Ngotot Bilang Kondisi Badan Sehat, Ketiga Anggota Keluarga Ini Akhirnya Diseret Polisi dan Tentara ke Rumah Sakit Begitu Terbukti Positif Corona: Mati Itu Takdir Tuhan

Minggu, 03 Mei 2020 | 03:59
Tribunnews

Ahli Peringatkan Gelombang Kedua Pandemi Corona di Indonesia Sangat Mungkin Terjadi

Fotokita.net -Sejumlah ahli melakukan kajian untuk memprediksi kapan pandemi virus corona di Indonesia mencapai puncaknya.

Bagaimana menandai telah memasuki masa puncak pandemi? Puncak pandemi terjadi ketika kurva kasus di suatu negara rata.

Infeksi virus corona jenis baru pertama kali dikonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2020.

PadaSabtu (2/5/2020), tepat 2 bulan virus corona terkonfirmasi di Tanah Air. Sebarannya telah menjangkau seluruh provinsi.

Baca Juga: Jokowi Kabarkan Kekurangan Stok Pangan Saat Ramadhan di Tengah Pandemi, Kasus Warga Kelaparan Pun Terus Bermunculan: Apa Kabar Bansos Corona?

Data hingga Jumat (1/5/2020) sore, tercatat ada 10.551 kasus Covid-19 di Indonesia.

Dari jumlah itu, sebanyak 8.160 orang masih menjalani perawatan, 800 orang meninggal dunia, dan 1.591 orang telah dinyatakan sembuh.

JD.ID

Bulan April Telah Usai, Ilmuwan Indonesia Beri Peringatan Badai Puncak Virus Corona Akan Segera Tiba, Catat Tanggalnya!

Sejumlah ahli melakukan kajian untuk memprediksi kapan pandemi virus corona di Indonesia mencapai puncaknya.

Bagaimana menandai telah memasuki masa puncak pandemi? Puncak pandemi terjadi ketika kurva kasus di suatu negara rata.

Selain itu, ada pelambatan penyebaran virus dan angka kasus baru yang terus menurun.

Ada yang memprediksi puncak pandemi akan terjadi pada bulan ini, Mei 2020. Ada pula yang memprediksi antara Juni-Juli 2020.

Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, waktu puncak pandemi bervariasi dan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain.

Mengapa? Karena temuan kasus Covid-19 berbeda-beda di setiap daerah.

Baca Juga: Sebut Erwin Prasetya Paling Rajin Shalat 5 Waktu, Ternyata Ahmad Dhani Adalah Orang yang Paling Vokal dalam Keputusan Mantan Pembetot Bas Itu Keluar dari Dewa 19. Begini Ceritanya

“Dari tren yang ada, Pulau Jawa akan mengalami puncak lebih awal, di sekitar akhir Mei dan awal Juni. Ini yang harus diantisipasi dengan penyediaan layanan kesehatan (ICU, ventilator, jumlah tenaga medis, APD dan sebagainya),” ujar Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/5/2020).

Menurut Dicky, biasanya masa puncak memiliki durasi waktu relatif lama yakni kisaran 10-20 hari.

Baca Juga: Terus-terusan Diminta Turunkan Harga BBM Gara-gara Minyak Dunia Ada di Titik Nadir, Akhirnya Pertamina Berikan Kabar Baik Buat Warga Indonesia di Tengah Pandemi: Tertarik?

Sementara itu, Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono memperkirakan, puncak pandemi Covid-19 terjadi pada pertengahan Mei 2020.

Catatannya, tidak terjadi mudik saat menjelang Idul Fitri 1441 Hijriah. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melarang masyarakat melakukan mudik jelang Lebaran.

Hal ini sebagai salah satu langkah antisipasi semakin meluasnya penyebaran virus corona.

"Jadi di saat itulah, kalau enggak ada mudik. Kalau ada mudik itu agak meningkat drastis lagi pas Lebaran," ujar Pandu, seperti diberitakan, Kamis (14/4/2020).

Melalui perhitungan yang dilakukan bersama Tim Fakultas Kesehatan UI, Pandu mengatakan, jika pemerintah menerapkan intervensi moderat, maka pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1,3 juta orang.

"Sekitar 1,3 juta total prediksi kasus yang butuh perawatan rumah sakit," kata Pandu.

Baca Juga: Sudah 7 Tahun Ditinggal Pergi Sang Ustaz Kondang Hingga Didekati Sederet Lelaki Tampan, Ternyata Perempuan Cantik Ini Masih Betah Menjanda: Dia Adalah Sosok yang Sempurna

Yang dimaksud intervensi moderat adalah, pemerintah telah melaksanakan tes massal tapi dengan cakupan rendah.

Sementara, jika pemerintah melakukan intervensi skala rendah (mengedepankan masyarakat sukarela melakukan pembatasan), jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 2,5 juta jiwa.

Jika pemerintah menerapkan intervensi skala tinggi, jumlah pasien Covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 600.000 jiwa.

Rapid test merupakan teknik pengetesan keberadaan antibodi terhadap serangan kuman di dalam tubuh.

Hasil rapid test tak boleh dan tak bisa digunakan secara mandiri untuk mengonfirmasi keberadaan atau ketiadaan infeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 di dalam tubuh.

Untuk mengonfirmasi keberadaan virus corona secara akurat dalam tubuh seseorang harus dilakukan test swab dengan meteode PCR (polymerase chain reaction).

Hasil tes dari rapid test adalah reaktif (ada reaksi terhadap keberadaan antibodi) atau non-reaktif (tidak ada reaksi terhadap keberadaan antibodi).

