Di Pulau Papua Suku Pedalaman Ini Pernah Menggelar Ritual Merokok Mayat Leluhur. Lihat Bukti Fotonya!

Jumat, 26 Juli 2019 | 06:34
BBC/Ian Lloyd Neubauer

Salah satu jenazah yang diawetkan oleh orang Anga.

Fotokita.net-Di Pulau Papua terdapat beragam suku yang menjalankan ritual secara turun-temurun. Sebelum masuknya agama, komunitas itu suku menggelar ritual, yang mungkin membikin bulu kuduk kita merinding. Terlebih lagi, berkaitan dengan ritual kematian.

Lihat saja, ritual kematian yang dilakukan oleh orang-orang Anga yang tinggal di Distrik Aseki, Papua Nugini, sebuah daerah dataran tinggi di pinggiran yang jauh dari dunia modern.

Kawasan itu tertutup kabut yang secara teratur dianggap sebagai pertanda roh-roh, mereka adalah pewaris salah satu ritual yang disebut Aseki, atau merokok mayat leluhur.

Baca Juga: Bukti Visual Suku-suku Kalimantan Berburu Kepala Manusia yang Bikin Ketakutan Penjajah Eropa

Melansir BBC, mungkin terdengar aneh namun, memang begitulah kenyataannya, mayat-mayat Aseki adalah fenomena di mana mereka telah diawetkan selama lebih dari 100 tahun.

Menurut keterangan, orang Anga mulai memurnikan kematian seseorang di wilayahnya dengan tanah untuk melestarikan jasadnya.

Tubuh jenazah yang telah diolesi dengan tanah merah dibiarkan selama berbulan-bulan untuk dihisap aromanya selama berbulan-bulan.

BBC/Ian Lloyd Neubauer
BBC/Ian Lloyd Neubauer

Ritual menghirup aroma jenazah di Papua Nugini.

Praktik menghisap ini dikenal dengan istilah "roh haus" dan kemudian jenazah diangkat ke atas tebing terjal, kemudian didimpang dengan bambu.

Baca Juga: Telanjang Dada dan Berburu di Hutan, Kehidupan Suku Terancam Punah Ini Berhasil Diungkap Lewat Foto-foto Mengagumkan

Mayat-mayat ini dilestarikan dengan teknik tingkat tinggi, dengan ketelitian dan persiapan.

Namun, penampilan mereka mungkin akan sedikit membuat Anda merinding, karena mereka dibiarkan di tempat terbuka.

Penampilan mayat dengan warna merah karena dilumuri tanah merah, tubuh yang kaku, serta mayat-mayat dengan pose yang diatur.

Meski demikian, tubuh yang dihisap dihormati sebagai leluhur, keyakinan mereka didasarkan pada ada perlindungan dari aroma mayat yang dihisap tersebut.

Baca Juga: Lihat Foto Persiapan Suku Terasing di Gorontalo yang Akan Ikut Pemilu untuk Pertama Kalinya

Menurut laporan BBC total ada 14 mayat yang tersusun di perancah bambu dalam posisi seperti meringkuk, atau duduk.

Empat mayat telah hancur, menjadi tumpukan tulang dan tengkorak, sedangkan beberapa diantaranya masih dalam posisi duduk.

Namun, ada cerita berbeda yang ditawarkan oleh penduduk sekitar, Loland seorang pendeta mengatakan pengawetan mayat ini dilakukan pada sebelum Perang Dunia I.

Anga menyerang kelompok misionaris yang tiba di kampung itu, kemudian ada seseorang yang ditembak mati oleh misionaris karena membela diri.

Baca Juga: Foto-foto Kehidupan Primitif Suku di Hutan Amazon Bikin Kita Melongo

Peristiwa itu memicu serangkaian pembunuhan dan balas dendam, hingga akhirnya misionaris menghadiahkan garam untuk membalsem mayat.

Namun praktik ini berlangsung selama satu generasi,dan selanjutnya misionaris berhasil mengubah orang Anga menjadi Kristen. Mereka menyebut, praktik Aseki terakhir pada tahun 1949. (Afif Khoirul M/Intisari Online)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Sumber : BBC

Baca Lainnya