Mana yang Lebih Parah Gangguan Listrik Padam Tahun 2002 atau 2019? Ketahui Penyebabnya Yuk!

Senin, 05 Agustus 2019 | 12:56
TRIBUNNEWS

Penumpang terpaksa turun dari kereta rel listrik (KRL) yang berhenti di perlintasan Bukit Duri Jakarta Selatan, akibat padamnya listrik, Minggu (4/8/2019). Aliran listrik di Banten, Jabodetabek hingga Bandung terputus akibat adanya gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Fotokita.net - Listrik padam di sebagian wilayah Jawa bagian Barat, terutama Jakarta dan sekitarnya, membuat kecewa Presiden Joko Widodo dan puluhan juta jiwa warga. Peristiwa yang tak main-main itu segera menjadi perbincangan hangat di media sosial dan obrolan Senin (5/8/2019).

Rupanya, menurut pengamat kelistrikan Fabby Tumiwa gangguan mati listrik di Jakarta dan Jawa Barat pada Minggu siang (4/8/2019) merupakan yang terparah sejak tahun 2005.

Ketika itu, terjadi mati listrik di sekitar wilayah Jawa dan Bali. Penyebabnya ialah gangguan di transmisi Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 KV Jawa-Bali.

Di daerah Jakarta dan Banten, listrik mati total selama tiga jam, namun perbaikan keseluruhan memakan waktu hingga 24 jam.

Baca Juga: Listrik Padam, Sejumlah Wilayah Jakarta dan Tangerang Selatan Masih Belum Menyala. Rupanya Ini Penyebabnya!

Shofi Ayudiana/Antara

Warga beramai-ramai membeli genset di kawasan Glodok, Jakarta, Minggu (4/8/2019).

Fabby menjelaskan, gangguan seperti ini merupakan risiko dari sistem interkoneksi yang digunakan PLN.

"Jalur transmisi itu seperti jalan tol, dia yang mengangkut listrik. Karena terjadi gangguan maka aliran daya dari timur ke barat mengalami gangguan juga," tuturnya seperti dilansir dari BBC Indonesia.

"Karena ada gangguan, secara otomatis pembangkit-pembangkit itu mengalami trip sehingga pasokan daya berkurang."

Baca Juga: Listrik Padam, PLN Ungkap Peran 2 PLTA Ini dalam Upaya Stabilkan Aliran di Jakarta, Jawa Barat, dan Banten

TRIBUNNEWS
HERUDIN

Warga beraktifitas menggunakan penerangan lilin dan lampu darurat, di wilayah Karet Tengsin Jakarta, Minggu malam (4/8/2019). Aliran listrik di Banten, Jabodetabek hingga Bandung terputus akibat adanya gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Fabby memperkirakan, gangguan seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan cepat. "Karena selain PLN harus membenahi atau memperbaiki jaringan transmisi yang tadi rusak, mereka juga harus secara bertahap menyalakan pembangkit-pembangkit yang trip itu."

Direktur eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) itu juga menegaskan bahwa mati listrik pada Minggu siang bukan disebabkan kurangnya pasokan listrik, melainkan gangguan pada sistem.

"Untuk saat ini kapasitas pembangkit Jawa-Bali itu sangat cukup," ujarnya.

Baca Juga: Listrik Padam, Antrian Warga Mengular di Depan Toko Ini di Kawasan Glodok. Lihat Foto Antriannya!

TRIBUNNEWS
IRWAN RISMAWAN

Suasana kota Jakarta yang terdampak listrik padam di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Minggu (4/8/2019). Aliran listrik di Banten, Jabodetabek hingga Bandung terputus akibat adanya gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Merespons listrik padam, Presiden Joko Widodo menyambangi Kantor Pusat PT Perusahaan Listrik Negara (PT PTLN), Senin (5/8/2019) pagi, di Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Jokowi mempertanyakan soal listrik padam yang berdampak besar terutama di Ibu Kota.

Ia menyinggung peristiwa sama yang pernah terjadi pada tahun 2002. Menurut Jokowi, hal itu harus menjadi pembelajaran bersama. "Jangan sampai kejadian yang pernah terjadi, kembali terjadi lagi," ujar Jokowi.

Seperti apa peristiwa saat terjadi pemadaman listrik tahun 2002? Saat itu, aliran listrik juga padam. Terputusnya aliran listrik ini terjadi di wilayah DKI Jakarta, Tangerang, Bogor, Bekasi, dan Banten.

Arsip Harian Kompas, 13 September 2002 berjudul "Listrik Mati Lagi, Rugi Milyaran Rupiah", menyebutkan, pemadaman aliran listrik terjadi pada Kamis malam dan Jumat, 12-13 September 2002.

