Tepat Dua Bulan Sejak Pengumuman Resmi dari Jokowi, Ahli Ingatkan Rakyat Indonesia Adanya Kejadian Luar Biasa Ini Sehabis Alami Puncak Pandemi

Sabtu, 02 Mei 2020 | 17:25
KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Polisi menghalau mobil bus yang membawa penumpang di jalan tol Jakarta-Cikampek untuk keluar ke Gerbang tol Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/4/2020). Larangan mudik mulai diberlakukan 24 April 2020 pukul 00.00 WIB. Polda Metro Jaya melarang kendaraan pribadi baik motor atau mo

Fotokita.net - Sejumlah ahli dan pakar telah mengingatkan bahwa Indonesia belum mencapai puncak pandemi.

Mereka terus-menerus mengingatkan masyarakat untuk terus disiplin serta mewaspadai gelombang kedua penyebaran virus corona.

Infeksi virus corona jenis baru pertama kali dikonfirmasi di Indonesia pada 2 Maret 2020.

Hari ini, Sabtu (2/5/2020), tepat 2 bulan virus corona terkonfirmasi di Tanah Air. Sebarannya telah menjangkau seluruh provinsi.

Baca Juga: Jokowi Kabarkan Kekurangan Stok Pangan Saat Ramadhan di Tengah Pandemi, Kasus Warga Kelaparan Pun Terus Bermunculan: Apa Kabar Bansos Corona?

Data hingga Jumat (1/5/2020) sore, tercatat ada 10.551 kasus Covid-19 di Indonesia.

Dari jumlah itu, sebanyak 8.160 orang masih menjalani perawatan, 800 orang meninggal dunia, dan 1.591 orang telah dinyatakan sembuh.

Sejumlah ahli melakukan kajian untuk memprediksi kapan pandemi virus corona di Indonesia mencapai puncaknya.

Bagaimana menandai telah memasuki masa puncak pandemi? Puncak pandemi terjadi ketika kurva kasus di suatu negara rata.

Selain itu, ada pelambatan penyebaran virus dan angka kasus baru yang terus menurun.

Ada yang memprediksi puncak pandemi akan terjadi pada bulan ini, Mei 2020. Ada pula yang memprediksi antara Juni-Juli 2020.

Epidemiolog Indonesia dari Griffith University Australia, Dicky Budiman mengatakan, waktu puncak pandemi bervariasi dan berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lain.

Mengapa? Karena temuan kasus Covid-19 berbeda-beda di setiap daerah.

Baca Juga: Sebut Erwin Prasetya Paling Rajin Shalat 5 Waktu, Ternyata Ahmad Dhani Adalah Orang yang Paling Vokal dalam Keputusan Mantan Pembetot Bas Itu Keluar dari Dewa 19. Begini Ceritanya

“Dari tren yang ada, Pulau Jawa akan mengalami puncak lebih awal, di sekitar akhir Mei dan awal Juni. Ini yang harus diantisipasi dengan penyediaan layanan kesehatan (ICU, ventilator, jumlah tenaga medis, APD dan sebagainya),” ujar Dicky, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (1/5/2020).

Menurut Dicky, biasanya masa puncak memiliki durasi waktu relatif lama yakni kisaran 10-20 hari.

Baca Juga: Terus-terusan Diminta Turunkan Harga BBM Gara-gara Minyak Dunia Ada di Titik Nadir, Akhirnya Pertamina Berikan Kabar Baik Buat Warga Indonesia di Tengah Pandemi: Tertarik?

Sementara itu, Pakar epidemiologi Universitas Indonesia Pandu Riono memperkirakan, puncak pandemi Covid-19 terjadi pada pertengahan Mei 2020.

Catatannya, tidak terjadi mudik saat menjelang Idul Fitri 1441 Hijriah. Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan melarang masyarakat melakukan mudik jelang Lebaran.

Hal ini sebagai salah satu langkah antisipasi semakin meluasnya penyebaran virus corona.

"Jadi di saat itulah, kalau enggak ada mudik. Kalau ada mudik itu agak meningkat drastis lagi pas Lebaran," ujar Pandu, seperti diberitakan, Kamis (14/4/2020).

Melalui perhitungan yang dilakukan bersama Tim Fakultas Kesehatan UI, Pandu mengatakan, jika pemerintah menerapkan intervensi moderat, maka pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia bisa mencapai 1,3 juta orang.

"Sekitar 1,3 juta total prediksi kasus yang butuh perawatan rumah sakit," kata Pandu.

Baca Juga: Sudah 7 Tahun Ditinggal Pergi Sang Ustaz Kondang Hingga Didekati Sederet Lelaki Tampan, Ternyata Perempuan Cantik Ini Masih Betah Menjanda: Dia Adalah Sosok yang Sempurna

Yang dimaksud intervensi moderat adalah, pemerintah telah melaksanakan tes massal tapi dengan cakupan rendah.

Sementara, jika pemerintah melakukan intervensi skala rendah (mengedepankan masyarakat sukarela melakukan pembatasan), jumlah pasien yang terjangkit Covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 2,5 juta jiwa.

Jika pemerintah menerapkan intervensi skala tinggi, jumlah pasien Covid-19 di Indonesia diprediksi mencapai 600.000 jiwa.

Adapun, Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 memperkirakan, puncak pandemi virus corona di Indonesia akan dimulai pada awal Mei dan berakhir awal Juni.

"Kami telah me-review dan mengombinasikan seluruh prediksi, puncak pandemi akan dimulai pada awal Mei dan berakhir sekitar awal Juni," kataKetua Tim Pakar Gugus Percepatan Penanganan Covid-19 Indonesia Wiku Adisasmito, beberapa waktu lalu.

Adapun jumlah kumulatif kasus awal periode puncak pada Mei diperkirakan sekitar 95.000 kasus.

Baca Juga: Ilmuwan China Berhasil Temukan Virus Corona yang Paling Berbahaya dan Mematikan, Lantas Jenis Apa yang Ada di Negara Kita?

Sementara, pada Juni dan Juli kasus kumulatif yang dikonfirmasi diperkirakan berjumlah sekitar 106.000 kasus.

Ketua Gugus tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo pada 3 April 2020 menyebutkan, berdasarkan data dari Badan Intelijen Negara, puncak pandemi diperkirakan terjadi Juli 2020.

Studi yang dilakukanSingapore University of Technology and Design (SUTD) memperkirakan,akhir pandemi 97 persen diprediksi akan terjadi pada 7 Juni 2020 dan 100 persen pada 7 September 2020.

Data ini dikutip berdasarkan publikasi di laman SUTD pada 26 April 2020. Prediksi yang dilakukan SUTD berdasarkan data dari perkembangan kasus hingga waktu berakhirnya pandemi virus corona di berbagai negara.

Baca Juga: Selamat dari Serangan Virus Corona Nan Ganas, Tapi Perempuan Cantik Ini Justru Meregang Nyawa Gara-gara Hal Sepele Ini Sewaktu Rayakan Masa Akhir Lockdown

Sejumlah ahli juga mengingatkan agar masyarakat dan pemerintah tetap waspada dengan kemungkinan terjadinya gelombang kedua virus corona.

"Saya kira memang gelombang kedua (pandemi) itu bisa terjadi, saat puncak sudah lewat, yang sakit itu sudah turun," kata Perwakilan Solidaritas Berantas Covid-19, Prof Akmal Taher, seperti diberitakan, 13 April 2020.

Menurut dia, gelombang kedua bisa saja terjadi apabila sistem yang dibuat pemerintah dan dilakukan oleh masyarakat sipil melonggar.

Risiko gelombang kedua berpotensi terjadi ketika ada transmisi saat orang-orang telah merasa aman karena melewati puncak pandemi.

Hal yang sama diungkapkan Pandu. Ia menyebutkan, gelombang kedua terjadi ketika masyarakat dan pemerintah lalai saat terjadi penurunan jumlah kasus.

"Nanti ada penurunan. kalau sudah terjadi penurunan, kita lalai kita enggak waspada itu bisa naik lagi," kata Pandu.

Sementara itu, Dicky mengatakan, penguatan data saat ini penting untuk menilai keberhasilan intervensi serta mengantisipasi gelombang kedua.

Baca Juga: Segera Siapkan Kamera, Inilah Daftar Peristiwa Langit yang Bisa Kita Saksikan di Indonesia: Salah Satunya Fenomena Langka di Atas Kabah

Ia mengingatkan,Indonesia perlu mewaspadai adanya gelombang kedua sepanjang belum ditemukan vaksin virus corona.

"Mengingat sampai saat ini Covid-19 di Indonesia diperkirakan masih memiliki angka reproduksi di atas 1, ditambah kita belum memiliki vaksin. Selain itu, sebagian besar populasi global di mana menurut WHO 90 persen lebih belum memiliki imunitas, maka potensi penyakit Covid-19 tetap ada dan menyerang kembali dalam bentuk gelombang kedua atau ketiga,” ujar Dicky.

Merespons soal puncak pandemi dan waspada terjadinya gelombang kedua virus corona, Kementerian Kesehatan melaluiDirektur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto mengatakan, disiplin masyarakat dalam menerapkan pola hidup sehat dan melakukan pencegahan penting untuk menghadapi dua hal tersebut.

"Jadi kuncinya adalah bagaimana masyarakat disiplin. Sekarang intinya masyarakat diminta disiplin (menerapkan pola hidup sehat). Nanti setelah sampai puncak ya tetap saja harus disiplin," ujar Yuri, Selasa (14/4/2020).

Baca Juga: Dinikahi Pengusaha Tajir Asal Pulau Seberang, Siapa Sangka Biduan Dangdut Cantik Ini Pernah Tinggal di Rumah yang Bikin Kita Melongo: Beralaskan Tanah Liat dan Kamar Mandinya Cuma Tertutup Setengah Badan

Ia menyebutkan, sikap disiplin itu adalah menjaga hidup bersih dan sehat, rajin mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir, menjaga kondisi tubuh dengan konsumsi gizi seimbang, berolahraga.

Disiplin pula mengenakan masker, menjaga etika batuk dan bersin, menjaga jarak saat komunikasi sosial, tetap berada di rumah serta menghindari kerumunan.(Sumber: Kompas.com/ Penulis: Sania Mashabi, Ellyvon Pranita, Vina Fadhrotul M)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya