Fotokita.net-Batik bukan sekadar warisan nenek moyang Indonesia. Ada nilai estetika tinggi dan kearifan lokal di dalamnya. Di laman UNESCO disebutkan, batik merupakan identitas budaya masyarakat Indonesia.
Melalui makna simbolis warna dan desainnya, batik juga mengekspresikan kreativitas dan spiritualitas di dalamnya. Sejak diakui oleh UNESCO, eksistensi baik pun kian dikenal dunia.
Tanggal 2 Oktober 2009 menjadi momen penting bagi warisan budaya Indonesia, khususnya batik. Pada saat itu, batik diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya tak benda Indonesia, karenanilai-nilai filosofi dan sisi humanis yang terkandung di dalamnya.
Baca Juga: Deretan Foto Keunikan Telur Asin dengan Motif Batik dari Karawang
Pemerintah pun mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 33 Tahun 2009 yang menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai "Hari Batik Nasional". Kata batik berasal dari bahasa jawa, yaitu amba dan titik. Amba bermakna lebar dan titik berarti pola titik-titik.
Beberapa waktu laluKementerian Luar Negeri Republik Indonesia sempat memberikan kabar yang membanggakan kita. Utusan Kementerian Luar Negeri yang hadir dalam dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang bertempat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019) menunjukkan foto-foto yang tak biasa.
:quality(100)/photo/2019/05/08/1268601600.jpg)
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (dua kanan) , Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres (tengah), Duta Besar Jerman untuk PBB Christoph Heusge (tiga kiri), dan Koordinator Politik Misi Perancis untuk PBB Antoine Michon (dua kiri), terlihat mengenakan batik saat hadir dalam Sidang Dewan Ke
Dalam pertemuan yang juga dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi itu diwarnai dengan pakaian batik yang dikenakan oleh para delegasi dewan keamanan yang berasal dari seluruh dunia.
Dalam pertemuan Debat Terbuka (Open Debate) semua mengenakan berbagai motif batik maupun tenun. Tak terkecuali Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres yang mengenakan motif tenun troso cerah.
Dalam rilis Kementerian Luar Negeri, dipilihnya batik sebagai dress code sidang DK PBB merupakan bentuk penghormatan bagi Indonesia yang menjadi presiden untuk Mei.
Berbagai batik yang dikenakan delegasi dewan keamanan dalam pertemuan Selasa merupakan koleksi pribadi mereka masing-masing.
Pelaksana tugas duta besar Amerika untuk PBB Jonathan Cohen (tengah) dan sejumlah delegasi PBB terlihat mengenakan batik saat hadir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang bertempat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019).
Para delegasi itu mengoleksi batik tidak hanya melalui pemberian para diplomat Indonesia atau saat mereka menjadi ketua delegasi dalam konferensi di Indonesia. Ada juga yang memutuskan membeli sendiri ketika berkunjung ke Indonesia.
Selain Guterres, delegasi lain yang mengenakan batik adalah Amerika Serikat (AS), Jerman, Pantai Gading, Perancis, Perus, Republik Dominika, maupun China.
"Sangat menyenangkan bahwa sidang hari ini (Selasa) cantik dan berwarna. Sebab, sebagian besar anggota mengenakan batik," ujar Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Pelaksana tugas duta besar Amerika untuk PBB Jonathan Cohen (kiri) terlihat mengenakan batik saat hadir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang bertempat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019).
Penggunaan batik di dalam Sidang DK PBB diharapkan semakin mempopulerkan batik yang saat ini telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan kebudayaan dunia. Adapun dalam sidang kemarin, Indonesia mengangkat perlunya peningkatan keamanan dan performa dari pasukan perdamaian PBB, atau yang dijuluki Blue Helmets.
Menlu Retno mengatakan, selama bertahun-tahun keberadaan pasukan perdamaian PBB merupakan model kerja sama global, kepemimpinan kolektif, dan bentuk kepedulian terhadap perdamaian dunia.
Utusan Khusus Republik Dominika untuk PBB Jose Singer Weisinger (kiri) dan Koordinator Politik Misi Perancis untuk PBB Antoine Michon mengenakan batik saat menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York Selasa (7/5/2019).
Namun situasi politik maupun realita keamanan yang berkembang pada saat ini menjadi tantangan bagi Blue Helmets.
Menlu Retno mencontohkan serangan terhadap pasukan perdamaian PBB di Mali Januari lalu yang berdampak kepada tingkat keamanan dan performa pasukan.
Karena itu, Menlu Retno memberikan sejumlah solusi untuk meningkatkan keamanan adalah melalui pemahaman terhadap kondisi medan maupun kebutuhan masyarakat setempat.
Menurutnya, seorang anggota penjaga perdamaian tidak hanya punya dasar tempur yang kuat. Namun juga dibekali dengan soft skill seperti komunikasi dan mampu meraih kepercayaan.
Selain itu, dia juga mengusulkan adanya penambahan anggota perempuan karena mereka bisa mendekati kombatan maupun sipil, dan menyediakan kenyamanan bagi mereka yang trauma.
Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi (depan) dan Utusan Khusus Republik Dominika untuk PBB Jose Singer Weisinger (kiri), terlihat mengenakan batik saat hadir dalam Sidang Dewan Keamanan PBB yang bertempat di markas besar mereka di New York, Amerika Serikat, Selasa (7/5/2019).
Menlu Retno juga mengusulkan Indonesia Peacekeepong Center bisa dijadikan sebagai basis pelatihan bagi prajurit anggota penjaga perdamaian skala internasional.
"Marilah kita semua berada di belakang Blue Helmets, dan menyediakan mereka dengan segala kebutuhan yang mereka minta," ujar Menlu Retno dalam pidatonya.
Di Indonesia, Hari Batik Nasional jatuh pada tanggal 2 Oktober setiap tahunnya. Warisan masyarakat Jawa ini bahkan telah diakui UNESCO sebagai salah satu warisan budaya lisan dan budaya tak-benda sejak 2 Oktober 2009.
Batik merupakan hasil kerajinan dengan nilai seni yang tinggi. Ia telah menjadi bagian dari budaya Indonesia -- terutama di Jawa -- sejak lama.
Pada zaman dulu, wanita Jawa membuat keterampilan batik sebagai mata pencaharian. Batik pada masa lalu dianggap sebagai karya eksklusif wanita, hingga ditemukannya "Batik Cap" yang memungkinkan pria dapat ikut membuat batik.
Utusan Khusus Republik Dominika untuk PBB Jose Singer Weisinger (kiri), Koordinator Politik Misi Perancis untuk PBB Antoine Michon (tengah), dan Duta Besar Jerman untuk PBB Christoph Heusgen (kanan) mengenakan batik saat menghadiri sidang Dewan Keamanan PBB di New York Selasa (7/5/2019).
Secara etimologis, kata batik berasal dari bahasa Jawa, yaitu "amba" yang berarti "menulis" dan "tik" yang berarti "titik".Kata ini kemudian berkembang menjadi istilah "batik".
Istilah tersebut menggambarkan cara membuat titikdengan lilin yang menetes pada kain.Batik juga dikaitkan dengan teknik atau proses dari awalpembuatan motif hingga warnayang akan dicelupkan. (Kompas.com)