Direktur Operasi PT PLN saat itu, Bambang Heryanto, mengatakan, hubungan pendek di Gardu Induk Tegangan Ekstra (GITET) Cibinong menyebabkan rusaknya transmisi ke arah Bekasi, Cawang, serta Gandul.

Baca Juga: Listrik Padam, Sejumlah Wilayah Jakarta dan Tangerang Selatan Masih Belum Menyala. Rupanya Ini Penyebabnya!

TRIBUNNEWS
HERUDIN

Warga beraktifitas menggunakan penerangan lilin dan lampu darurat, di wilayah Karet Tengsin Jakarta, Minggu malam (4/8/2019). Aliran listrik di Banten, Jabodetabek hingga Bandung terputus akibat adanya gangguan pada sejumlah pembangkit di Jawa. TRIBUNNEWS/HERUDIN

Kemudian, pasokan listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Saguling juga tidak dapat masuk. Menurut Bambang, awalnya beban diambli alih dari Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (OLTGU) Muarakarang dan PLTGU Tanjung Priok.

Akan tetapi, adanya kelebihan beban membuat kedua PLTGU itu berfungsi dengan isolasi. Hal ini mengakibatkan GITET 500 kV di Suralaya, Clegon, Gandul, Cibinong, Cawang, Bekasi, dan Kembangan padam.

Adapun total beban yang padam sekitar 2.500 MW hingga dialami 3 juta pelanggan. Sejumlah layanan terganggu Padamnya listrik di wilayah Ibu Kota dan sekitarnya membuat sejumlah pelayanan publik terganggu.

Tercatat, perjalanan kereta rel listrik (KRL) dari Tangerang, Bogor, dan Bekasi terhambat. Akibatnya, puluhan ribu penumpang terlambat masuk kerja.

Menurut Kepala Humas Darah operasi I Jakarta dan Jabodetabek Zainal Abidin, gangguan terutama terjadi dengan adanya pengurangan frekuensi pemberangkatan KRL yang melayani jalur Jabodetabek.

Baca Juga: 20 Tahun Lagi Jawa Bakal Kehabisan Air. Akankah Kita Mandi dari Air dalam Kemasan? Foto-fotonya Beri Buktinya!

Sementara, untuk layanan transportasi kereta api jarak jauh, terjadi keterlambatan selama 2-3 jam akibat dari gangguan sinyal pengatur jalan.

Selain transportasi yang terganggu, peristiwa ini menyebabkan sulitnya air minum. Bukan hanya warga yang menggunakan pompa air, tetapi juga mereka yang berlangganan air minum dari PT Thames PAM Jaya dan PT PAM Lyonnaise Jaya.

Layanan seluler juga terhambat. Penyedia jasa seluler saat itu, PT Satelindo menyebutkan, 638 dari 1.397 base transceiver station (BTS) yang ada di sekitar Jabodetabek dan 3 base station control (BSC) pun terkena dampaknya.

"Gangguan tersebut disebabkan power supply yang mereka gunakan dicatut oleh PLN. Daya untuk BSC didukung oleh mesin generator sendiri, sementara daya BT sebagian hanya dicatu oleh baterai yang hanya bisa bertahan dalam dua jam," ujar Direktur Operasi dan Rekayasa Seluler Satelindo Imron Harun.

Gangguan juga terjadi pada mesin-mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang macet. Matinya aliran listrik juga membuat terhentinya bisnis termasuk hilangnya data-data komputer di berbagai pelayanan.

Peristiwa ini berimbas pada produksi di beberapa pabrik seperti Goodyear dan pabrik semen PT Semen Cibinong Tbk serta sejumlah pabrik garmen di Kabupaten Bogor. Saat peristiwa terjadi, Goodyear kehilangan kesempatan memproduksi ban sebanyak 5.000 buah. Nilai kerugian ditaksir mencapai Rp 1,25 miliar.

Baca Juga: Iklim yang Berubah, Apakah Kita Mau Berpangku Tangan Setiap Hadapi Kemarau, Kekeringan, dan Kebakaran Hutan?

Mengakibatkan Kebakaran

Peristiwa ini juga membuat terjadinya kebakaran di 13 lokasi di Jakarta dan sekitarnya. Selain itu, peristiwa ini disinyalir imbas dari penggunaan lilin selama dua hari itu. Pemadaman juga mengakibatkan dua orang meninggal dunia.

Harian Kompas, 14 September 2002 bertajuk " Listrik Padam, Lilin Sebabkan Kebakaran", menyebutkan, kebakaran pertama terjadi pada pukul 08.30 WIB di Penjaringan, Jakarta Utara yang disebabkan hubungan pendek arus listrik.

Kemudian, dua kebakaran lain terjadi di wilayah Tangerang pada pukul 13.20 WIB. Adapun sembilan kasus lainnya terjadi antara Kamis pagi hingga Jumat dini hari.

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Sumber : Kompas.com, bbc indonesia

Baca Lainnya