Jika Anda sempat membaca hasil rapid test adalah positif atau negatif, harus dimaknai sebagai positif atau negatif terhadap keberadaan antibodi dalam tubuh, bukan positif atau negatif terhadap keberadaan virus corona penyebab Covid-19.

Baca Juga: Tepat Dua Bulan Sejak Pengumuman Resmi dari Jokowi, Ahli Ingatkan Rakyat Indonesia Adanya Kejadian Luar Biasa Ini Sehabis Alami Puncak Pandemi

"Kami sehat, tidak mau dibawa ke rumah sakit. Mati itu takdir Tuhan," kata seorang reaktif rapid test saat menolak untuk dirawat di ruang isolasi RSUD Getas Pendowo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah.

Kata-kata penolakan tersebut yang akhirnya memicu Kapolsek Karangrayung, AKP Lamsir beserta seorang anggota TNI mengambil tindakan.

Kedua aparat penegak hukum ini hanya bergeming dan tetap mengevakuasi satu keluarga di Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Grobogan, yang dinyatakan reaktif rapid test tersebut.

"Kami sehat, tidak mau dibawa ke rumah sakit. Mati itu takdir Tuhan. Kata-kata penolakan itu yang membuat saya tegang," terang Lamsir, saat dihubungi, melalui ponsel, Sabtu (2/5/2020).

Baca Juga: Jokowi Kabarkan Kekurangan Stok Pangan Saat Ramadhan di Tengah Pandemi, Kasus Warga Kelaparan Pun Terus Bermunculan: Apa Kabar Bansos Corona?

Untuk diketahui, satu keluarga di Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, yang dinyatakan reaktif berdasarkan rapid test menolak saat akan dibawa tim Covid-19 ke RSUD Getas Pendowo Grobogan.

Seorang ibu dan dua anaknya yang tinggal satu rumah, yang telah berstatus pasien dalam pengawasan (PDP) tersebut akhirnya dijemput paksa oleh petugas TNI-Polri.

Dalam video yang beredar luas di media sosial, terlihat Kapolsek Karangrayung, AKP Lamsir bersama seorang anggota TNI mengenakan APD lengkap terpaksa turun langsung memberikan pemahaman kepada ketiga orang tersebut.

Mereka pun sempat berdebat di ruang tamu rumah. Ketiga orang penghuni rumah yang mengenakan masker itu pun terlihat "ngeyel" tak sudi jika harus dirawat intensif di ruang isolasi.

"Jadi, kalau imunnya tidak sehat kalian tertular. Kalian tahu tidak," tegas Lamsir, di hadapan ketiga orang tersebut.

Baca Juga: Terpaksa Serahkan Berton-ton Cadangan Emas Batangan ke Iran, Negara yang Pernah Kaya Raya Karena Minyak Ini Berada di Ujung Frustasi: Ditinggal Warganya Sendiri

(DOKUMEN POLSEK KARANGRAYUNG)
(DOKUMEN POLSEK KARANGRAYUNG)

Kapolsek Karangrayung, AKP Lamsir (APD merah) dan seorang anggota TNI jemput paksa satu keluarga reaktif rapid test di Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (30/4/2020) siang

Suasana pun memanas ketika ketiga orang tersebut tetap menolak imbauan petugas yang menjemputnya.

Tak menghiraukannya, Lamsir dan seorang tentara langsung membawa ketiganya masuk ke ambulans Puskesmas Karangrayung.

Dalam video itu, seorang di antaranya terlihat ngotot tak mau diangkut ke ambulans.

Ia terus saja bertahan berteriak menangis saat digandeng kedua aparat penegak hukum tersebut.

Baca Juga: Sudah Terlanjur Masuk Perut, Pelanggan Sukses Bongkar Tindakan Sadis Pedagang Mie Gara-gara Hal Sepele Ini: Pakai Daging Manusia Sebagai Toppingnya

Meski alot, ketiga orang tersebut akhirnya berhasil dibawa masuk ke ambulans. "Orang kok susah dibilangin," tegas Lamsir dalam video itu, sembari menariknya masuk ke dalam ambulans.

Lamsir menuturkan, kegiatan penjemputan itu terjadi pada Kamis (30/4/2020) siang.

(DOKUMEN POLSEK KARANGRAYUNG)
(DOKUMEN POLSEK KARANGRAYUNG)

Kapolsek Karangrayung, AKP Lamsir (APD merah) dan seorang anggota TNI jemput paksa satu keluarga reaktif rapid test di Desa Sumberjosari, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Kamis (30/4/2020) siang.

"Kami membantu tim medis karena mereka menolak dibawa. Kami pun turun tangan dan masih ngeyel. Mau tak mau kami tetap bawa masuk ke ambulans demi kebaikan bersama," terang Lamsir.

Sebelumnya, seorang kepala keluarga berusia 43 tahun tersebut terlebih dahulu dinyatakan positif Covid-19 atas hasil swab pada, Rabu (15/4/2020).

Pekerja bangunan yang ternyata baru pulang dari Jakarta ini sempat berbohong sehingga 20 pegawai RSUD dr Soedjati Soemodiardjo Purwodadi harus diisolasi mandiri.

Baca Juga: Pernikahan Beda Agamanya Tak Kunjung Dapat Restu, Presenter Kondang Ini Kaget Setengah Mati Sewaktu Diterawang Roy Kiyoshi: Ada yang Taruh Tanah Kuburan di Rumah Kamu

"Semula begitu kepala keluarga dinyatakan positif Covid-19, kami langsung melakukan rapid test kepada keluarganya. Awal mulanya hasilnya non reaktif dan kami minta Isolasi mandiri. Namun, hasil rapid test yang kedua, ketiganya reaktif dan harus kami rawat ke RSUD Getas Pendowo. Ketiganya akan kami swab juga," ujar Slamet. (Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya