pernah mereka hadapi.

Dikutip AFP, teknisi berusia 38 tahun tersebut menuturkan Lebanon sudah melalui mulai dari perang saudara (1975-1990), krisis ekonomi, hingga virus corona.

"Saya kira kami tak akan melewati yang lebih buruk lagi. Tapi, saya tak yakin bagaimana negara ini bisa bangkit kembali," keluhnya.

Baca Juga: Insting Cerdas Habibie Seperti Terbukti, Negara Ini Terus Merongrong Ekonomi Timor Leste yang Makin Terpuruk Usai 18 Tahun Merdeka dari Indonesia

Di daerah yang dekat dengan pelabuhan, dampak karena konflik sipil puluhan tahun silam bisa dicapai hanya dalam beberapa detik karena peristiwa itu.

AFP/STR

Helikopter memadamkan api di lokasi ledakan di kawasan pelabuhan di Beirut, Ibu Kota Lebanon, Selasa (4/8/2020). Sebanyak 73 orang tewas dan ribuan lainnya dilaporkan terluka dari insiden dua ledakan besar yang mengguncang Beirut tersebut.

Mar Mikhail, yang tempat tinggalnya paling terdampak ledakan, mengungkapkan melihat mayat di jalan, di mana dia menduga mereka jatuh dari balkon.

Perdana Menteri Hassan Diab menyebut insiden tersebut sebagai "tak bisa diterima", dan berjanji bakal menggelar penyelidikan.

Apalagi setelah 2.750 ton amonium nitrat, bahkan kimia yang bisa dipakai sebagai pupuk maupun peledak, disinyalir sebagai penyebab utamanya. Barang tersebut dilaporkan disimpan di gudang pelabuhan selama enam tahun terakhir.

Baca Juga: Kekayaan Puan Maharani Melonjak Drastis Setelah Jadi Menteri Jokowi, Ternyata Suami Ketua DPR yang Jarang Tersorot Kamera Ini Bukan Orang Sembarangan

"Mereka yang bertanggung jawab atas bencana ini bakal membayar akibatnya," janjinya.

Pesan belasungkawa maupun dukungan berdatangan dari seluruh dunia untuk Lebanon, yang ekonominya sudah kolaps karena belitan utang luar negeri pada awal tahun ini.

(Kompas.com/Shintaloka Pradita Sicca)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma