Fotokita.net - Pemerintah kembali mengumumkan informasi terbaru terkait jumlah kasus dan data pasien Covid-19 pada Rabu (15/7/2020) sore.
Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona Achmad Yurianto, masih terjadi penularan virus corona di masyarakat yang menyebabkan kasus Covid-19 terus bertambah.
Berdasarkan data yang masuk hingga Rabu ini pukul 12.00 WIB, diketahui ada 1.522 kasus baru Covid-19 dalam 24 jam terakhir.
Penambahan itu menyebabkan kini kasus Covid-19 di Indonesia mencapai 80.094, terhitung sejak kasus pertama diumumkan Presiden Joko Widodo pada 2 Maret 2020.
Informasi ini disampaikan Yurianto dalam konferensi pers dari Graha BNPB pada Rabu sore.
"Kami mendapatkan kasus konfirmasi positif Covid-19, tambahannya adalah 1.522 orang. Sehingga, totalnya kini 80.094 orang," ujar Yurianto.
Jumlah 1.522 kasus baru itu didapat setelah dilakukan pemeriksaan 24.871 spesimen terhadap 15.491 orang dalam sehari.
Dengan catatan, satu orang bisa menjalani pemeriksaan spesimen lebih dari sekali.
Adapun total sudah ada pemeriksaan 1.122.339 spesimen dari 657.655 orang yang diperiksa.
Presiden Joko Widodo menilai, langkah pemerintah tidak melakukan karantina wilayah atau lockdown dalam menghadapi pandemi virus corona atau Covid-19 sudah tepat.
Presiden Jokowi dan helikopter Kepresidenan bercat baru.
Ia menyebutkan, jika kebijakan lockdown diberlakukan, hal itu akan berimbas fatal bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.
"Saya enggak bisa bayangin kalau kita dulu lockdown gitu, mungkin (pertumbuhan ekonomi) bisa minus 17 (persen)," kata Presiden Jokowi saat saat rapat dengan para gubernur di Istana Bogor, Rabu (15/7/2020), dikutip dari Setkab.go.id.
Desakan untuk lockdown diketahui disuarakan sejumlah pihak saat virus corona mulai mewabah di Indonesia pada Maret lalu.
Namun, Presiden Jokowi lebih memilih menggunakan skema pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penularan.
Menurut Presiden Jokowi, akibat tidak lockdown, maka pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini masih lebih baik ketimbang negara-negara lain.
Pada kuartal pertama, ekonomi RI masih tumbuh di angka 2,97 persen, meskipun turun dari kisaran lima persen.
Pada kuartal kedua ini, Presiden Jokowi mengaku sudah menerima prediksi bahwa ekonomi akan minus 4,3 persen.
Namun, ia menegaskan, angka itu masih lebih baik ketimbang negara-negara lain yang diprediksi Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
"Terakhir yang saya terima dari OECD, Perancis misalnya di angka minus 17,2 persen, Inggris minus 15,4 persen, Jerman minus 11,2 persen, Amerika (Serikat) minus 9,7 persen," kata Presiden Jokowi.