Najwa Shihab Menitikkan Air Mata Saat Dengar Cerita Sakit Hatinya Keluarga Jenazah yang Ditolak, Foto Aksi Garda Terdepan Ini Jadi Viral: Seberangi Sungai Demi Tunaikan Tugas

Senin, 20 April 2020 | 06:50
KOMPAS.COM/DOK BUPATI BANYUMAS

Elus Dada Tak Tega Lihat Banyak Jenazah Pasien Covid-19 Ditolak Mentah-mentah Oleh Sejumlah Daerah, Seorang Pria Ini Sumbangkan secara Cuma-cuma Tanah Seluas 2.500 Meter untuk Dijadikan Pemakaman Padahal Profesinya Ini

Fotokita.net - Ada banyak kejadian selama wabah Covid-19 berlangsung. Salah satu kejadian yang menyita perhatian publik adalah peristiwa penolakan warga sekitar pemakaman yang menolak jenazah usai meninggal dunia karena virus corona.

Peristiwa itu tak hanya sekali terjadi, tetapi banyak ditemui di sejumlah daerah.

Padahal sudah sering dijelaskan bahwa jenazah diurus sesuai SOP, sehingga virus tak akan hidup kembali.

Belum lagi jika memikirkan perasaan keluarga dari jenazah yang ditolak.

Seperti perawat di Semarang yang meninggal dunia karena covid-19 ini.

Baca Juga: Dibungkam Gara-gara Beri Peringatan Awal Terhadap Adanya Virus Corona Jenis Baru, Peneliti China Ini Buktikan Pandemi Bermula dari Kebiasaan Buruk dari Leluhur Mereka

Tangkap layar Youtube Najwa Shihab
Tangkap layar Youtube Najwa Shihab

Jenazah perawat yang positif covid-19 ramai ditolak warga sekitar pemakaman, suami almarhumah ungkap keinginan sederhana keluarganya.

Dalam acara Mata Najwa episode Rabu (15/4/2020) bertajuk 'Setop Stigma Covid-19' yang membahas mengenai sejumlah korban yang dicap negatif atas penyakit ini.

Salah satu narasumbernya adalah suami almarhumah Nuria Kurniasih, perawat yang ditolak jenazahnya oleh warga Desa Sewakul, Joko Wibowo.

Perawat Nuria meninggal dunia pada Kamis (94/2020).

Keluarga ingin memakamkan jenazah di desa Sewakul.

Baca Juga: Di Tengah Banyaknya Cerita Pilu Jenazah Pasien Covid-19 Ditolak, Pria Ini Sumbang Tanah untuk Dijadikan Pemakaman, Profesinya Enggak Sembarangan

Namun sejumlah warga malah menolak keras jenazah perawat ini dimakamkan di TPU setempat.

Tentunya Joko dan keluarga merasa sedih melihat kenyataan ini.

IG @najwashihab
IG @najwashihab

Najwa Shihab

Belum lagi hingga istrinya meninggal, ia juga sudah lama tak bisa berjumpa dengan Nuria karena profesinya sebagai perawat.

"Saya tentunya sangat kecewa saat itu, bagaimana lagi sudah tidak ketemu istri sekian lama, memikirkan kondisinya," ungkapnya.

Baca Juga: Ingatkan Puluhan Jamaah yang Ingin Bikin Kegiatan di Masjid, Warga Depok Ini Malah Jadi Bulan-bulanan: Aku Tak Mau Mati!

Perawat Nuria rencananya dimakamkan keluarga dekat dengan ayahnya.

Keluarga hanya ingin mendekatkan almarhumah dengan ayahnya yang sudah meninggal dunia lebih dulu.

"Itu sebenarnya inisiatif dari kami keluarga."

"Jadi memang kondisi istri saat itu sudah masuk ICU, dalam kondisi sesak."

Baca Juga: Aksi Kocaknya Jadi Viral Hingga Disebut Jubir Corona Terbaik, Bupati Ini Sukses Hindarkan Daerahnya dari Kasus Positif Covid-19 dengan Cara yang Tak Biasa

"Ya saya juga tidak bisa ketemu, jadi intinya kami dari keluarga yang berinisiatif untuk mendekatkan kepada ayah tercintanya di pemakaman itu sebenarnya," cerita Joko.

Saat istri dinyatakan meninggal, Joko hanya ingin segera mengebumikannya.

Baca Juga: Akui Terima Uang Ratusan Juta Rupiah Hasil Korupsi, Begini Kabar Terakhir Artis Sinteron yang Rela Buka Usaha Kecil-kecilan Demi Menyambung Hidup

"Saya rasanya perih, sudah habis rasanya perasaan ini, intinya hanya satu keinginan supaya istri itu cepat mendapatkan tempat (makam)."

