Foto-foto Petani Grobogan yang Hasilkan Garam dengan Cara Unik dan Langka. Bahan Bakunya dari Air Sumur Lho!

Senin, 22 Juli 2019 | 18:29
ANTARA FOTO

Foto dirilis Jumat (19/7/2019), menunjukkan petani memanen garam di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Produksi garam di desa Jono cukup unik dan langka karena bahan bakunya berasal dari air yang didapat dari sumur, bukan dari laut.

Fotokita.net - Bertani garam di Desa Jono,Kecamatan Tawangharjo, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah cukup unik dan langka karena bahan bakunya berasal dari air yang didapat dari sumur, bukan dari laut.
Bagi warga di Desa Jono, bertani garam tidak dilakukan di daerah pesisir. Kebanyakan petani garam menggelar tambaknya di kawasan pesisir yang langsung berbatasan dengan laut.
Warga di daerah ini justru mampu memproduksi garam dari ladang yang letaknya jauh dari laut.
Baca Juga: Foto-foto Terbaik Ini Bikin Kita Tercengang Tentang Bagaimana Alam Semesta Bekerja
ANTARA FOTO
ANTARA FOTO/YUSUF NUGROHO

Foto dirilis Jumat (19/7/2019), menunjukkan petani menyalurkan air yang mengandung garam melalui pipa di Desa Jono, Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Produksi garam di desa Jono cukup unik dan langka karena bahan bakunya berasal dari air yang didapat dari sumur, bukan dari laut.

Sumur itu memiliki sumber air asin, tidak pernah kering meskipun musim kemarau serta mempunyai rasa yang lebih gurih bila dibandingkan dengan garam laut.
Proses pembuatan garam dimulai dengan menimba air dari sumur sedalam 25 meter, kemudian disalurkan melalui pipa-pipa yang terhubung dengan penampungan.
Dari penampungan tersebut para petani memindahkan air ke bilahan bambu atau warga menyebutnya "klakah".
Baca Juga: Asal Usul Jadi Kontroversi, Komunitas Ini Kenalkan Kebaya Jadi Pakaian Sehari-hari. Lihat Foto-fotonya!
Bilahan bambu yang sudah berisi air itu dijemur di bawah terik matahari hingga mengkristal berbentuk garam yang siap dipanen.
Proses pembentukan garam tersebut membutuhkan waktu 10 hari saat cuaca panas dan 15 hari saat cuaca mendung.
Menurut warga, area tambak garam Jono dengan luas sekitar tiga hektare itu sudah ada sejak jaman kolonial Belanda.
Baca Juga: Gara-gara Proyek Fotografi, Perempuan Ini Berhasil Menemukan Kembali Sang Ayah yang Hilang
Pada tahun 1970-an, jumlah petani garam Jono mencapai ratusan dan saat ini hanya tersisa puluhan. Warga terpaksa meninggalkan profesi tersebut karena hasil yang didapatkan dari petani garam tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Banyak diantara mereka yang lebih memilih mencari pekerjaan lain, akibatnya tidak ada regenerasi.
Selain menjadi tempat produksi garam, desa Jono juga banyak dikunjungi wisatawan dari berbagai daerah.
Baca Juga: Apakah Kiamat Bumi Kian Dekat? 14 Foto Ini Seperti Berikan Jawabannya!
Mereka penasaran untuk sekedar melihat proses pembuatan garam langka ini serta menjadi objek penelitian sejumlah mahasiswa dari Perguruan Tinggi di Solo dan Yogyakarta.
Saat ini hanya tersisa enam sumur dan kondisinya mengalami pendangkalan dan penyempitan.
Kekhawatiran lain dari petani garam adalah ambrolnya sumur-sumur itu. Mereka berharap pemerintah memperhatikan keberadaan tambak garam yang unik dan langka itu agar produksi garam Jono tetap berjalan dan regenerasi tidak putus.
Foto dan Teks : Antara Foto (Yusuf Nugroho)

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Sumber : Kompas.com

Baca Lainnya