Stop Lakukan Kebiasaan Ini Kalau Masih Sayang Nyawa Keluarga, Ternyata Pelihara Ayam di Rumah Bisa Sebarkan Virus Mematikan Seperti Corona: Begini Penjelasan Ahli

Senin, 25 Mei 2020 | 10:02
South China Morning Post

Ilustrasi, penelitian Virus Corona di Laboratorium yang terdapat di Wuhan, China.

Fotokita.net -Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa warga dunia harus belajar hidup berdampingan dengan virus corona.

Menurut WHO, virus corona berpotensi menjadi endemik yang sama seperti HIV.

Sehingga mungkin virus SARS-CoV-2 penyebab penyakit pernapasan, Covid-19 tidak akan menghilang.

Pernyataan mengejutkan WHO ini datang ketika banyak negara mulai membuka lockdown.

Baca Juga: Bahagia Bisa Berdesakan Belanja Lebaran, Mendadak Pembeli Panas Dingin Begitu Tahu Kasir di Pusat Perbelanjaan Ini Meninggal Gara-gara Positif Corona

"Penting menggarisbawahi ini, virus corona mungkin hanya menjadi virus endemik lain di dunia ini, dan virus ini mungkin tidak akan pernah hilang."

"HIV belum menghilang, tapi kami telah sepakat virus ini juga demikian," kata anggota WHO bagian tanggap darurat, Mike Ryan, dikutip dari Al Jazeera.

Ryan mengimbau agar publik tidak menyimpulkan kapan virus ini akan berakhir atau menghilang, sebab tidak ada bukti yang mendasari hal tersebut.

Baca Juga: Mendiang Didi Kempot Puji Setinggi Langit Hingga Hadiahkan Masjid Buat Istri Pertama, Yan Vellia Malah Ajukan Syarat Buat Foto Bareng Saputri yang Jadi Permintaan Sobat Ambyar

Tribunnews.com

Mengejutkan! Diduga Jadi Asal Menyebarnya Virus Corona, Ini Foto-foto Laboratorium Misterius di Wuhan yang Simpan 1.500 Virus, Ada Segel Rusaknya?

"Saya pikir penting bagi kita untuk realistis dan saya tidak berpikir siapapun dapat memprediksi kapan penyakit ini akan hilang."

"Saya pikir tidak ada janji dalam hal ini dan tidak ada tanggal."

"Penyakit ini dapat menjadi masalah yang panjang, atau mungkin tidak," katanya.

Namun, Ryan mengatakan dunia memiliki beberapa kendali untuk mengatasi penyakit ini.

Baca Juga: Selagi Bikin Foto Bareng Sule untuk Mengenang Sang Ibunda, Rizky Febian Mendadak Usir Adik Bungsunya dari Depan Kamera. Ternyata Begini Alasannya

Fresh Daily
Fresh Daily

Ilustrasi vaksin.

Kendati demikian upaya untuk mengendalikan pandemi membutuhkan upaya yang besar meskipun vaksin telah ditemukan.

Ryan menggambarkannya dengan 'pelayaran jauh besar'.

Lebih dari 100 vaksin potensial sedang dikembangkan, termasuk diantaranya sudah memasuki tahap uji klinis.

Tetapi para ahli menggarisbawahi, menemukan pengobatan efektif untuk Covid-19 sangatlah sulit.

Baca Juga: Sehabis Ikut Nimbrung Komentari Oplet Si Doel yang Mau Ditukar Rolls Royce Raffi Ahmad, Artis Senior yang Jarang Terekspos Ini Tiba-tiba Bikin Panik Maudy Koesnaedi: Alhamdulliah, Enggak Apa-apa...

KOMPAS.COM

Pilih menghilang saat dijemput petugas medis, seorang ibu positif corona di Jonggol ditemukan sedang berobat di dukun.

Ryan mencontohkan vaksin campak yang sudah ada sejak lama, namun penyakit campak tetap ada hingga hari ini.

Oleh sebab itu, Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengimbau agar negara-negara di dunia bahu-membahu menangani wabah ini.

"Takdir ada di tangan kita, dan ini menyangkut persoalansemua orang, dan kita semua harus berkontribusi untuk menghentikan pandemi ini," ujar Tedros.

Dia juga menyoroti sejumlah negara yang melonggarkan lockdownatau bahkan sudah membuka negaranya.

Baca Juga: Cuma Beberapa Bulan Sebelum Lelaki Bule Bongkar Borok Masa Lalunya, Mbak You Sudah Singgung Soal Perubahan Drastis dalam Rumah Tangga Syahrini: Bakal Jadi Nyata?

Fabrice Coffrini
Fabrice Coffrini

"Banyak negara ingin keluar dari langkah-langkah yang berbeda," kata Tedros.

"Tapi rekomendasi kami tetap waspada di negara manapun harus pada tingkat setinggi mungkin," tambahnya.

Ryan menyebut kontrol yang signifikan terhadap virus diperlukan untuk menurunkan risiko, sebab faktanya, risiko penularan Covid-19 masih tinggi baik di tingkat regional, nasional, maupun global.

Lebih dari setengah populasi umat manusia dibatasi pergerakannya sejak krisis corona dimulai pada Januari.

Baca Juga: Ayah Angkat Syahrini Terus Bongkar Borok Masa Lalu, Rupanya Mbak You Sudah Terawang Pernikahan Incess Akan Berubah Drastis Pada Tahun 2020: Semua Aib Bisa Dibuka

Ibtimes.sg

Apa yang Harus Dilakukan Bila Terlanjur Kontak dengan Pasien Positif Corona? Simak Penjelasan Pakar!

Setiap orang pasti punya hobi yang berbeda-beda.

Memelihara di rumah merupakan salah satu hobi yang bisa dimiliki orang orang-orang di pulau Jawa.

Namun menurut pakar penyakit menular di Australia, hal ini bisa memicu bom waktu penyebaran wabah penyakit.

Direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro, mengatakan bahwa wabah penyakit yang dibawa ayam, babi atau kambing berisiko tinggi mengancam jiwa manusia.

Baca Juga: Mukjizat Jelang Lebaran, Penumpang Ini Cuma Luka Ringan Saat Alami Kecelakaan Fatal Pesawat yang Menimpa Perumahan Padat Penduduk: Begini Kesaksiannya

Pixabay
Pixabay

Ilustrasi telur ayam

Hewan peliharaan, khususnya di pinggiran kota dan kota, bisa terpapar hewan liar seperti kelelawar.

Kelelawar inilah yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami. Dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

Perubahan iklim juga dianggap sebagai faktor pemicu, di mana kita menyaksikan hewan-hewan telah mengubah perilaku mereka.

Baca Juga: Virus Corona Disebut Tak Bakal Lenyap dari Muka Bumi, Benarkah Kondisi Matahari Sekarang Ini Picu Bencana Susulan di Dunia? Ahli Menjelaskannya

pixabay
pixabay

Ilustrasi - Pelihara Ayam di Rumah Rupanya Sama Saja 'Memelihara' Bom Waktu Mematikan, Begini Penjelasannya...

Misalnya di perkotaan semakin sering terlihat kelelawar terbang padahal 50 tahun lalu hal ini tidak dijumpai.

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko penyakit dari hewan ke manusia semakin meningkat," ujar dia.

Wabah sulit diprediksi dan dibendung

Menurut Dr de Barro, risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga bisa dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Baca Juga: Ramalannya Soal Virus Corona Kini Jadi Terbukti, Sosok Orang Terkaya Ini Ditangkap Kaki Tangan Donald Trump Gara-gara Uji Coba Vaksin Ilegal: Ternyata Begini Faktanya

Misalnya di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi dari mana asalnya.

Sebab tiak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.

Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.

Baca Juga: Ilmuwan China Sukses Temukan Jenis Virus Corona Paling Mematikan, Peneliti Syok Sehabis Bongkar Jenazah Korban Covid-19: Organ Dalamnya dalam Kondisi Mengerikan

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."

Barro menambahkan, para ahli masih belum bisa memahami bagaimana sebuah penyakit bisa berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan kemudian berakhir di manusia.

"Pengawasan yang kita miliki untuk penyakit-penyakit yang disebarkan oleh hewan ke manusia belum memadai," kata Dr de Barro.

Baca Juga: Gontok-gontokan Soal Data Vaksin Corona, Rupanya Kapal Induk China Nyaris Beradu Senjata dengan Kapal Berpeluru Kendali Amerika di Perairan Ini: Aksi Provokatif di Tengah Pandemi

tribunpekanbaru.com
tribunpekanbaru.com

Ilustrasi pelihara ayam

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, atau dalam kondisi apa, virus seperti Hendra bergerak dari kelelawar menular ke kuda lalu berakhir ke manusia. Jadi sulit untuk membuat prediksi seputar kemungkinannya," terangnya.

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko, kata Dr De Barro.

"Kami tidak benar-benar tahu penyakit apa yang ada pada burung asli, marsupial, kelelawar," katanya.

Baca Juga: Sehabis Ingatkan Kehidupan Itu Rapuh Saat Dapat Kabar Duka Datang Silih Berganti, Kini Komedian Kondang Ini Mendadak Naik Pitam Sambil Bilang Begini: Cape Ngelindungi Saudara Primitif Barbarik dan Bebal Kayak Kalian!

Daily Star
Daily Star

Hewan pembawa virus seperti kelelawar dan luwak dikurung di kandang kotor

"Dan kami tidak memantau frekuensi penyakit-penyakit ini, jadi saya tidak bisa menjelaskan apakah penumpukan virus pada hewan tertentu di pinggiran kota tertentu."

Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

Baca Juga: Terlalu Sibuk Awasi Asteroid yang Kabarnya Tabrak Bumi di Pertengehan Ramadhan, Ahli Kembali Umumkan Kabar Kurang Enak: Ada Benda Langit yang Dekati Planet Kita Jelang Lebaran

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya