Deretan Foto Kegigihan Srikandi Kemanusiaan Bagi Warga Asmat

Rabu, 26 Juni 2019 | 12:44
Ricky Martin/National Geographic Indonesia

Mengunjungi ketua adat di dalam Jew

Fotokita.net - Kami datang untuk melihat Program Penyuluhan Gizi dan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang digagas oleh Pertamina Sehati bersana Dompet Dhuafa sebagai pelaksana.

Terlihat seorang wanita muda, begitu piawai memimpin jalannya kegiatan, dia memberikan penyuluhan. Gesturnya seperti warga setempat, tetapi mengenakan atribut resmi Pertamina Sehati dengan logo Dompet Dhuafa terbordir pada rompi yang dikenakannya.

Saat kegiatan penyuluhan berganti menjadi pemberian bubur ketan hitam dan susu, kami mendatangi wanita muda tadi dan berusaha menggali informasi lebih lanjut tentang siapa dan apa peran dia dalam kegiatan ini.

“Nama saya Monika Karma, saya berusia 20 tahun, dan semenjak bulan Juli saya sering mengikuti kegiatan Dompet Dhuafa ini” ujarnya memperkenalkan diri. “Awalnya hanya menonton saja. Lalu dokter ajak saya untuk bantu dan kemudian saya diangkat sebagai Kader Posyandu tanggal 14 September 2018”, Monik menambahkan informasi tentang peran di dalam kegiatan ini.

Baca Juga: Perjuangan Pemuda Asmat untuk Tetap Terus Menjaga Budaya Leluhurnya

Ricky Martin/National Geographic Indonesia

Monika Karma

Pagi itu terasa terik di Kampung Ayam, sebuah kampung di Distrik Akat, Kabupaten Asmat, dua jam perjalanan dengan longboat dari Agats. Kami berjalan ke arah timur menuju ke SD YPPK St Martinus De Porres, saat matahari berada tepat ada di depan kami, begitu menyilaukan.

Riuh rendah terdengar anak-anak bernyanyi, tidak terlalu jelas awalnya.

“Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan…”

“Selamat datang kakak, selamat datang kakak, selamat datang kami ucapkan...”

Baca Juga: Lihat Deretan Foto Perempuan Inspiratif Ini untuk Selamatkan Batik Warisan Budaya Kudus

Puluhan siswa sekolah dasar menyambut kami pagi itu. Satu lagu pramuka yang kerap saya nyanyikan saat masih aktif di dalam kepengurusan organisasi tersebut. Entah mengapa, spontan air mata menetes jatuh. Mungkin karena sambutan yang begitu tulus dengan senyuman termanis dari mereka yang tidak bersepatu.

Monik pun melanjutkan penjelasannya mengenai program yang diadakan secara bergiliran pada hari Jumat ini. Dalam satu Distrik Akat, terdapat empat sekolah, yakni SD Inpres Cumnew, SD. YPPGI, SD. YPPK St. Martinus De Porres dan SMP. Negeri 1 Akat.

Monik menambahkan, bahwa ia dan yang lainnya juga mengadakan pelatihan healthy cooking. “Habis ini kita mau ke Puskesmas lama untuk program masak, Kakak ikut to?”, tanya Monik.

Pukul 12.00 kegiatan di SD. YPPK St Martinus De Porres pun usai. Kami melanjutkan perjalanan kami dengan berjalan kaki menuju Puskesmas lama. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar 500 meter dari gedung sekolah tadi.

Puskesmas lama ini sebenarnya sudah tidak difungsikan sebagai Puskesmas lagi, karena sejak tahun 2016 pemerintah sudah membangun Puskesmas baru di daerah yang tidak jauh dari situ. Bangunan yang sudah tampak reot ini kini difungsikan sebagai Posyandu I yang melayani masyarakat Kampung Ayam dan Kampung Bayiw Pinam.

Di Posyandu I kami mengamati bagaimana Monik dengan terampil mengajari 20 orang ibu-ibu memproduksi minyak––hasil minyak tadi digunakannya untuk menggoreng pempek yang disuguhkan bagi kami. Sedari awal kami tidak melihat perubahan ekspresi wajah pada Monik. Monik senantiasa tersenyum dalam menanggapi pertanyaan-pertanyaan yang ada.

“Pemberian makanan tambahan untuk balita, ibu hamil dan program imunisasi itu setiap Sabtu sore pukul 15.00-16.30 di tiga pos,” ucap Monik menginformasikan tentang kegiatannya usai program pelatihan healthy cooking ini.

Baca Juga: Foto-foto Perempuan Inspiratif yang Merangkul Emak-emak Putus Sekolah di Bandung

Masih sambil tersenyum, Monik juga bercerita mengenai betapa takutnya masyarakat di sana ketika diimunisasi. “Karena setelah disuntik sakit panas, padahal itu biasa karena efek samping dari imunisasi.”

Waktu berlalu begitu cepat, jam di tangan sudah menunjukkan pukul 14.00. Bertepatan dengan itu, rasa lapar pun datang. Sementara Monik masih terus melayani ibu-ibu dengan antusias dan senyum yang tak pernah lepas dari bibirnya, kami pun pamit undur diri. Kami masih memiliki rencana untuk mengunjungi kampung lain yang berada sekitar 600 meter dari lokasi Posyandu I.

Kami pun berpisah dengan Monik siang itu. Dari kejauhan kami masih bisa melihat sosoknya yang masih bersemangat memberikan pemahaman dan pengertian akan kesehatan kepada ibu-ibu di sana.

Sesekali Monik melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan. Matanya berbinar, senyumannya terkembang di latar belakangi langit biru cerah yang mengesankan kedamaian. Kami tahu bahwa Monik melakukan ini semua atas dasar cinta akan kemanusiaan bagi masyarakat di Kampung Ayam.

Penulis: Agung Yoga Asmoro

Editor : Bayu Dwi Mardana Kusuma

Baca Lainnya