Siapa sangka keinginan sederhana keluarga mereka malah ditentang warga sekitar.

Baca Juga: Maksud Hati Sebarkan Konten yang Bisa Tenangkan Warga di Tengah Wabah, Obrolan Luna Maya Ini Malah Tuai Kecaman dari Bekas Tukang Kritik Pemerintah Itu: Salah Resep, Salah Obat!

Beberapa warga malah menghadang rombongan jenazah Nuria.

Namun Joko tak berhadapan langsung dengan warga yang menolak jenazah istrinya.

Tetapi dia dihubungi lewat telepon tentang kondisi saat itu.

Saat itu ayah tiga anak ini masih berada di jarak 500 meter dari TPU.

Baca Juga: Tak Mampu Turuti Keinginan Satu-satunya Sang Suami, Diva Musik yang Akui Jalani Operasi Plastik Ini Tampak Berbeda dalam Foto Tanpa Riasan Wajah

"Jadi secara langsung saya tidak tahu sebenarnya, hanya lewat telfon itu ada suara yang kacau jadi seperti ada protes warga," ungkapnya.

Baca Juga: Jadi Satu-satunya Perempuan yang Dinikahi Ariel Noah Gara-gara Dipaksa Keluarga, Ternyata Penampilan Sang Mantan Bikin Kita Pangling: Begini Foto-foto Terbarunya

"Jadi memang dari Semarang itu sudah tiga kali dihentikan karena ada kabar bahwa ada sekelompok warga tidak ingin jenazah dimakamkan di situ," sambung Joko.

Pihak RSUP Kariadi Semarang sebenarnya sudah menyediakan makam untuk perawat Nuria.

Namun keluarga tak ingin jika makam Nuria jauh dari anak-anaknya.

Baca Juga: Sempat Diragukan Sebagai Keturunan Langsung, Anak Kandung Soekarno yang Sempat Hidup Susah Ini Miliki Warisan Tongkat Sakti dan Keris dari Sang Ayah

"Dari awal sebenarnya saya sudah dikasih tempat pak direktur kami, direktur rumah sakit umum Dr Karyadi, dari awal beliau datang ke tempat istri di ruang forensik sudah berpesan," jelasnya sambil menirukan pesan direktur rumah sakit tersebut.

Baca Juga: Jadi Pemimpin Paling Berkuasa dalam Sejarah Indonesia, Siapa Sangka Presiden Kedua Kita Pernah Ditampar oleh Sosok Ini. Begini Penyebabnya

"Saya juga sangat bersyukur, intinya tapi memang kehendak dari kami dan keluarga."

"Ingin dekat ketika nanti anak-anak juga ingin menengok ibunya, mendoakan lebih dekat, namun ya kejadian seperti itu yang sampai sekarang pedih rasanya," ungkap Joko.

Joko tak hanya menelan pil pahit kehilangan istri tercinta untuk selamanya.

Baca Juga: Mantan Keuangan Ini Prediksi Ekonomi Bakal Segera Masuk ke Titik Nadir, Tapi Dua Paranormal Itu Malah Ramal Indonesia Akan Berjaya Setelah Wabah Berakhir

Ia juga harus berpisah dengan ketiga anaknya sampai ia dinyatakan negatif virus corona.

Diketahui Joko dan almarhumah Nuria memiliki tiga putri yang duduk di jenjang pendidikan 1 SMA, 5 SD, dan 3 SD.

"Kemudian saya sendiri juga tidak ketemu anak-anak sampai akhirnya saya dinyatakan negatif." ungkap Joko menceritakan ketiga anaknya.

Saat mendengar kisah pilu dari Joko, Najwa Shihab terlihat kerap menunduk sedih dengan mata yang berkaca-kaca.

Menjadi petugas pemakaman jenazah Covid-19 memang tidak mengenakkan. Tidak jarang, petugas ini harus menghadapi rintangan seperti penolakan warga hingga melewati medan yang sulit saat mengantar jenazah ke pemakaman.

Semisal yang dialami Dedy Darmady (35), salah satu petugas pemakaman jenazah Covid-19 Kota Padang, Sumatera Barat.

Baca Juga: NIlai Sarat Masalah Sedari Awal, Ahli Ekonomi Muda Itu Ajak Staf Khusus Presiden Lakukan Hal Ini: Konten di YouTube Jauh Lebih Baik!

Dedy bersama tujuh orang lainnya, pada Jumat (17/4/2020) mendapat tugas mulia memakamkan satu jenazah Covid-19 asal Padang.

Namun, keluarganya meminta agar jenazah dibawa ke pemakaman keluarga di Koto Baru, Kabupaten Solok.

Baca Juga: Sayangi Nyawa Keluarga Kita, Hentikan Kebiasaan Simpan Telur di Dalam Kulkas. Inilah Penjelasan dari Ahli

Dok: DLH Padang

Petugas pengantar jenazah Covid-19 Kota Padang mengantarkan jenazah menyeberangi sungai ke pemakaman, Jumat (17/4/2020) lalu.

"Kebetulan keluarga korban meminta dimakamkan di kampung halamannya. Kita memiliki kewajiban untuk mengantarkannya," kata Dedy yang dihubungi Kompas.com, Minggu (19/4/2020). Keinginan keluarga korban Covid-19 tetap dituruti.

Dedy bersama rekannya membawa jenazah ke Koto Baru. Selama dua jam perjalanan dari Padang ke Koto Baru yang berjarak 53 kilometer, Dedy dan teman-temannya terus mengenakan alat pelindung diri (APD).

"Kita pakai APD lengkap untuk mengantisipasinya. Kemudian saya juga berdoa sebelum bertugas," kata Dedy.

Baca Juga: Minta Didoakan Agar Bisa Cepat Nikah dengan Putri Anang Hermansyah, YouTuber yang Pernah Dituduh Lecehkan DJ Cantik Ini Malah Terima Panggilan Sayang dari Penyanyi Dangdut Nan Ayu

Perjalanan juga tidak sepenuhnya menggunakan mobil. Di tengah jalan, jenazah harus diangkat ke perahu karet untuk menyeberangi sungai.

Momen Dedy dan rekan-rekannya menyeberangi sungai untuk membawa jenazah ke pemakaman kemudian viral di media sosial.

Aksi Dedy dan kawan-kawan diapresiasi warganet. Dedy mengatakan demi tugas mulia itu, rasa takutnya dihilangkan.

Baginya itu adalah tugas dan adalah kewajibannya untuk menjalankan.

Baca Juga: Bahagia Nikahi Perempuan Indonesia, Bule Ini Langsung Lemas Ketika Identitas Asli Sang Istri Terbongkar: Saya Tertipu Selama 20 Tahun!

Ketika mendapat tugas menjadi tenaga pemakaman jenazah Covid-19, Dedy sempat memikirkan bahaya yang akan dihadapinya.

"Tiba di rumah diceritakan ke istri, istri sempat syok. Namun setelah diberi penjelasan, istri akhirnya memakluminya," jelas Dedy yang bekerja di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.

Setiap kali usai melakukan pemakaman jenazah, Dedy selalu membakar APD-nya. Dia juga mandi sebelum pulang ke rumah.

"Ini saya lakukan sebagai antisipasi agar tidak tertular. Saya selalu berdoa agar diberi kesehatan," kata Dedy.

Baca Juga: Setia Dampingi Sang Suami Sejak Tinggal di Rumah Dinas yang Jadi Sarang Biawak, Tiba-tiba Menantu Presiden RI ke-6 Tuliskan Kalimat Tajam Ini di Instagramnya: Ada Apa?

Sedangkan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Padang, Mairizon menyebutkan sengaja membentuk tim pengantar dan pemakaman jenazah Covid-19 Kota Padang.

Tim tersebut berisikan delapan orang pegawai DLH. "Ini instruksi Pak Wali Kota Mahyeldi untuk membentuk tim karena ini merupakan kewajiban Pemkot Padang," kata Mairizon.

Baca Juga: Lagi-lagi Anak Buah Jokowi yang Satu Ini Kembali Jadi Sorotan, Ternyata Penyebabnya Bermula dari Kesaksian Napi dalam Program Asimilasi

Mairizon mengatakan, tidak jarang ada permintaan keluarga untuk dimakamkan di kampung halaman yang jaraknya cukup jauh.

"Tetap kita antar dan makamkan di ke luar daerah jika seandainya keluarga memintanya," kata Mairizon.

Baca Juga: Dibungkam Gara-gara Beri Peringatan Awal Terhadap Adanya Virus Corona Jenis Baru, Peneliti China Ini Buktikan Pandemi Bermula dari Kebiasaan Buruk dari Leluhur Mereka

Tercatat selain ke Kabupaten Solok, juga pernah tim ini mengantar dan memakamkan ke Pasaman yang berjarak lebih dari 185 kilometer dari Kota Padang.

"Kita selalu ikut mengantarkan. Bahkan Pak Wali Kota Mahyeldi juga ikut mengantarkan ke luar daerah itu," kata Mairizon.

Untuk proses pengantaran dan pemakaman jenazah tersebut, keluarga korban tidak dipungut biaya.

"Termasuk juga jika ke luar daerah. Semuanya ditanggung Pemkot Padang," jelas Mairizon. (Tribun Mataram/Kompas.com)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya