Peneliti Sebut Tipe Virus Corona yang Menyebar di Indonesia Berbeda dengan 3 Jenis Virus Covid-19 di Dunia, Lantas dari Mana Asalnya?

Jumat, 08 Mei 2020 | 18:49
via tribunnews

Ventilator buatan China disebut sangat berbahaya , bahakan bisa membunuh pasien.

Fotokita.net -Pemerintah kembali mengumumkan data terbaru tentang perkembangan kasus Covid-19 di Indonesia.

Berdasarkan data yang masuk hingga Jumat (8/5/2020) pukul 12.00 WIB, diketahui ada penambahan 336 pasien Covid-19 dalam 24 jam terakhir.

Walhasil, penambahan itu menyebabkan total ada 13.112 pasien Covid-19 di Indonesia, terhitung sejak kasus pertama diumumkan pada 2 Maret 2020.

Baca Juga: Jokowi Minta Kita Harus Hidup Berdamai dengan Covid-19, Lantas Apakah Masyarakat Sudah Boleh Beraktivitas Lagi?

Terlepas dari penambahan data kasus positif itu, tipe virus corona Covid-19 yang menyebar di Indonesia ternyata disebut berbeda dengan 3 jenis virus Covid-19 di dunia.

Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.

m.tribunnews.com

Perusahaan China mengklaim adanya vaksin yang bisa bunuh virus corona bernama coronavac

Dilansir Kontan.co.id, Selasa (5/5/2020) dalam artikel berjudul "Menristek sebut tipe Covid-19 di Indonesia beda dengan 3 tipe lain di dunia", kesimpulan itu berdasar hasil analisis genom virus corona atau Whole Ghenome Sequencing (WGS) yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.

GISAID, singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data, merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.

Baca Juga: Di Tengah Lonjakan Kasus Baru Covid-19, Anak Buah Jokowi Malah Ketahuan Berdebat dengan Anies Baswedan Gara-gara Persoalan Ini

GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara. Sejauh ini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.

Sementara di Indonesia, Bambang menyebut tipe Covid-19 yang menyebar di Tanah Air tidak termasuk dalam tiga tipe tersebut.

sajiansedap.grid.id

Imuwan beberkan hal yang terjadi jika virus corona tidak bisa dihentikan

"Di luar 3 tipe itu ada yang disebut dengan tipe lain, atau yang belum terindentifikasi. Ternyata WGS yang dikirim Indonesia termasuk kategori lainnya. Jadi tidak termasuk kategori S, G, maupun V," kata Bambang dalam rapat gabungan dengan DPR, Selasa (5/5/2020).

Meski begitu, Bambang menyebut, hasil yang didapatkan ini merupakan langkah awal. Menurutnya, Indonesia akan mengirimkan lebih banyak lagi WGS untuk melihat kategori seperti apa virus Covid-19 yang ada di Indonesia.

Untuk mengetahui lebih lanjut apa yang disampaikan Bambang, peneliti post doktoral LBM Eijkman, Pradiptajati Kusuma dihubungi.

Baca Juga: Ramai Disebut Muncul Dukhan, Warganet Malah Jungkir Balikkan Isu Itu: Bikin Trending Langit Cerah Malam 15 Ramadhan di Media Sosial

Dijelaskan Pradipta, virus corona bermutasi sehingga membentuk jenis-jenis virus corona tertentu yang memiliki "penanda" asam amino tertentu.

Sederhananya, tipe-tipe yang umum di dunia itu (S, G, atau V) seperti pengelompokan kelas atau pengelompokan warna.

"Tipe S, G, V itu nama pengelompokkan. Misal gini, ada orang pakai baju warna merah, kuning, oranye, itu satu kelompok S. Ada orang pakai baju biru, nila, ungu, mereka kelompok G. Nah, yang (tipe corona) S, V, G itu seperti itu," kata Pradipta, Rabu (6/5/2020).

"Jadi pengelompokkan ditandai oleh perubahan unik pada asam amino yang ada di RNA virus," ungkapnya.

Untuk diketahui, RNA merupakan salah satu unsur yang terkandung dalam sel virus. Materi genetik virus corona adalah RNA, dan menjadi tang terbesar dibanding virus RNA lainnya.

"Misal tadi yang pakai baju warna merah, kuning, oranye itu kan berarti punya satu kesamaan warna, awalnya merah. Jadi tandanya adalah merah. Kemudian kelompok yang memakai baju warna biru, nila, ungu, itu awalnya merah. Jadi penandanya adalah biru," kata Pradipta memberi contoh.

Baca Juga: Bertolak Belakang dengan Pernyataan Sang Atasan, Menteri Jokowi Ini Lantang Bilang Begini Waktu Dicecar Wakil Rakyat: Mudik dan Pulang Kampung Itu Sama dan Sebangun

"Nah, sama halnya pada (virus corona tipe) S, V, dan G, itu masing-masing memiliki penanda asam amino tertentu, atau mutasi asam amino tertentu," jelasnya.

Reuters

New Delhi, India, dalam kondisi lockdown di tengah pandemi Covid-19

Tipe virus corona yang ada di Indonesia, kata Pradipta, tidak memiliki mutasi asam amino tersebut dan berbeda dengan tipe S, V, dan G.

"Yang (jenis virus corona) di Indonesia ini, tidak memiliki mutasi penanda seperti pada kelompok S, V, G," ungkapnya. Dengan kata lain, jenis virus corona yang ada di Indonesia memiliki "penanda" berbeda dengan 3 tipe virus corona yang umum ada di banyak negara lain.

"(Tipe virus corona) di Indonesia memiliki penanda lain. Atau mungkin bahkan lebih dekat dengan jenis virus corona yang ada di Indonesia," terang Pradipta.

Pradipta mengatakan, meski virus corona yang awalnya dari China sudah berpindah atau melakukan transmisi dari satu tempat ke tempat lain, penanda unik dalam asam aminonya sangat mungkin tak selalu sama.

Baca Juga: Kembali Aktif Seusai Sembuh dari Covid-19, Anak Buah Jokowi Bikin Gebrakan di Tengah Pandemi Hingga Paksa Kepala Gugus Tugas Tegaskan Aturan Ini: Mudik Dilarang, Titik!

"Meskipun virus sudah berpindah (transmisi) dari satu tempat ke tempat lain, dalam tanda kutip berevolusi dari satu tempat ke tempat lain, itu (jenis virus) masih bisa berbeda dengan kelompok S, V, dan G tadi," imbuh dia.

Dia menjelaskan, pengelompokan asam amino ini dilakukan untuk memudahkan peneliti melihat bagaimana virus corona berkembang dan melakukan mutasi.

Pinterest

Penantian Berujung Kecewa, WHO Sebut Vaksin Virus Corona Mungkin Tak Akan Pernah Ada, Ini yang Seharusnya Dilakukan Manusia untuk Mengatasi Ancaman Covid-19!

Dengan jenis atau tipe virus corona yang beragam di dunia, kemudian muncul pertanyaan baru. Apakah nantinya vaksin untuk melawan Covid-19 juga akan berbeda? Tergantung. Begitu jawaban Pradipta.

Dia menjelaskan lebih lanjut, prinsip vaksin dilihat dari protein yang berada di permukaan virus, yang dapat dikenali oleh antibodi manusia.

"Asam amino itu berlipat-lipat atau terdiri dari lipatan-lipatan sehingga menjadi satu protein. Asam amino itu ada yang berada di luar, dalam artian terekspos ke luar lingkungan. Ada yang terlipat berada di dalam, tidak terkespos lingkungan," terangnya.

"Jadi yang berada di dalam, tidak akan bisa dikenali antibodi. Sedangkan yang berada di luar, yang terekspos di luar, itu yang bisa dikenali antibodi," sambungnya.

"Nah, apabila variasi berada di luar permukaan, maka akan susah. Namun jika variasi (protein) berada di dalam, mungkin masih aman dan bisa menjadi target vaksin," terangnya.

Baca Juga: Video Bagi-bagi Mi Instan dan Uang Buat Warga di Jalan Viral, Crazy Rich Surabaya Ini Sengaja Kirim Pesan Menohok Buat YouTuber Ferdian Paleka yang Masih Sembunyi: Itu Orang Gila!

kolase Tribun Manado / National Geographic
kolase Tribun Manado / National Geographic

Ternyata Virus Corona di Indonesia Berbeda dengan Negara Lain, Menristek Bambang Brodjonegoro Optimis Vaksin Bisa Segera Ditemuka

Oleh sebab itu, untuk melihat vaksin biasanya dilihat dari asam amino yang seragam di semua kelompok dan dilihat dari konfigurasi protein, apakah dia berada di dalam atau di luar.

"Jadi yang menjadi target vaksin biasanya yang berada di luar tapi seragam di semua region (kelompok jenis virus). Itu yang menjadi target vaksin," ujarnya.

Hal inilah yang masih diteliti lebih jauh oleh para peneliti, bagaimana sebenarnya karakteristik virus corona yang ada di seluruh dunia.

Baca Juga: Percaya Pada Ramuan Tradisional dari Madagaskar untuk Tangkal Corona, Presiden di Negara Afrika Ini Marah Begitu Tahu Masjid Ditutup Buat Kegiatan Ibadah

Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman berhasil memetakan materi genetik virus corona SARS-CoV-2 yang menginfeksi tiga pasien Covid-19 di Indonesia.

Diberitakan sebelumnya, sekuensing atau pengurutan materi genetik virus ini berguna untuk lebih memahami karakteristik virus corona baru dan pada akhirnya membantu mengembangkan vaksin virus yang tepat.

Ketiga isolat virus corona yang berhasil disekuensing itu memiliki ID GISAID: Indonesia/JKT-EIJK2444/2020,Indonesia/JKT-EIJK0317/2020, dan Indonesia/JKT-EIJK0141/2020. Ketiganya sudah dikirim ke portal Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID) untuk dianalisis dan dapat dilihat semua orang.

Portal GISAID merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.

Baca Juga: Ngotot Bilang Kondisi Badan Sehat, Ketiga Anggota Keluarga Ini Akhirnya Diseret Polisi dan Tentara ke Rumah Sakit Begitu Terbukti Positif Corona: Mati Itu Takdir Tuhan

Dari pemetaan materi genetik virus corona yang telah dianalisis LBM Eijkman, kemudian diketahui dari mana asal transmisi virus corona baru di Indonesia.

Salah seorang peneliti post doktoral LBM Eijkman, Pradiptajati Kusuma, pun menerangkan lebih lanjut transmisi virus corona di Indonesia.

Sebelumnya Pradipta mengingatkan bahwa pemetaan yang dilakukan berdasarkan data yang terkumpul. Seiring dengan data yang terkumpul, maka interpretasinya bisa berkembang.

Pradipta meninjau analisis global dari institusi atau organisasi lain untuk melihat asal muasal sampel virus corona Indonesia.

Organisasi yang ditinjaunya bernama Nexstrain. Salah satu organisasi yang menurutnya sangat baik dalam mengkurasi data di GISAID, menganalisis, dan memvisualisasikannya. Anda dapat melihat visualisasi lebih lengkapnya di sini.

"Data yang ini, dari ketiga (virus) yang disekuensing, memiliki riwayat transmisi yang berbeda-beda," kata Pradipta, Rabu (6/5/2020).

Baca Juga: Selagi Antri Pesan Makanan di Restoran, Driver Ojol Ini Alami Kejang-kejang Hingga Pingsan. Saksi Mata Beberkan Kondisi Akhir Korban

Meski transmisi perjalanan virus corona yang ditemukan dalam sampel tiga pasien berbeda, semua asalnya dari China.

"Semua tetap berasal dari China, tapi kemudian perjalanan dari masing-masing sampel virus tersebut berbeda."

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya