Fotokita.net-Lewat dokumen milik pemerintah Amerika Serikat yang sudah dirilis ke publik, peristiwa berdarah 30 September 1965 mulai terkuak.
Dikatakan pada saat itu Soeharto pemimpin militer Indonesia yang kuat mengorganisir penumpasan PKI yang melakukan upaya kudeta brutal dengan cara penculikan brutal, dan pembunuhan enam perwira tinggi.
File-file yang dideklasifikasi telah mengungkapkan rincian baru tentang dukungan pemerintah Amerika untuk kampanye pemusnahan PKI pada 1960-an.
Ribuan File dari kedubes Amerika Serikat di Jakarta mencakup peristiwa 1963-1966 dipublikasikan pada Selasa 17 Oktober 2017 silam, di bawah pemerintahan Obama kala itu.
Menurut The Guardian, file itu mengungkap keterlibatan Amerika Serikat yang mengejutkan dalam perselisihan anti-komunis brutal di Indonesia.
Foto dirilis Kamis (16/5/2019), menunjukkan mantan tahanan politik Diro Utomo berladang di Pulau Buru, Maluku. Pulau Buru menjadi lokasi tempat pemanfaatan (Tefaat) yang kemudian berubah menjadi Inrehab (Instalasi Rehabilitas) para tahanan politik yang ditangkap pasca-G30S/PKI untuk dimanfaatkan mem
Tahun 1965 Indonesia disebut memiliki partai komunis terbesar ketiga dunia setelah China dan Uni Soviet dengan beberapa juta anggota.
Pada saat itu Soekarno dipandang sebagai presiden yang karismatik, sosial dan Anti-Amerika.
Para pejabat Amerika sangat gembira ketika para jenderal konservatif memberlakukan undang-undang darurat di Jakarta dalam upaya menumpas PKI.
Dalam beberapa bulan, tentara Indonesia akan menang menggeser orientasi politik Indonesia.
Melansir The Atlantic, para pejabat kedutaan Amerika Serikat menerima pembaharuan tentang eksekusi dan menawarkan bantuan liputan media.
Kesaksian Personel KKO AL Pengangkat Jenazah Korban G30S/PKI di Lubang Buaya, Bau Busuk Mayat Sampai Buat Tak Bisa Makan 2 Hari
Sementara dokumen-dokumen penting yang memberikan wawasan kegiatan AS di Indonesia masih kurang, jadi garis besar peran Amerika sepenuhnya ada.
Pertimbangan kebijakan luar negeri Amerika Serikat pada saat itu untuk menghentikan penyebaran komunisme dan menghentikan pengaruhnya.
John Roosa adalah associate professor of History di University of British Columbia menulis tentang Indonesia tahun 1965.
DN Aidit Hanya Kroco, Dua Orang Inilah Dedengkot PKI Sesungguhnya Karena Pernah Bertemu dengan Stalin di Moskow
Dia meninjau dokumen dan liputan media dia mengatakan,"banyak orang asing Amerika penetapan kebijakan memandangnya sebagai kemenangan besar sehingga mereka dapat menyortir 'membalik' Indonesia dengan sangat cepat."
"Indonesia adalah negara terbesar keempat di dunia berdasarkan ukuran populasi, dan partai komunisnya adalah yang terbesar ketiga di dunia,setelah Tiongkok, Cina dan Uni Soviet," katanya.
Untuk mencegah wilayah Indonesia jatuh ke tangan komunis, pemerintah AS menerapkan strategi intelijen keras.
Dalam hal ini agen CIA secara diam-diam didukung militer AS untuk mengawasi Indonesia, mula-mula pasukan Amerika siap tempur berada di kawasan Pasifik, mencakup Singapura, Filipina.
Tujuannya bahwa militer Amerika siap menginvasi Indonesia jika waktunya tiba.
Nasib mantan Prajurit pasca tragedi G30S/PKI
Upaya pertamanya adalah menggulingkan Soekarni, dan itu terjadi ketika G30S/PKI di mana militer Indonesia dibantu PKI.
Keterlibatan CIA dalam aksi G30S/PKI yang memicu pembunuhan massal itu secara gamblang diakui oleh sendiri CIA melalui sejumlah dokumen kabel diplomatik Amerika soal tragedi 1965.
Dokumen itu dibuka ke publik oleh tiga lembaga Amerika, itu menguak sejumlah surat dari dan ke Amerika Serikat terkait pembunuhan massal pasca 1965.
Ketiga lembaga itu selain NSA juga National Declassification Center (NDC), keduanya lembaga nirlaba, dan lembaga negara National Archives and Records Administration (NARA).
Dokumen yang dibuka adalah 39 dokumen setebal 30.000 halaman yang merupakan catatan Kedutaan Besar Amerika untuk Indonesia sejak 1964 hingga 1968.
Isinya antara lain seputar ketegangan antara militer dengan PKI, termasuk efek selanjutnya berupa pembantaian massal.
Pembantaian massal terhadap warga Indonesia yang dituduh PKI ternyata direstui oleh CIA yang juga telah memberikan izin membunuh (License to a kill) kepada militer Indonesia. (Afif Khoirul M/Intisari Online)